"Tak apalah Bang, Aku masih ada tabungan bulan lalu.. Kau kan tau aku orang yang irit, jadi aku ada simpanan.." Jawabku sambil tersenyum, berusaha menyakinkan Abangku.
Tanpa banyak cakap, Aku langsung berlari ke dalam kamar. Mengambil amplop yang tadi ku selipkan di kantong tas. Lalu  menghampiri Bang Roy.
"Terimalah Bang.. untuk SPP Rudi. Kali ini ku mohon kejarlah impian lamamu untuk berumah tangga, dan  mengejar Mba Dian. Sebelum nanti Kau keduluan orang lain lagi.." Kataku sambil menyerahkan amplop ke tangan Bang Roy.
Ia terlihat ragu menerima uang dariku. Dan memberikannya balik ke tanganku..
"Jangan Na.. Kau juga perlu.." Bang Roy menjawab cepat-cepat sambil menutup tangannya.
Aku memahami perasaan kakakku itu. Ia yang biasa mencukupi kebutuhan kami tak pernah sedikitpun ingin membebani kami.
Ia merasa tugasnya untuk membahagiakan dan melindungi kami. Hingga Aku bisa kuliah dan akhirnya menjadi guru, itu berkat kerja kerasnya.
Meskipun Ia juga tak pernah melarang kami mencari uang saku. Untuk jajan sendiri kala bersekolah.
Dan kini kupikir, setelah aku bekerja. Juga adikku sering mengikuti magang dari sekolah kejuruannya dan sebentar lagi lulus. Sudah sepantasnya Bang Roy juga mulai memikirkan hidup dan masa depannya sendiri.
"Bang.. bahagiakanlah dirimu dan orang yang dari dulu Kau cinta.." Ucapku lembut sambil tersenyum, ku harap sayang dan harapan tulusku sampai kepadanya. Sehingga Bang Roy tak lagi ragu mengambil keputusan.
Ku lihat, senyuman mulai mengembang dari wajah Abangku. Anggukan kecil serta pelukan hangatnya pun menghampiriku.