Selama di Singapura, aku memaknai semua langkah kaki dengan senyuman dan rasa syukur. Ah.. Begitu menakjubkannya sebuah kata-kata.
Hingga dua tahun kemudian Allah pun memanggilku ke kota lain di luar Negeri. Yang menjadi impian hampir semua muslim, yaitu Mekah dan Madinah.
Sebuah impian yang juga terwujud nyata. Kala penaku dahulu juga menuliskan kata 'Ingin Umroh bersama Ibunda' di selembar kertas sederhana yang sama dengan impian 'Ingin ke luar Negeri'.
Sebuah perjalanan menuju Mekah-Madinah juga di mulai dari Impian, dikuatkan dengan visualisasi foto berbingkai, tentang indahnya Masjid Nabawi di dinding rumah. Yang makin memicu semangat untuk beribadah di sana.
Perjalanan selama di Mekah dan Madinah adalah bagai menyusuri jejak Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, merekam tiap langkahnya. Mengenang perjuangan kaum muslimin yang hijrah dan mentafakuri perjalanan Islam di Kota Suci umat Muslim ini.
Dengan Izin Allah, aku dapat menjejakkan kaki dan melaksanakan shalat di sana. Bukanlah hanya sekadar impian belaka, kata itu menjadi kenyataan. Karena Kata adalah Doa bagi yang mempercayai dengan segenap keyakinan dan iman.
Kata (doa) adalah bagian dari impian yang dilontarkan melalui mulut. Lalu menjadi afirmasi diri lewat Kalbu, yang secara tak langsung merupakan prasangka kita kepada Allah. Sehingga kemudian menjadi Action (kenyataan).
Kesimpulan: Hendaknya kita menahan diri untuk berkata yang tidak baik ataupun melemahkan diri. Bijaklah dalam mengucap kata, jika salah bertutur. Istigfhar dan mohon ampunlah kepada Allah. Sehingga yang terbaiklah yang akan terjadi pada kehidupan kita.
-Putri EkaSari, Surabaya 22Nov24-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H