Aku terdiam lama, bayangan indah kala mencium tangannya saat berpamitan pergi dengan sahabatku. Tiba-tiba berkelebat lewat dalam ingatan.
"Aku memintanya lewat tahajud.." Kataku kepada sahabatku sambil menyeruput es teh manis. Sensasi dingin es menyegarkan tenggorokan dan ingatanku.
Wajah teduh suamiku menari-nari lagi di kepalaku. Bagai sebuah bonus dari Allah yang tentu ku dapatkan atas nikmatNya.
"Kamu tentu tau, Aku tidaklah cantik Ri.. Perempuan cantik mungkin banyak di sekeliling suamiku dulu. Aku hanya meminta dengan yakin kepada Allah, Tuhanku" Lanjutku lagi.
Perkataanku tak mengada-ngada dan memang sebuah kenyataan. Sebab memang ku pinta suami yang baik, lewat sujud-sujud panjangku dan sebait doa di malam hari. Kala banyak orang lelap tertidur.
Awalnya, Aku hanya meminta Allah menenangkan hatiku. Di antara luka, kegagalan, masalah yang sebelumnya banyak datang silih berganti di kehidupanku.
Namun, atas doa dan kesabaran. Allah izinkan suamiku datang dan hadir untuk membasuh lukaku.
"Wah.. Aku juga mau gitu.." Jawab sahabatku sambil kemudian memasukkan potongan pempek ke dalam mulutnya.
Percakapan kami terputus dan tersambung di sela-sela makan pempek kapal Selam yang lezat. Obrolan ringan namun hangat dan disertai gurauan kecil antar sahabat.
Pertemuan yang kadang kami lakukan sebagai pengobat rindu, diantara obrolan yang hanya sesekali via Whatsapp. Kulineran makan enak kadang menjadi alasan kami untuk bersua.
Sahabatku, Eri sedang meminta pendapat tentang jodoh. Ia bercerita tentang laki-laki yang sedang dekat dan dikenalnya.
Apakah ia akan lanjut ke hubungan yang lebih serius atau sekedar teman saja. Ku sarankan Ia agar tak terburu-buru karena dikejar target menikah oleh orangtua dan saudara-saudaranya, mengingat perkara umur.
Kadang omongan keluarga memang mempengaruhi suasana hati. Perkara umur dan ketakutan menjadi perawan tua. Selalu menjadi momok di masyarakat.
"Aku yakin, kamu akan menemukan suami yang baik Ri" Ucapku lagi sambil tersenyum melihat sahabatku makan pempek dengan lahap. Pempek Kapal Selam yang terbuat dari ikan Belida menjadi pilihan ketika kami bertemu kali ini.
"Iya.." Jawab Eri sambil nyengir dan menengadah wajah dari wadah pempek. Lalu asyik menikmati hidangannya lagi.
Aku yakin, dalam hati Eri tentu saat ini sedang kebat-kebit kala tak sedang makan dan sendirian di kosan. Perkara jodoh kadang memang meresahkan.
Sehingga memang Aku harus memeperingatkan sahabatku ini agar berpikir dengan matang. Pertimbangkan bibit, bebet, bobotnya, sehingga tak salah memilih.
Karena beberapa teman atau saudaraku yang lain yang terburu-buru memutuskan menikah, malah berakhir di perceraian. Sebab belum mengenal lebih jauh calon suaminya.
Kata-kata manis sebelum pernikahan seolah bumbu cinta untuk seseorang. Padahal pernikahan ternyata tak sesimpel itu di kemudian hari.
Jodoh memang sebuah misteri, yang telah di tetapkan Allah semenjak kita dalam kandungan. Namun upaya kita untuk mencari jodoh yang baik, tentu harus dimaksimalkan.
"Sabar, jangan terburu-buru memutuskan Ri.. Sholat istikharah dan berdoalah dengan keyakinan sepenuh hati Ri.." Kataku
"Iya Di, Makasih ya sarannya.."Jawab sahabatku sambil menyeruput es kacang merah. Ia kini telah merambah ke hidangan di sebelah piring pempek.
Aku memandanginya dengan tersenyum. Kulineran enak memang bisa membuat mood, suasana hati menjadi lebih terasa menyenangkan.
"Semoga akan kamu temukan imam yang baik, jodoh yang sesuai denganmu" Lanjutku sambil kemudian terdiam, mengunyah dan menghabiskan pempek.
"Terimakasih Di.." Ucap Eri sambil menatap mataku. Semoga dukungan dan doaku menjadi penghibur untuknya.
Benarlah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 45 berbunyi, "Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk".
#PutriEkaSari
Jakarta 06 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H