Untuk menambah cita rasa, gorengan pun biasanya dimakan dan disajikan dengan berbagai pelengkap lain. Diantaranya cabe rawit, sambal kacang, kecap dengan irisan cabai, saos-sambal, sambal petis ataupun kuah cuko.
Di Jakarta sendiri, gorengan biasanya dijadikan pamungkas untuk sarapan cepat. Paling enak disajikan berdampingan dengan nasi uduk, nasi kuning dan kerupuk sebagai pelengkap. hmm... jadi lapar..Â
Saya pun sempat terkejut, dengan sebuah cerita di medsos yang sedang viral dan ramai menjadi perbincangan. Tentang harga gorengan Sulthan, gorengan yang naik kelas. Dan harganya meroket di beberapa restoran Jakarta Pusat ataupun Restoran area bundaran HI.Â
Satu porsi gorengan (bakwan jagung isi 3 pcs, senilai Rp. 85.000). Sedangkan tempe nachos seperti pada foto dibanderol dengan harga Rp. 150.000 (satu porsi isi 5pcs).
Menariknya, makan gorengan Sulthan di salah satu restoran di bundaran HI. Yaitu olahan cireng bumbu rujak, singkong goreng dan pisang goreng-ice cream, kita harus merogoh kocek untuk 3 porsi gorengan ini, sebesar Rp. 350.000 an. Waw.. fantastis kan harganya.. Tempat dan view asyik makan gorengan, menjadikan makanan ini lebih berkelas ya..
Dan ternyata gorengan begitu populer, tak hanya di Indonesia. Di Negara lain pun juga ada beragam variasi olahan gorengan. Hanya saja mungkin rasanya tidak terlalu familiar dengan lidah.
Ketika di Jepang pun, saya sangat 'kangen' dengan gorengan Indonesia yang sering saya makan. Karena disana gorengannya tak seberapa melimpah bumbu-bumbu, seperti layaknya di Indonesia.Â
Di Jepang, saya menemukan gorengan dalam bentuk tempura udang. Dan Kakiage yang mirip bakwan sayur di Indonesia.
Uniknya, makan gorengan di Jepang dilengkapi dengan serutan lobak (Daikon Oroshi). Yang kabarnya mengandung enzim yang dapat memecah kandungan lemak dalam gorengan. Wah, patut dicoba ya triknya..