Mohon tunggu...
Putri Hanny FPD
Putri Hanny FPD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akuntansi

Student of Mercu Buana University - 43219010165 (Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2_Teori Akuntansi Pendekatan Semiotika Charles Sandres Peirce

24 Mei 2022   04:02 Diperbarui: 24 Mei 2022   04:04 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori semiotik

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda. Dalam kajian semiotika menganggap bahwa fenomena sosial dalam masyarakat dan budaya adalah tanda, semiotika mempelajari sistem, aturan, dan konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki makna. Kajian semiotika ada dalam dua paradigma, yaitu paradigma konstruktif dan paradigma kritis.

Secara etimologis, semiotika berasal dari kata Yunani simeon yang berarti "tanda". Secara terminologi, semiotika dapat didefinisikan sebagai studi tentang berbagai objek, dan peristiwa antarbudaya dapat didefinisikan sebagai tanda. Van Zoest (dalam Sobur, 2001, hlm. 96) mendefinisikan semiotika sebagai "ilmu tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya: cara tanda itu berfungsi, hubungannya dengan kata lain, penyampaiannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya".

Pateda (2001, p. 29) mengungkapkan bahwa setidaknya ada sembilan macam semiotika, yaitu:

a) Semiotika analitik, yaitu semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotika memiliki objek tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat diasosiasikan sebagai simbol, sedangkan makna adalah bobot yang terkandung dalam simbol yang merujuk pada objek tertentu.

b) Semiotika deskriptif, yaitu semiotika yang memperhatikan sistem tanda yang dapat dialami sekarang, walaupun ada tanda-tanda yang selalu hadir saat ini. Misalnya langit mendung menandakan sebentar lagi akan turun hujan, dari dulu sampai sekarang tetap seperti itu. Begitu juga jika ombak di tengah laut memutih, itu menandakan laut memiliki ombak yang besar. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, banyak tanda yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

c) Semiotika fauna (zoo semiotics), yaitu semiotika yang memberikan perhatian khusus pada semiotika yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda-tanda berkomunikasi satu sama lain, tetapi mereka sering menghasilkan tanda-tanda yang dapat diinterpretasikan oleh manusia. Misalnya, gonggongan ayam jantan  menunjukkan bahwa ayam betina telah bertelur atau dia takut akan sesuatu. ciri ciri yang diperoleh dari hewan tersebut berhasil menarik perhatian orang-orang yang bekerja di bidang semiotika fauna.

d) Semiotika kultural, yaitu semiotika yang secara khusus mengkaji sistem simbolik yang berlaku pada suatu budaya tertentu. Masyarakat sebagai entitas sosial dikenal memiliki sistem budaya tertentu yang telah dilestarikan dan dihormati secara turun-temurun. Kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang juga merupakan suatu sistem mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan masyarakat lainnya.

e) Semiotika naratif, yaitu semiotika yang mengkaji sistem tanda dalam narasi berupa mitos dan cerita lisan (folklore). Diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, beberapa di antaranya memiliki nilai budaya yang tinggi.

f) Semiotika natural, yaitu semiotika yang khusus mengkaji sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai yang keruh menandakan telah turun hujan di hulu, dan daun-daun pohon yang menguning telah tumbang. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia, seperti banjir atau tanah longsor, justru memberi tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

g) Semiotika normatif, yaitu semiotika yang secara khusus mengkaji sistem tanda yang dibuat oleh manusia berupa norma, seperti rambu lalu lintas. Di dalam ruang kereta api, seringkali terdapat tanda-tanda larangan merokok.

h) Semiotika sosial, yaitu semiotika yang khusus mengkaji sistem tanda yang dihasilkan manusia berupa lambang-lambang, baik lambang yang berupa kata maupun lambang yang berupa kata-kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) sendiri berjudul Social Semiotics of Language. Dengan kata lain, semiotika sosial mengkaji sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.

i) Semiotika struktural, yaitu semiotika yang secara khusus mempelajari sistem simbolik yang diwujudkan melalui struktur bahasa.

Secara singkat Sobur (2003, hlm. 15) mengungkapkan semiotika adalah ilmu atau metode analitis untuk mempelajari tanda. Tanda-tanda di sini adalah alat yang kita gunakan dalam mencoba menemukan jalan kita di dunia ini, di antara manusia dan dengan manusia. Dalam semiotika, atau terminologi semiotika, semiotika pada dasarnya ingin mempelajari bagaimana orang menggunakan sesuatu. Di sisi lain, menurut Lechte (Sobur, 2003, hlm. 16), semiotika adalah teori tentang tanda dan tanda.

Berger (dalam Sobur, 2003, hlm. 18) mengungkapkan, "Semiotika berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dianggap sebagai tanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Itu sesuatu yang lain. tidak harus ada, atau bahwa tanda itu benar-benar ada di suatu tempat pada waktu tertentu.Dengan demikian, semiotika pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong.

Teori Semiotik dalam Akuntansi

Akuntansi berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Efek komunikatif adalah sasaran penyampaian ide atau informasi dari pengirim kepada penerima.

Dalam linguistik, sistem komunikasi dan efek komunikatif dipelajari dalam tiga bidang, yaitu semiotika, linguistik, dan logika. Semiotika adalah bidang yang membahas teori umum tentang tanda dan simbol dalam bidang linguistik.

Linguistik adalah bidang linguistik yang membahas tentang fonetik, tata bahasa, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika berkaitan dengan isu-isu yang berkaitan dengan validitas penalaran dan inferensi. Ketiga bidang tersebut menjadi teori yang mendasari terciptanya komunikasi yang efektif.

Ada tiga tingkatan semiotika, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis mengkaji logika dan kaidah bahasa, yaitu hubungan logis antara tanda atau lambang bahasa. Semantik mengkaji hubungan antara tanda atau simbol dengan dunia realitas (fakta) yang dilambangkannya. Pragmatik membahas dan menguji efektif tidaknya komunikasi dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku penerimanya.

Akuntansi keuangan secara luas dikenal dikembangkan atau direkayasa dengan premis bahwa investor dan kreditur adalah pihak yang dituju untuk mendapatkan informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah pihak yang dituju bersedia menginvestasikan dananya ke dalam kegiatan ekonomi yang dibutuhkan masyarakat melalui perusahaan.

Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai dengan mengidentifikasi teori akuntansi berdasarkan tingkat semiotik. Tingkat semiotik menunjukkan bahwa insinyur akuntansi berteori pada tiga tingkatan, yaitu semantik, sintaksis, dan pragmatik untuk menghasilkan struktur pelaporan keuangan di negara tertentu. Dengan demikian, teori akuntansi dapat dibedakan atas dasar tujuan pembahasan dan pemahamannya menjadi teori akuntansi sematik, sintaksis, dan pragmatis.

1. Teori Akuntansi Semantik

Teori akuntansi ini menekankan pada pembahasan masalah simbolisasi dunia nyata (aktivitas perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi sehingga orang dapat membayangkan aktivitas fisik perusahaan tanpa harus menyaksikan langsung aktivitas tersebut.

Teori ini berusaha menemukan dan merumuskan arti penting dari pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini lebih banyak membahas tentang pendefinisian makna unsur (benda), mengidentifikasi atribut atau ciri-ciri unsur sebagai bahan pendefinisian, dan menentukan besaran rupiah (ukuran) sebagai salah satu atribut.

Mendefinisikan merupakan langkah penting dalam teori semantik karena salah tafsir memiliki implikasi penting dalam operasi akuntansi. Dengan demikian, teori akuntansi semantik berkaitan dengan simbolisasi dan interpretasi objek akuntansi untuk menghasilkan informasi semantik yang berarti bagi pengguna laporan. Agar komunikasi akuntansi menjadi efektif, penyampaian informasi semantik tidak dapat dipisahkan dari informasi sintaksis.

2. Teori Akuntansi Sintaksis

Teori akuntansi ini merupakan teori yang diorientasikan untuk membahas masalah tentang bagaimana aktivitas perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam unsur-unsur keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Teori sintaksis mencakup hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi di suatu negara, yaitu manajemen, entitas pelaporan (pelaporan), pengguna informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan.

3. Teori Akuntansi Pragmatis

Teori akuntansi ini memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pengguna laporan. Dengan kata lain, teori ini membahas reaksi pihak-pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat jika informasi tersebut benar-benar digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju. Kegunaan informasi akan menentukan efektivitas pencapaian tujuan pelaporan keuangan.

Teori pragmatis membahas berbagai isu dan masalah yang berkaitan dengan pengujian kegunaan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial. Teori pragmatis akan berisi banyak pengujian teori tentang hubungan antara variabel akuntansi dan perubahan atau perbedaan perilaku pengguna. Karena teori pragmatis secara umum adalah perilaku manusia dalam hubungannya dengan informasi, maka teori ini sering diklasifikasikan sebagai akuntansi perilaku.

Bidang teori atas dasar tingkatan atau tingkatan semiotika sebenarnya tidak dimaksudkan untuk memisahkan pembahasan teoritis secara kaku dan tegas melainkan untuk menggambarkan perbedaan orientasi. Jika dikaitkan dengan bidang normatif positif, teori sintaksis dan semantik umumnya normatif, sedangkan teori pragmatik lebih positif.

Teori Semiotik Charles Sanders Peirce

Dalam perjalanannya, semiotika terbagi menjadi beberapa konsep, yaitu semiotika Ferdinand De Saussure, semiotika Charles Sanders Pierce, semiotika Umberto Eco, semiotika John Fiske dan semiotika Roland Barthes. Kelima konsep semiotika yang dikemukakan oleh para ahli tersebut tidak terlalu signifikan. Umberto Eco mengatakan bahwa prinsip dasar isemiotika adalah mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong (semiotika adalah teori untuk berbohong). John Fiske memfokuskan konsepnya pada tiga kajian utama, yaitu tanda, kode, dan budaya. Sedangkan Ferdinand De Saussure konsep utamanya adalah sign and signifier. Berbeda dengan Ferdinand De Saussure, C.S Pierce membagi konsepnya menjadi 3 yang biasa disebut dengan 'trikotomi'.

Charles Sanders Peirce lahir di Camridge, Massachusetts, pada tahun 1890. Peirce lahir dalam keluarga intelektual, ia dididik di Universitas Harvard dan memberi kuliah tentang logika dan filsafat di Universitas Johns Hopskin dan Universitas Harvard. Peirce adalah seorang filsuf pragmatis yang memperkenalkan istilah "semiotika" pada akhir abad ke-19 di Amerika untuk merujuk pada "doktrin formal tentang tanda". Dasar semiotika adalah konsep tanda; tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun dari tanda-tanda, tetapi dunia itu sendiri yang berhubungan dengan pikiran manusia---sepenuhnya terdiri dari tanda-tanda. (Alex Sobur, 2009:13)

Bagi Peirce tanda dan maknanya bukanlah suatu struktur melainkan suatu proses kognitif yang disebut semiosis. Semiosis adalah proses pemaknaan dan interpretasi tanda yang melalui tiga tahap, tahap pertama adalah penyerapan aspek representasi tanda (pertama melalui panca indera), tahap kedua menghubungkan secara spontan representasi dengan pengalaman kognisi manusia. yang menafsirkan objek, dan yang ketiga menafsirkan objek sesuai keinginannya. Tahap ketiga ini disebut interpretant. (Benny H. Hoed, 2014:8)

Rangkaian pemahaman tersebut akan terus berkembang seiring dengan rangkaian semiosis yang tak ada habisnya. Kemudian ada rangkaian tahapan semiosis. Penafsiran semi-asis dari lapisan pertama adalah dasar untuk referensi objek baru. Pada tahap ini, semi-osis lapisan kedua terjadi. Oleh karena itu, apa pun yang dianggap sebagai simbol tingkat pertama bertindak sebagai penanda tingkat kedua. (Indiwan Seto Wahyu Wibowo, 2011: 40)

Bagi Peirce, prinsip dasar sifat tanda adalah representatif dan interpretatif. Sifat representatif dari tanda berarti bahwa tanda adalah "sesuatu yang lain", sedangkan sifat interpretif adalah tanda yang memberikan peluang untuk interpretasi, tergantung pada pengguna dan penerimanya.

Semiotika memiliki tiga bidang studi. (John Fikse, 2012:66-67) yaitu:

a. Tanda: Studi tentang tanda yang berbeda, cara tanda yang berbeda menyampaikan makna dan bagaimana tanda berhubungan dengan pengguna manusia.

b. Sistem atau kode kajian yang mencakup berbagai kode yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya.

c. Budaya di mana kode dan tanda bekerja, tergantung pada penggunaannya.

Secara umum, tanda mengandung dua bentuk. Pertama, tanda dapat menjelaskan sesuatu (langsung atau tidak langsung) yang memiliki makna tertentu. Kedua, tanda mengomunikasikan makna dari suatu makna. Jadi setiap tanda berhubungan langsung dengan objeknya, apalagi setiap orang memberikan makna yang sama terhadap objek tersebut sebagai hasil konvensi. Tanda, secara langsung mewakili realitas. (Alo Liliweri, 2003:178)

Teori Peirce dianggap oleh para ahli sebagai grand theory dalam semiotika, dengan anggapan bahwa gagasan tersebut bersifat komprehensif, yaitu gambaran struktural dari semua sistem penandaan. (Alex Sobur, 2001:97). Peirce dalam kutipan Fiske menjelaskan bahwa; "Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda itu mengarah pada seseorang, artinya menciptakan dalam benak orang itu suatu tanda yang setara, atau mungkin suatu tanda yang lebih sempurna. Saya menyebut tanda yang diciptakan sebagai penafsir (hasil interpretasi) dari tanda pertama. Tanda itu mewakili objeknya." (2012)

Peirce adalah seorang filsuf dan ahli logika, baginya penalaran manusia selalu dilakukan melalui tanda-tanda. Yang dalam hal ini berarti bahwa manusia hanya dapat berpikir melalui tanda-tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada semua jenis tanda. Charles Sanders Peirce terkenal karena teori tandanya dalam bidang semiotika.

Peirce dikenal dengan model triadik-tiga sisinya. Ketiga komponen tersebut adalah Representamen, Object, dan Interpretant. Sesuatu dapat disebut representatif jika memenuhi dua syarat; yang pertama dapat dirasakan (baik dengan panca indera maupun pikiran/perasaan) dan yang kedua berfungsi sebagai tanda; berarti mewakili sesuatu yang lain. Komponen lainnya adalah objek. Menurut Peirce objek adalah komponen yang diwakili oleh tanda; bisa dikatakan sebagai "sesuatu yang lain." Bisa berupa materi yang ditangkap oleh indera, bisa juga berupa mental atau imajiner. Dan komponen ketiga adalah interpretant. Peirce menjelaskan bahwa interpretant adalah arti/interpretasi. Peirce juga menggunakan istilah lain untuk interpretant, yaitu; "signifikansi", "signifikansi", dan "interpretasi". Menurut Pierce, penafsir juga merupakan tanda

Menurut Peirce, analisis esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat-sifat objek saat kita memanggil tanda ikon. Kedua, itu menjadi nyata dan ada sehubungan dengan objek individu ketika kita memanggil tanda indeks. Ketiga, asumsi pasti bahwa ia dimaknai sebagai objek denotatif sebagai akibat kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebagai simbol. (John Fiske, 1982:79) Pemahaman tentang struktur semiosis menjadi dasar yang sangat diperlukan bagi para penafsir dalam upaya mengembangkan kajian semiotika. Interpreter adalah peneliti, pengamat, dan penelaah terhadap objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir harus jeli dan cermat, karena segala sesuatu dilihat dari jalur logika.

Contoh: Ketika seorang gadis memakai rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasikan tentang dirinya kepada orang lain yang mungkin mengartikannya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul dalam film Chocolate Strawberry dengan akting dan penampilan fisiknya yang menawan, penonton bisa saja memaknainya sebagai ikon wanita muda yang cantik dan menggairahkan.

Linguistik dalam Semiotika Peirce

Peirce lebih memperhatikan tanda-tanda linguistik yang menurutnya sangat penting. Menurutnya, setiap tanda pada umumnya berlaku juga untuk tanda-tanda linguistik, tetapi belum tentu tanda-tanda linguistik juga berlaku untuk tanda-tanda lainnya. Menurut Peirce tanda berhubungan dengan objek yang menyerupai mereka, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Oleh karena itu, secara umum Peirce berpendapat bahwa teori ini berlaku secara umum.

Oleh karena itu, tanda linguistik dalam teori Peirce ini merupakan hal yang penting tetapi bukan satu-satunya yang penting. Berbagai tanda yang dihujat dengan objeknya menjadi perbincangan umum seperti yang ingin diungkapkan Peirce dalam teori ini. Bahwa berbagai tanda yang diciptakan manusia untuk berkomunikasi merupakan representasi bahasa kebahasaan atau tanda-tanda kebahasaan yang berlaku umum.

Dokpri Segitiga Peirce
Dokpri Segitiga Peirce

Segitiga Peirce

Peirce ingin teori semiotikanya menjadi acuan umum untuk mempelajari berbagai tanda. Oleh karena itu diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai hal ini. Terutama mengenai seberapa luas jangkauan teori ini. untuk itu ia membaginya menjadi beberapa klasifikasi.

A. Berdasarkan Representamen

Itu terkait dengan sesuatu yang membuat tanda bekerja. Dalam hal ini Peirce mengklasifikasikan Ground menjadi tiga hal, yaitu:

*           Kualifikasi

Qualisign adalah kualitas sebuah tanda. Misalnya, kualitas kata-kata yang digunakan dalam mengiringi tanda, seperti kata-kata keras, kasar, atau lunak. Tidak hanya kata-kata yang menentukan kualitas suatu tanda, tetapi juga dapat berupa warna yang digunakan bahkan gambar yang menyertainya.

*           tanda tangan

Sinsign adalah keberadaan dan aktualitas suatu objek atau peristiwa terhadap sebuah tanda. Misalnya, kata banjir pada kalimat "terjadi bencana banjir" adalah peristiwa yang menjelaskan bahwa banjir itu disebabkan oleh hujan.

*           Legisign

Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam sebuah tanda. Ini ada hubungannya dengan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Misalnya, tanda dilarang merokok menunjukkan bahwa kita dilarang merokok di lingkungan tempat tanda itu berada. Yang lebih umum tentu saja adalah rambu lalu lintas, yang menunjukkan apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat mengemudi.

B. Berdasarkan Objeknya

*           icon

icon adalah tanda yang menyerupai bentuk benda aslinya. Dapat juga diartikan sebagai hubungan antara tanda dan objek yang serupa. Bahwa tujuan ikon adalah untuk menyampaikan pesan dari bentuk aslinya. Contoh paling sederhana dan paling umum yang kita temui tetapi tidak kita sadari adalah peta.

*           Indeks

Indeks adalah tanda yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat kausal, atau sebab akibat. Dalam hal ini tanda memiliki hubungan sebab akibat dengan objeknya. Tanda berarti hasil dari suatu pesan. Contoh umum adalah asap sebagai tanda api.

*           Simbol

Simbol adalah tanda yang terkait dengan penanda dan juga petanda. Sesuatu itu dilambangkan melalui tanda yang disepakati oleh penanda sebagai acuan umum. Misalnya, lampu merah berarti berhenti, semua orang tahu dan setuju bahwa lampu merah berarti berhenti.

C. Berdasarkan Interpretant

*           Rema

Rema adalah sebuah tanda yang memungkinkan untuk diartikan dalam arti yang berbeda. Misalnya orang yang matanya merah, bisa jadi karena ngantuk, atau mungkin matanya perih, jengkel, bisa juga baru bangun atau malah mabuk.

*           Tanda dicent atau dicisign

Dicent sign atau dicisign adalah tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataan. Misal di jalan desa banyak anak-anak, dipasang rambu-rambu lalu lintas di jalan itu, hati-hati banyak anak. Contoh lainnya adalah jalan yang rawan kecelakaan, sehingga dipasang rambu-rambu peringatan rawan kecelakaan.

*           argumen

Argumentasi adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu. Misalnya tanda larangan merokok di SPBU, hal ini dikarenakan SPBU merupakan tempat yang mudah terbakar.

Dokpri 
Dokpri 

10 Jenis Tanda Menurut Peirce

Berdasarkan klasifikasi di atas, Peirce merinci tanda dalam teori semiotikanya menjadi 10 macam tanda, yaitu:

  1. Qualisign , dapat diartikan kualitas suatu tanda. Misalnya, orang yang berbicara keras berarti dia marah, dan orang yang tertawa berarti dia bahagia. Misalnya, merah yang menunjukkan keberanian atau putih yang menunjukkan kesucian, dan hitam yang menunjukkan kejahatan.
  2. Inconic Sinsign , yaitu tanda yang menunjukkan kemiripan. Misalnya foto dan peta.
  3. Rhematic Indexical Sinsign , yaitu tanda yang berhubungan dengan pengalaman langsung dimana keberadaannya disebabkan oleh sesuatu. Misalnya jika ada jalan yang sering memakan korban akibat kecelakaan, maka dipasang tanda tengkorak untuk menunjukkan jalur tengkorak tersebut, dimana jumlah korban juga sering ditampilkan dengan tujuan agar yang melintasinya lebih berhati-hati.
  4. Dicent Sinsign , yaitu tanda yang menunjukkan informasi tentang sesuatu. Misalnya, tanda dengan gambar masjid atau pom bensin yang menunjukkan bahwa ada masjid atau pom bensin tidak jauh.
  5. Iconic Legisign , yaitu tanda yang berupa perintah dan larangan yang erat kaitannya dengan norma atau hukum. Misalnya, rambu lalu lintas yang memberi kita perintah dan larangan untuk disiplin saat berkendara.
  6. Rhematic Indexical Legisign , yaitu tanda yang mengacu pada objek tertentu. Misalnya, gambar di toilet yang menunjukkan toilet untuk pria dan wanita.
  7. Dicent Indexical Legisign, yaitu tanda yang mengacu pada subjek untuk informasi tertentu. Misalnya, saat mobil menyalakan lampu hazard, itu menandakan mobil sedang bermasalah.
  8. Simbol Rematik atau Rema Simbolik , yaitu tanda yang menunjukkan hubungan dengan objek yang umumnya diasosiasikan dan disepakati. Misalnya, ketika kita melihat gambar mobil kita mengatakan bahwa itu adalah gambar mobil dan orang lain mengatakan hal yang sama.
  9. Dicent Symbol atau Proposisi (proposisi) adalah tanda yang secara langsung menghubungkan objek dengan tangkapan otak. Misalnya seseorang menyuruh kita keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita berada. Hal ini menunjukkan bahwa tanda tersebut terhubung langsung dengan otak kita menjadi sebuah perintah yang kita jalankan.
  10.  Argument , yaitu tanda yang merupakan pendapat pemikiran seseorang atas pertimbangan dan alasan tertentu. Misalkan seseorang mengatakan bahwa ruangan yang dia masuki memiliki nada yang ringan. Jadi cahaya di sini telah dipertimbangkan olehnya dengan berbagai pertimbangan, baik cahaya dan sebagainya yang menurutnya ruangan itu memang terang.

Ada 5 jenis Konstruksi Pikiran

1. Keyakinan, tatanan sosial moral ;

2. Kebiasaan Pikiran, kebiasaan pikiran; kebiasaan turun temurun mengkristal

3. Keraguan, keraguan dalam pembentukan berpikir kritis;

4. Inquiry [penelitian], mencari nilai, bukan kebenaran

5. Logika teori, [integritas konsep], dan korelasi dengan orang lain

Mencari Keyakinan Sejati:

1. Keuletan; percaya pada sesuatu, tapi belum tentu benar

2. Otoritas; tentara, dokter, pengacara, akuntan, psikolog, dll. Otoritas vs. Otoritas;

3. Apriori/Intuisi; menggunakan intuisi; Hari Rabu Legi

4. Ilmu; hasil penelitian, menurut fakta, menurut cara yang jelas, dan mencari kebenaran

Keraguan Membawa Keyakinan:

1. Rene Descartes; baik keraguan yang benar [Keraguan Asli] atau Keraguan Buatan [ keraguan palsu] ;

2. Kedua metode ini melahirkan " Inquiry" ;

3. Keraguan membuat Anda tidak nyaman, dalam perasaan, perilaku, tetapi orang-orang percaya bahwa "hidupnya nyaman" / damai;

Manfaat Mempelajari Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Dengan mempelajari teori Semiotika, kita mendapatkan banyak hal baru. Sebagai pembelajar komunikasi, ternyata tanda juga bisa menjadi alat dalam berkomunikasi. Bahwa tanda juga memiliki arti yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Sebagai pembelajar komunikasi, mempelajari teori semiotika akan memperkuat pengetahuan kita bahwa tanda dalam berbagai implementasinya secara praktis dapat diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan manusia.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun