Malam itu, Kami dibangunkan dan dibawa oleh guru serta kakak-kakak pembina di tengah malam yang gelap.
Dengan mata setengah mengantuk, kami dikumpulkan berbaris di dekat api unggun.Â
"Duh.. mataku masih 5 watt nie.." Kata Atik berbisik kepadaku
"Sama Tik.. Aku ngerasa baru tidur sebentar udah dibangunin, pusing nie kepalaku" Jawab Ana di depannya sambil menggerutu.
"Sstt... Diliatin Pak Basuki tuh" Kataku memperingatkan teman-teman, melihat Guru yang terkenal Killer itu mendekat.
Tak lama kemudian, kelompok dari masing-masing masing regu pun memulai misi jurit malam. Memecahkan beberapa clue dan kemudian mengumpulkan bendera. Siapa yang mengumpulkan bendera paling banyak, dengan waktu tercepat akan menjadi pemenang. Dan akan mendapatkan hadiah dari panitia.
Dengan berbekal kertas petunjuk dan senter di tangan, kami melewati beberapa titik sesuai dengan arahan pembina. Menyusuri malam yang pekat, langit tanpa bintang.
Kami berusaha mengusir perasaan takut, yang kadang menghantui di sela-sela langkah. Sambil menghalau nyamuk nakal yang beberapa kali berusaha menggigit tubuh kami. Tak ayal beberapa teman terdengar menepuk kesana kemari sambil bersungut-sungut.
Bulu kuduk saya sesekali berdiri ketika melewati area gelap tanpa penerangan cukup, hanya mengandalkan senter dan cahaya head lamp saja.
Rute pertama melewati kamar mandi wanita yang kabarnya angker.Â
"Eh.. jalan nya cepetan yuk" Kata Kayla meminta kami bergegas melewati area depan kamar mandi yang gelap.
"Iya Kay, kabarnya di kamar mandi suka ada yang nangis malam-malam.. Hi.." Sambung Arin.
"Hi... jangan sampai ketemu hantu si Mumun.. yang kabarnya suka nyamar pakai seragam pramuka,," Jawab Ana, diikuti teman-teman yang spontan mempercepat langkah.
Hembusan angin menderu, diantara pepohonan tinggi nan lebat. Yang bersebelahan dengan semak belukar, seolah berbisik-bisik di telinga, menambah seram rasanya.
Udara dingin dan lembab malam terasa semakin mencekam. Diiringi bunyi jangkrik dan serangga lainnya yang seolah berlomba mengeluarkan suara. Lolongan anjing pun ikutan bersahutan, menyapa lantang di kejauhan.
"Eh gengs.. hati-hati.. jangan bengong ya.. kita mau lewatin kuburan nie.." Ucap Atik mengingatkan kami.
"Ati-ati, kabarnya ada yang pernah kesurupan lho karena bengong" Lanjutnya lagi.
"Kita lari ngibrit aja yuk pas lewat.." Jawab Kayla mulai mengusulkan.
"Gengs, kita ga boleh terpecah loh.. Kita masih harus mengumpulkan bendera.."Aisyah mengingatkan.
Kami pun menyusuri jejak, mengumpulkan bendera merah di beberapa titik tertentu, sebelum melewati semak kuburan. Yang dilengkapi dengan memecahkan teka teki yang ditaruh di tangkai bendera. Masing-masing kelompok peserta akan diberikan clue oleh pembina regu.
Setelah beberapa ratus meter kemudian, Saya dan teman-teman menyusuri jalan gelap serupa kuburan dengan batu nisan dari kejauhan. Entah itu adalah area pemakaman atau sekedar buatan, untuk uji nyali saja.
Karena takut, kami serentak saling merapatkan diri satu sama lain. Berusaha menenangkan hati yang kebat kebit.
Juga mengusir angin dingin yang sesekali bertiup, menghanyutkan suasana sepi yang menggelayut,
Beberapa teman mulai celingak celinguk ke kanan-kiri, mengamati situasi dan berbisik. Bertanya-tanya, benarkah kuburan yang ada di hadapan kami asli.Â
Sebab info dari beberapa teman-teman, acara jurit malam terkadang juga disertai dengan uji nyali terhadap hantu. Panitia akan menyiapkan 'stuntman' yang berperan sebagai pocong di titik tertentu.
Namun untungnya kala itu, pembina maupun guru-guru kami tidak ada yang menggunakan trik tersebut dalam jurit malam, tentu rasanya akan sangat menyeramkan bukan? Hiii...
Namun, tiba-tiba salah satu teman berteriak histeris..
"Hi... Pocong.. pocong.." Teriak Rika, sambil menunjuk ke arah salah satu kuburan di pojokan. Ia adalah salah satu teman di bagian belakang rombongan regu.
Kami serentak langsung menoleh ke Rika di bagian belakang, lalu ke arah yang ia tunjuk. Sambil kebingungan kami hanya bertanya-tanya satu sama lain.
Karena kami tidak ada melihat dimana pocong yang ia tunjuk-tunjuk dan ia maksud. Apakah dia hanya prank atau bohongan dan membuat kami panik?
"Ah.. ga ada ka, jangan nakutin dong.." Kata Ana sambil celingak celinguk ke arah makam.
"Itu.. di situ Na.." Kata Rika panik, ketakutan. Berusaha meyakinkan Ana.
"Ga ada apa-apa Rika.." Jawab Ana lagi. Seraya mulai kesal, khawatir kena prank tengah malam oleh Rika.
Rika menunjuk lagi ke arah makam semula, raut mukanya ketakutan setengah mati.
"Itu.. pocong nya keluar dari dalam kuburan, ia melayang-layang di atas kuburan" Katanya lagi, dengan panik.
Beberapa teman mulai beristighfar, dan membaca ayat kursi untuk mengusir rasa takut yang menggelayut.Â
"iya ga ada apa-apa Ka.. kamu halu kali Ka.." Sambung Arin antara takut juga gemas. Khawatir Rika hanya berusaha menakut-nakuti kami saja.
Ia tak melihat apa-apa di antara kuburan, hanya gelap yang pekat.
"Ayo.. kita langsung jalan aja terus ke arah tenda.." Kata Aisyah, Sang ketua Regu Cendrawasih. Mencegah ribut di belakang, hatinya mulai ketakutan juga.
Ratih di sebelah Rika langsung praktis menarik tangan Rika untuk mulai berjalan dan berlalu meninggalkan area pemakaman.
Saya hanya bergidik ngeri, sambil berjalan cepat, setengah berlari seraya menunduk. Rasanya ingin cepat sampai area tenda. Namun seolah waktu berjalan begitu lambat diantara kami yang kocar kacir, setengah berlari sambil terus berusaha berdoa dengan khusyuk.
Sementara Rika masih saja menoleh ke arah kuburan.. setengah ketakutan..
"Pocongnya hilang tih, seperti asap yang tiba-tiba memudar" Katanya lagi kepada Ratih yang berada di sebelahnya. Membuat Ratih yang pemberani hanya menelan ludah, menggeleng dan menarik tangan Rika agar terus berjalan, berlari cepat.
Kayla yang mendengar dan berada di depannya, terlihat tak henti merapalkan doa, mulutnya komat-kamit. Aku pun melakukan hal yang sama.
Berharap dalam hati, semoga pocong itu tidak menghadang ke depan kami.. Layaknya di film horor. Hii... ngeri..
Melewati pemakaman yang akhirnya tertinggal di belakang kami, rasanya hati lega bukan kepalang. Meskipun nafas kami ngos-ngosan, tinggal satu-satu.
Bendera terakhir pun sudah dikumpulkan di tangan ketua regu. Maka kami pun kembali ke dekat tenda, ke arah api unggun, menenangkan diri.
Ah.. lega rasanya..
*Secara bahasa, Gaib berarti tidak tampak, tersembunyi, atau tidak nyata. Sedangkan secara istilah, Gaib berarti sesuatu yang tidak dapat ditangkap dan dijangkau oleh indra.Â
Kita wajib mengimani yang gaib termasuk makhluk yan tak kasat mata ini sebagai sesama ciptaan Allah. Semoga Allah lindungi kita semua dari keburukan yang tersembunyi.
-Berdasarkan pengalaman nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H