"Halo Pak.. tumben tak bareng Ibu.." Tegurku kepada Pak Kumbang keheranan, karena biasanya kulihat Pak Kumbang selalu berdua dengan istrinya. Romantis sekali..
"Ia nih.. si Ibu lagi di rumah nemenin ade, lagi tak enak badan" Jawab pak Kumbang sambil lewat menuju bunga sebelah. Â
Aku pun mengangguk sambil berlalu. Mulai menyusuri kebun bunga di taman indah yang dipenuhi banyak bunga dan tanaman.Â
Ku amati di pintu depan gapuranya, terdapat tulisan, 'Taman Layla'. Taman yang terletak di daerah Puncak, Bogor. Memiliki udara yang masih asri dan segar. Jauh dari polusi seperti di kota besar.
Ku edarkan mataku ke sekeliling taman, penglihatanku terasa begitu segar melihat warna warni bunga-bunga yang ada di sana. Rasanya seperti di negeri pelangi, semua warna ada.Â
Ungu dan kuning Bunga Aster, Bunga Lily yang putih cantik, mawar yang merah merekah. Kamboja pink juga putih yang menggairahkan. Berdampingan dengan warna hijau serta pink dari bunga teratai yang menyembul dari kolam di tengah taman.Â
Aku begitu tertarik dengan bunga Lily yang tak jauh dariku. Ia adalah bunga jenis bakung berwarna putih yang anggun seolah melambai ke arahku.Â
Hm.. pantas saja aku dan teman-teman harus berburu lebih dahulu singgah di bunga ini, sebelum kami keduluan oleh manusia. Yang menggunakan bunga Lily untuk dekorasi rumah atau acara-acara besar mereka.
Pernah di suatu kesempatan aku melihat manusia di taman Layla yang menggunakan berbagai jenis warna bunga lily untuk dekorasi pernikahan, cantik sekali. Kulihat warna merah, kuning, pink, hijau pun ada di sana tak terkecuali putih serupa dengan yang ada di taman ini.
Bunga Lily begitu cantik bersanding bersama dengan jenis bunga dekorasi pelaminan lainnya. Diantaranya anggrek, gardenia maupun peony.
Bau harum bunga Lily di sudut taman, menusuk ke hidungku. Seolah menarikku untuk menghampirinya. Sayapku yang mungil pun langsung terbang menghampirinya.Â
Kakiku dengan hati-hati menyentuh bunga Lily di bagian pangkal pucuk kanan bunga, entah kenapa hatiku memilih untuk hinggap di sana. Mungkin karena bunganya yang paling besar, merekah dan harum. Hidungku saja hingga kembang kempis terlena dibuatnya.
Bunga dengan kelopak besar seperti terompet, tangkai memanjang dan putik seperti korek api ini memang menarik. Tak ayal jika Lily melambangkan kesucian, kemurnian dan kesopanan.
Kakiku menapaki pangkal putik kearah dalam bunga Lily. Mencari nektar dan mulai menghisapnya dengan lahap.Â
Begitu lezatnya sarapanku pagi ini. Penuh dengan nutrisi untuk menjalani hari. Setelah puas dan kenyang. Aku pun beranjak keluar dari kelopak bunga dengan perut kekenyangan.
Perut kenyang, hatipun terasa senang. Sambil bersenandung kecil, ku kepakkan sayapku berkeliling rumpun bunga lainnya di taman. Bunga Aster disebelah Lily menarik perhatianku. Warna merah, ungu dan kuningnya yang cantik memukau.
Sayapku narik dan turun menyusup diantara bunga dan daun-daun. Ternyata tak ku sangka, aku bertemu dengan sahabatku di rumpun Aster bagian bawah..
''Ayu'' teriakku.. Ke arah sahabatku sambil menghampiri.
Sayapnya yang begitu cantik eksotis, kuning dengan guratan hitam. Mengkilap tampak kontras sekali, diantara daun-daun pohon aster. Warna itulah yang menginspirasi nama cantiknya.
Sahabatku nampak tersenyum gembira bertemu denganku, kami pun menempelkan sayap masing-masing saling berpelukan. Ciri khas Ketika bertemu, layaknya tak bertemu dalam waktu yang lama.
''Hai Bestie, dari mana saja?' ucapnya
''Tuh.. runjukku ke arah pohon Lily di belakangku sambil mendekatinya.'' Jawabku.
''Yu, kamu tau ga sie aku dengar ada tanaman baru di pojok taman lho'' Kataku setelah kami memutari pucuk aster.
"Yuk.. kita ke sana" Ajakku sambil membujuk.
''Ah.. ga deh.. aku lagi mau main-main di sini" sahut Ayu
"Ayo dong.. temani aku Yu.. sebentar aja, soalnya aku dengar tempatnya bagus dan masih lebih sepi, jadi tenang main disana.." kataku sambil terus membujuknya.
"Ih.. takut ah, kalau sepi, jangan-jangan ada ular Fi" jawabnya.
"Sebentar aja Yu, aku penasaran, ga bakal ada ular deh pasti di situ, ini kan bukan di hutan" kataku sambil terkekeh, namun terus membujuknya.
Ku lihat dia pun terpengaruh, lalu menganggukkan kepala.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya" sahutnya sambil menggandeng sayapku.
Kami menyusuri taman sambil bercerita, tertawa Bersama. Begitulah rutinitas keseharian kami bermain Bersama. Kami bersahabat sudah sedari kecil, sahabat terasa seperti sodara.Â
Sering kami berkelana dan menjelajah berdua saja. Meskipun kadang kami juga bermain dengan teman lainnya.Â
Tapi entah mengapa, hanya kami berdua yang bisa saling menyelami sampai ke jiwa, saling paham apa isi hati tanpa perlu berkata-kata. Sedangkan dengan teman lainnya, kadang rasanya berbeda.
Kami pun menyusuri taman, melewati penghuni taman lainnya, diantaranya Pak Ulat yang kelelahan, tertidur lelap di dedaunan. Ada Pak Lebah dan gerombolannya yang sibuk mengumpulkan nectar di pohon rambutan.Â
Lalu menyapa Pak Jangkrik dan Belalang yang sedang melompat dengan senang hati. Mereka sedang berlomba melompat dengan gembira, saling bertaruh siapa yang paling jauh lompatannya.
Tak terasa kami sampailah ke tujuan. Ku lihat agak menjorok ke pojok, ada sebuah tumbuhan yang seperti kantung, lonjong berwarna merah.Â
Entah mengapa, mataku tertuju, terkesima ke arah tumbuhan itu. Ia yang memiliki empat kelopak bunga yang terangkai dalam satu tandan, dalam sebuah pot.Â
Aku begitu penasaran ingin melihatnya. Karena bentuk bunganya yang seperti kantung, begitu tak biasa seperti pada umumnya.
"Fi, udah yuk.. kan katanya mau lihat aja sebentar" Kata Ayu mulai mengajakku pulang. Merasakan suasana yang sepi, mulai membuatnya tak nyaman.
"Sebentar Yu, baru juga sampai, kan aku mau menyelidiki dulu, ini bunga apa sih" sahutku mulai mengitari sisi pinggir bunga.
"Tapi di sini gelap Fi, aku ga nyaman ah.. mau main di tempat lain aja" Kata Ayu lagi, seperti merengek.
"Tunggu ya.. aku pengen meneliti, ini kenapa bentuk kelopaknya seperti ini, kantung" Sahutku sambil menyusuri tanaman itu. Berlagak seperti detektif
"Oke, jangan lama-lama ya.. hati-hati Fi.. sepertinya aneh berada di sini, sepi" jawab Ayu lagi, dengan cemas. Ia memang sering khawatir akan hal-hal yang tak biasa ada.
Berbeda denganku yang terkadang penasaran akan sesuatu, dan keras kepala.
Maka tanpa menjawab dan menoleh lagi, perlahan ku jejakkan kaki di pinggir kelopak bunga tersebut. Kepalaku melongok ke dalam kantung kelopak bunga berkantung itu, begitu penasaran.
Ini bunga apa ya.. Batinku.. Karena dari atas kelopak, aku tak melihat ada kepala putik atau benang sari di sana. Seperti jenis bunga lainnya yang biasa.Â
Saat kepalaku makin melongok terlalu dalam, tiba-tiba kepalaku seperti menempel ke dalam kantung itu. Aku bergerak dan mulai berteriak panik, Ketika sayapku ikut menempel di dalam kantung itu, dan perlahan seperti ada energi hisap dari arah bawah kantung. Slurp... Tubuhku meluncur semakin dalam.
"Ayu... Yu tolong Yu... aku ga bisa keluar" Teriakku sekencangnya
"Duh.. Fia.. Gimana nie.. kan Ku bilang hati-hati" Jawab Ayu dari luar bunga. Ia ketakutan, jika terlalu dekat dengan bunga berkantung itu, bisa ikut terhisap.
"Yu.. aku terjebak" Aku pun mulai meronta sambil mulai berteriak, diselilingi dengan isak dan air mata. Karena Aku merasakan Gerakan cepat, seolah berusaha menelanku bulat-bulat.
Ah... apa yang aku harus lakukan.. Temanku pun tak bisa membantu apa-apa atas pilihan yang sudah ku buat. Mungkinkah aku hanya bisa pasrah dan berdoa pada Allah saja..
Kadang rasa penasaran sesaat, terlihat indah dan bisa melenakan..
-PutriEkaSari, Semarang 20Nov24-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H