Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Ojol dan Penumpang Misterius

19 Desember 2024   22:25 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:18 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meta AI Wa pribadi - Penumpang wanita misterius

Aku kebingungan, mengapa seorang perempuan yang menjadi penumpangku ini, memilih jalan yang kurang bagus di hadapan kami.

"Mba ini jalannya benar kan?" Tanyaku kepada perempuan di belakang punggungku. Aku kurang mengingat betul raut wajahnya, karena ia menyetop di pinggir jalan sepi tadi.

"Benar bang, kita lurus saja 6km" Jawab perempuan itu dengan suara datarnya yang kecil. Aku nyaris harus benar-benar memasang telinga agar bisa mendengar suara lembutnya.

Bagiku, yang terpenting saat ku lihat ke bawah, kakinya masih menapak tanah. Hahaha kan seram jika ternyata melayang tak menapak bumi. Hi...

Aku memang kerap kali diminta beberapa orang di jalan untuk mengantar ke berbagai tempat, meski tanpa melalui aplikasi online. 

Misalnya untuk yang ingin pulang ke rumah namun kehabisan baterai handphone. Atau orang tua lansia yang ingin berobat ke Rumah Sakit, namun gaptek karena kurang paham menggunakan fitur canggih pada aplikasi ojek online.

Sambil terus berprasangka baik. Semoga aku dapat membantu orang lain lewat pekerjaanku, sebisaku. 

Dalam keyakinanku, meski berprofesi sebagai pengemudi online. Namun tentu tetap ada peluang untuk berbuat baik kan? 

Serta harapan, semoga mendapatkan penumpang yang baik. Walaupun di malam hari, tak ada kasus yang aneh-aneh. Seperti layaknya cerita kriminal perampokan atau begal di TV.

Penumpangku kali ini mengenakan atasan coklat, rok hitam panjang, dengan rambut sebahu. Sehingga praktis duduk dengan kondisi badan yang miring ke kiri.

"Jalanan nya berlubang  mba.. kalau lewat sini pas hujan, becek banget pasti" Kataku lagi. Sambil mengamati jalan dan berusaha membuka pembicaraan. Sesekali aku menguap, melawan kantuk yang kadang datang bersama angin dingin dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun