"Ingatlah Nak.. apapun cita-cita kalian. Semua pekerjaan haruslah dilakukan dengan penuh tanggung jawab, karena kelak akan Allah pertanyakan di akhirat tentang amanat, titipan yang Allah berikan kepadamu". kata Bu Ria.
Tentu Bu Ria ingin melanjutkan dengan konsep lain, namun Ia khawatir anak kelas !SD mungkin belum mengerti.
Kelak kita akan ditanya jika jadi seorang kepala Daerah, bagaimana memimpin yang benar. Sudah adilkah? sudah jujur dan tak korupsikah?
Apalagi dengan kekuasaan yang ada, tentu sangat rentan dengan kesempatan yang sangat untuk korupsi dan mengambil uang rakyat, dari berbagai proyek pemerintahan bukan?
Kembali ia menerawang diantara jawaban-jawaban murid-muridnya yang masih seru bersahut-sahutan.
Ia pun seolah sibuk dengan pikirannya sendiri. Ah.. Jika Ia jadi Gubernur, atau bagian dari institusi Negara. Dan menolak untuk korupsi.Â
Mungkin belum tentu dirinya kuat untuk menolak nepotisme atau gratifikasi lain untuk keluarga, atau akomodasi bentuk lain, misalnya jalan-jalan ke luar negeri dengan jet pribadi, nonton konser dengan tiket VIP dsb.
Ah.. rasanya ia tak sanggup menolak banyak hal dan akses yang didapatkan dengan leluasa bila menjadi seorang penguasa, apalagi Gubernur. Kepalanya terlihat menggeleng, bergoyang-goyang sendiri.
Ia tentu sangat khwatir dengan beratnya pertanggungjawaban di hadapan Allah saat hisab kelak.
Cukuplah peran yang ada dalam dirinya saat ini. Dioptimalkan agar dapat lebih bermanfaat untuk keluarga dan umat.
Baginya, title dan gelar Gubernur Wanita. Seperti beberapa Gubernur wanita di daerah lain, tentu tidak mudah. Membuat hidupnya akan terbebani dengan tanggung jawab, meskipun tentu akan menjadi terkenal di seantero Jakarta.