Banyak orang rela duduk dengan waktu cukup lama, yang seringkali disertai macet panjang.
Perjalanan seperti ini menjadi suatu cerita tersendiri. Yang kadang dirindukan. Terutama di momen Idul Fitri, yang dirayakan setahun sekali.
Seolah lelah di perjalanan terbayarkan, dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga sambil bermaaf-maafan.
Namun perlu diingat, mudik bukanlah hal yang wajib dilakukan. Sehingga rutinitasnya tidak perlu dipaksakan.
Jika ditelisik, kata Mudik ini dalam bahasa Jawa Ngoko, singkatan dari ”Mulih Dilik’’ yang artinya pulang sebentar, pulang dahulu setelah merantau (Google). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik mempunyai arti pulang ke kampung halaman.
Pulang itu sendiri bermakna kembali ke rumah atau ke tempat asalnya. Artinya jika seseorang mudik berarti bahwa orang tersebut pulang ke kampung halaman/ke rumah/ke tempat asal nya (Google-KBBI).
Mudik memiliki arti tersendiri bagi masing-masing orang. Alasan utama mudik biasanya karena ingin menengok orang tua di kampung halaman. Atau membawa orang tua dan keluarga mengunjungi sanak saudara di kampung. Sehingga momen mudik yang di rayakan satu tahun sekali, terkadang menjadi sesuatu yang banyak dinantikan.
Orang tua memiliki arti khusus dalam mudik lebaran. Karena akan berbeda rasanya jika mudik tanpa alasan karena orang tua. Berbeda pula artinya, seolah hanya bermakna sekedar liburan dan berwisata saja.
Berziarah ke makam orang tua yang telah tiada, ataupun leluhur pun dapat dijadikan pengingat diri kala mudik. Bahwa amal dan doa anak Shalih menjadi penerang kubur bagi orang tuanya.
Harapannya dengan mudik ini, silaturahmi menjadi terjalin lebih erat antar saudara. Karena saling mengenal saat mudik, dapat menautkan hati. Anak pun akan memahami silsilah keluarga. Siapa saudara dari kedua orang tuanya. Sehingga persaudaraan tidak terputus hanya di orang tua saja.
Hikmah mudik salah satunya, terjalinnya silaturahmi di masa depan. Silaturahmi membuat anak saling mengenal dengan saudaranya.