Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Penasaran Membawa Petaka

20 November 2024   05:34 Diperbarui: 20 November 2024   07:23 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com - Nepenthes

Tapi entah mengapa, hanya kami berdua yang bisa saling menyelami sampai ke jiwa, saling paham apa isi hati tanpa perlu berkata-kata. Sedangkan dengan teman lainnya, kadang rasanya berbeda.

Kami pun menyusuri taman, melewati penghuni taman lainnya, diantaranya Pak Ulat yang kelelahan, tertidur lelap di dedaunan. Ada Pak Lebah dan gerombolannya yang sibuk mengumpulkan nectar di pohon rambutan. 

Lalu menyapa Pak Jangkrik dan Belalang yang sedang melompat dengan senang hati. Mereka sedang berlomba melompat dengan gembira, saling bertaruh siapa yang paling jauh lompatannya.

Tak terasa kami sampailah ke tujuan. Ku lihat agak menjorok ke pojok, ada sebuah tumbuhan yang seperti kantung, lonjong berwarna merah. 

Entah mengapa, mataku tertuju, terkesima ke arah tumbuhan itu. Ia yang memiliki empat kelopak bunga yang terangkai dalam satu tandan, dalam sebuah pot. 

Aku begitu penasaran ingin melihatnya. Karena bentuk bunganya yang seperti kantung, begitu tak biasa seperti pada umumnya.

"Fi, udah yuk.. kan katanya mau lihat aja sebentar" Kata Ayu mulai mengajakku pulang. Merasakan suasana yang sepi, mulai membuatnya tak nyaman.

"Sebentar Yu, baru juga sampai, kan aku mau menyelidiki dulu, ini bunga apa sih" sahutku mulai mengitari sisi pinggir bunga.

"Tapi di sini gelap Fi, aku ga nyaman ah.. mau main di tempat lain aja" Kata Ayu lagi, seperti merengek.

"Tunggu ya.. aku pengen meneliti, ini kenapa bentuk kelopaknya seperti ini, kantung" Sahutku sambil menyusuri tanaman itu. Berlagak seperti detektif

"Oke, jangan lama-lama ya.. hati-hati Fi.. sepertinya aneh berada di sini, sepi" jawab Ayu lagi, dengan cemas. Ia memang sering khawatir akan hal-hal yang tak biasa ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun