Saya rasanya sedih, miris melihat perseteruan anak dan orangtua yang terjadi ini. Dan berharap semoga ada jalan keluar terbaik bagi kedua pihak.
Begitulah, ternyata kata bisa mempengaruhi pendengarnya. Kata yang di dengar ini, masuk melalui telinga, akan diolah otak. Kemudian dicerna dan masuk ke alam bawah sadar, mempengaruhi hati serta jiwa.
Kata yang kurang baik, seperti memberi label buruk pada jiwa anak. Dapat menyebabkan seseorang seperti kehilangan arah, kehilangan makna, krisis kepercayaan diri, dan menancapkan kebencian di hati.
Saya melihat, mendengar beberapa artikel serupa di medsos bahkan menyaksikan langsung di kehidupan sehari-hari. Begitu banyak anak yang merasa patah, sakit hati, dan rusak jiwanya karena perkataan orang tuanya sendiri.
Entah ini merupakan kurang efektifnya komunikasi yang dimiliki orang tua terhadap anaknya. Gaya pengasuhan turun temurun, ataupun luka batin yang juga diwariskan dari orang tua sebelumnya.Â
Sehingga cenderung asal bicara, dan kurang bisa memilah kata yang baik untuk diucapkan. Terutama ketika sedang emosi, marah melanda.
Hal yang dilakukan orang tua ini tentu akan menjadi teladan anak. Karena orang tua, digugu dan ditiru oleh anaknya. Untuk kemudian anak berbuat serupa kepada orang lain. Jika si anak tidak bisa memilah dengan akal sehatnya.
Pepatah mengatakan, Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Yang berarti Sifat, tingkah laku, dan kebiasaan anak akan mirip dengan orang tuanya.
Kata yang dilontarkan seperti dalam berita tersebut. Tentu sangat bertolak belakang, dengan yang diucapkan oleh Ibunda Thomas Alva Edison.Â
Kata sang Ibunda mengafirmasi Thomas, yang kemudian mampu dengan kata tersebut memotivasi diri dan memberikan jalan bagi anaknya. Agar bisa belajar dengan baik di masa depan.