Pasal 2, Jika senior salah ingat pasal 1
Disini seolah dijelaskan bahwa senior selalu benar, dan junior sebaik dan sebenar apapun, akan selalu salah di mata senior nya.
Dan hal ini bagi seorang junior menjadi sebuah beban mental tersendiri. Karena ternyata untuk masuk sebuah kampus, instansi ataupun tempat favorite, menjadi pintar saja tidak cukup.
Karena perlunya melewati masa proses perploncoan, yang kadang tak usai di awal semester saja. Namun bisa jadi hingga lulus sekolah/kuliah. Bahkan bisa jadi seumur hidup (jika berada di suatu instansi).
Lalu kemana harus mengadu? Â Mau cerita sama siapa? Karena teman-teman pun mungkin mengalami keadaan yang hampir serupa. Bukankah menjadi malu jika dianggap tidak kuat menjalani hari, atau dianggap lemah dan cengeng akan hidup.
Kenapa tidak cerita ke Orang tua saja? Salah satu alasannya adalah ketika bercerita dengan orang tua, khawatir akan menambah beban pikiran mereka.Â
Jadi mau lapor kemana? Berbicara dan mengungkap ke media sosial pun tak bisa, karena tentu akan mencoreng nama baik instansi terkait.
Hal ini adalah sebuah potret kelam yang menyedihkan, dari keadaan di Indonesia tercinta. Namun mungkin juga ada di belahan Bumi yang lainnya.
Maka sebaiknya, kita mulai membangun kesadaran diri, agar pembullyan dari senior yang bersifat negatif ini tidak terulang kembali di masa depan.