Atau bahkan bagi sebagian orang introvert, yang sulit bercerita dan melampiaskan perasaan kepada orang lain. Menjadikan menulis untuk meluapkan perasaan baik sedih maupun senang.Â
Menulis dianggap bisa menghapus air mata yang malu untuk diperlihatkan kepada orang lain. Salah satu contoh : Menulis diary pribadi.
3. Menjadi terkenal lewat menulis (Eksistensi diri)Â
Menulis sangat erat hubungannya dengan membaca. Maka semenjak dapat membaca dan mengenal tulisan di bangku SD, saya pun mulai mengagumi penulis-penulis cerita di majalah Bobo maupun buku kisah Rakyat/Dongeng.Â
Lalu kekaguman itu berubah Genre, seiring dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia Era 90-an, yang begitu dekat dengan Marah Roesli (Pengarang Novel Siti Nurbaya), dan S.H Mintardja (Pengarang Novel Silat, Api di Bukit Menoreh).Â
Ataupun Chairil Anwar (Pengarang buku Aku yang dipopulerkan dalam Film Ada Apa Dengan Cinta), Habiburahman El Shirazy (Penulis Ketika Cinta Bertasbih), Asma Nadia serta Helvi Tiana Rossa yang kala SMA-kuliah novel serta filmnya sangat hits juga populer.  Â
Saya juga begitu terkesima dengan penulis-penulis lain di Dunia yang memiliki fantasi luar biasa, misalnya JK Rowling (Penulis Harry Potter yang menuliskan tentang dunia sihir) atau J.R.R Tolkien (Penulis buku Lord of the Rings, the Hobit) yang karya novelnya juga difilmkan.Â
Maka menulis dapat melahirkan karya sastra bahkan film populer. Sebuah produktivitas seseorang yang dapat menghasilkan uang. Sehingga namanya pun praktis menjadi begitu terkenal, harum dan dielukan pada jamannya.Â
Karena di Dunia, manusia yang tertinggal hanyalah Nama nya yang harum. Semoga menjadi bermanfaat (berfaedah) bagi orang lain. Â