1. Trait ApproachÂ
Pendekatan ini menekankan sifat-sifat pemimpin seperti kepercayaan diri, integritas, dan kemampuan berkomunikasi.Â
2. Style ApproachÂ
Fokus pada perilaku pemimpin, termasuk gaya hubungan interpersonal dan tugas.Â
3. Situational ApproachÂ
Teori yang menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada situasi dan fleksibilitas pemimpin.Â
4. Contingency TheoryÂ
Menekankan bahwa keberhasilan pemimpin dipengaruhi oleh kesesuaian gaya kepemimpinan dan tuntutan situasi.Â
5. Path-Goal TheoryÂ
Teori yang menggambarkan pemimpin memberikan arahan dan dukungan untuk membantu bawahan mencapai tujuan.Â
6. Leader-Member Exchange Theory (LMX)Â
Menekankan hubungan berkualitas antara pemimpin dan anggota tim.Â
7. Transformational-Transactional ApproachÂ
Transformational Leadership menginspirasi perubahan, sedangkan Transactional Leadership berbasis penghargaan dan hukuman.Â
8. Team Leadership TheoryÂ
Fokus pada kepemimpinan dalam konteks tim dan kerja sama.Â
9. Psychodynamic ApproachÂ
Memahami perilaku pemimpin melalui kepribadian dan pengalaman emosional.Â
10. Charismatic LeadershipÂ
Pemimpin karismatik memengaruhi bawahan melalui daya tarik dan visi.Â
11. Servant LeadershipÂ
Gaya kepemimpinan yang memprioritaskan pelayanan kepada anggota tim dan kesejahteraan mereka.
1. Kepedulian terhadap Orang: Mengukur perhatian pemimpin terhadap kebutuhan dan kesejahteraan bawahan.Â
2. Kepedulian terhadap Produksi: Mengukur perhatian pemimpin terhadap pencapaian target kerja dan produktivitas.Â
Model ini membagi gaya kepemimpinan menjadi lima kategori utama:Â
1. Manajemen Terbatas (1,1): Kepedulian rendah, lingkungan kerja tidak produktif.Â
2. Manajemen Klub Negara (1,9): Kepedulian tinggi terhadap orang, tetapi produktivitas terganggu.Â
3. Manajemen Otoritas-Kepatuhan (9,1): Fokus pada efisiensi, lingkungan kerja kaku.Â
4. Manajemen Orang Organisasi (5,5): Kepedulian seimbang, kinerja organitas memadai.Â
5. Manajemen Tim (9,9): Fokus tinggi pada orang dan produksi, lingkungan kerja produktif dan harmonis.
Slide ini menampilkan Empat Gaya Kepemimpinan berdasarkan Model Kepemimpinan Situasional yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Model ini menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan tingkat kesiapan bawahan. Dua dimensi utama adalah: Perilaku Mendukung (dukungan pemimpin terhadap hubungan dan pengembangan bawahan) dan Perilaku Mengarahkan (pengendalian dan pengarahan tugas).Â
Empat Gaya Kepemimpinan terdiri dari:Â
1. Directing (S1): Pemimpin memberikan arahan jelas dan mengawasi pekerjaan, cocok untuk bawahan dengan kemampuan rendah.Â
2. Coaching (S2): Pemimpin mendukung dan memotivasi bawahan, cocok untuk bawahan dengan kemampuan sedang.Â
3. Supporting (S3): Pemimpin lebih mendukung daripada mengarahkan, cocok untuk bawahan yang kompeten.Â
4. Delegating (S4): Pemimpin memberi wewenang penuh kepada bawahan yang sangat kompeten dan termotivasi.
Teori Kepemimpinan Path-Goal berfokus pada bagaimana pemimpin memotivasi dan mendukung bawahannya untuk mencapai tujuan.Â
Faktor yang mendasari termasuk karakteristik bawahan seperti kebutuhan untuk hubungan dekat, preferensi terhadap struktur kerja yang jelas, keinginan untuk kontrol, dan persepsi kemampuan tugas. Selain itu, faktor lingkungan mencakup struktur tugas, sistem otoritas formal, dan kelompok kerja utama.Â
Pemimpin memilih gaya kepemimpinan seperti direktif, mendukung, partisipatif, atau berorientasi pada prestasi. Setelah itu, mereka berfokus pada memastikan tujuan jelas, membuat jalan menuju tujuan jelas, menghilangkan hambatan, dan memberikan dukungan dan pelatihan.
Konsep Utama: Leader-Member Exchange (LMX) atau Vertical-Dyad Linkage (VDL)Â
LMX adalah hubungan yang berbeda antara pemimpin dan bawahan, yang mempengaruhi kinerja, motivasi, dan kepuasan kerja bawahan. Fokus LMX adalah pada pertukaran sosial dan kepercayaan dalam hubungan tersebut.Â
Bagian-bagian dalam SlideÂ
1. Hubungan Pemimpin dan BawahanÂ
Pemimpin memberikan informasi internal, pengaruh dalam keputusan, penugasan kerja, fleksibilitas dalam pekerjaan, dukungan, dan tugas tambahan. Bawahan dengan hubungan baik menunjukkan potensi kepemimpinan, kompetensi, kesepahaman, dan komitmen.Â
2. Persepsi Keadilan: Equity vs. InequityÂ
Jika bawahan merasa hubungan adil, mereka masuk dalam "In-Group" yang mendapatkan perhatian dan kesempatan lebih. Jika tidak adil, mereka menjadi "Out-Group", melakukan tugas minimal.Â
3. In-Group vs. Out-GroupÂ
In-Group memiliki lebih banyak peluang, menunjukkan performa tinggi dan loyalitas. Out-Group hanya menjalankan tugas dasar dan menunjukkan keterasingan.Â
4. Tahapan dalam Pengembangan LMXÂ
Tahap 1: Pengujian hubungan awal.Â
Tahap 2: Pengembangan hubungan.Â
Tahap 3: Hubungan stabil, dengan kepercayaan tinggi atau hubungan standar.
Efek Tambahan dari Kepemimpinan Transformasional adalah kombinasi kepemimpinan transformasional dan transaksional untuk mencapai kinerja yang lebih baik.Â
Kepemimpinan transaksional fokus pada pertukaran antara pemimpin dan bawahan, dengan penghargaan atau hukuman berdasarkan kinerja. Komponen utama termasuk penghargaan berdasarkan hasil dan campur tangan saat ada masalah. Hasil yang diharapkan adalah hasil sesuai harapan.Â
Kepemimpinan transformasional fokus pada inspirasi dan motivasi bawahan untuk melampaui ekspektasi. Komponen utama mencakup menjadi panutan, memotivasi melalui visi, mendorong inovasi, dan memberikan perhatian pada individu. Hasilnya adalah kinerja yang melebihi ekspektasi.Â
Kedua gaya kepemimpinan ini saling melengkapi, dengan yang transaksional menjaga stabilitas, sementara yang transformasional mendorong kinerja lebih tinggi. Hasil akhirnya adalah pencapaian yang melebihi standar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H