Kimia secara garis besar merupakan ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya, sementara itu bahan kimia adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan massa, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan kimia selalu beriringan dengan kita dimanapun dan kapanpun itu, khususnya di kehidupan sehari-hari.Â
Tetapi banyak khalayak umum yang salah mengartikan bahwa bahan kimia selalu identik dengan kata bahaya, satu kata yang melekat di kalangan masyarakat awam terkait bahan kimia, hampir semua dari mereka beranggapan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan bahan kimia adalah benda-benda yang berbahaya, hingga tak jarang yang menegaskan untuk menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan bahan kimia.
Di kehidupan rumah tangga penggunaan bahan kimia sudah kerap digunakan tanpa kita sadari, khususnya pada penggunaan jenis produk Low-Density Polyethylene (LDPE) yang merupakan plastik dengan tipe coklat dengan kode no 4 yang termasuk jenis plastik dengan penggunaan paling banyak di dunia, komponennya sendiri terbuat dari minyak bumi, plastik jenis ini biasanya didaur ulang dengan diolah kembali melalui beberapa teknik, salah satunya memalui hot tekstil karena dengan proses ini plastik menjadi lebih mudah dibentuk sehingga menghasilkan suatu tekstur dan bentuk yang baru (Beru, 2017)
Low-Density Polyethylene (LDPE) mengandung struktur kimia polimer yang mudah untuk diproduksi, serta plastik jenis ini memiliki sifat lunak dan fleksibel.Â
Polimer pada plastik jenis ini memiliki rantai cabang yang cukup panjang dan banyak serta memiliki densitas berkisar 0.91-.94/cm dan memiliki molekular yang renggang, jadi tak heran jika memiliki bentuk yang elastis dan tembus pandang sehingga tak jarang orang memilih menggunakan plastik jenis (LDPE) Low-Density Polyethylene karena harganya yang ramah di kantong.
Bahan kimia bukanlah hal yang mutlak dianggap berbahaya karena bahan kimia sendiri memiliki dua jenis sisi baik postitif ataupun negatif. Seperti produk rumah tangga yang sering kita jumpai yang mengandung senyawa kimia kerap kita jumpai pada plastik jenis Low-Density Polyethylene (LDPE) seperti: alat-alat dapur, kursi, meja, ember, pipa air, botol, pot bunga sampai kendaraan bermotor.Â
Dari beberapa komponen diatas kebanyakan menggunakan jenis termoplastik karena mudah didaur ulang dan bernilai ekonomis. karena memiliki sifat yang mudah dibentuk, ringan dan tahan terhadap bahan kimia (Sitepu, I. 2009).
Termoplastik yang digunakan dalam jenis LDPE ialah polietilena (PE) yang merupakan jenis polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena, selanjutnya adalah polipropelina (PP) dan polistirena (PS) keduanya tersusun dari proses polimerisasi molekul etana C2H4 (CH2=CH2) yang mana dua senyawa CH2 yang bersatu hingga membentuk ikatan ganda atau rangkap dua.Â
Namun pada jenis polistirena (PS) agak jarang digunakan pada jenis plastik LDPE, mengingat penggunaanya sendiri cukup luas dan dalam jumlah yang banyak sehingga akan menimbulkan masalah cukup serius pada lingkungan kita oleh karena itu polistirena dikategorikan sebagai sampah yang sulit didegradasi oleh alam dan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga ratusan tahun untuk mendegradasinya secara efesien.
Sebelum menggunakan kita juga perlu mengenali karakteristik dari plastik LDPE agar kita lebih memahami cara pengaplikasiannya di kehidupan kita. LDPE memiliki karakteristik yang unik sehingga banyak orang yang menggunakannya khususnya para ibu rumah tangga karena memiliki sifat yang tahan terhadap senyawa kimia, seperti alkohol, minyak sayur, keton, ester dll.Â
LDPE sendiri kebanyakan terbuat dari termoplastik sehingga memiliki tingkat daur ulang yang mudah serta memiliki sifat yang tembus pandang sehingga bisa mendeteksi bahan yang ada di dalamnya.
Selain itu plastik LDPE hadir dengan berbagai kegunaan yang mana memiliki peran penting di kehidupan sehari-hari seperti: 1) wadah kemasan, yang mana dapat digunakan untuk kemasan makanan ringan, botol minuman dan sebagainya. 2) Pembungkus plastik, LDPE hadir dalam wujud beraneka macam mulai dari tas belanja hingga tas plastik serbaguna seperti ziplock. 3) Komponen plastik, selain itu LDPE juga menjadi bagian dari komponen plastic yang digunakan di berbagai produk, serti kemasan karton pada jus, susu dll. 4) Peralatan laboratorium, kegunaan yang terakhir merupakan sesuatu yang tak terduga, karena kemampuannya yang bisa mehanan suatu reaksi kimia LDPE turut serta dalam pembuatan wadah kimia seperti yang biasa kita ditemui di laboratorium yang biasa berbentuk jirigen, ember dan botol yang tersedia dalam berbagai macam ukuran.
Bukan hanya sisi positif saja yang terdapat pada plastik LDPE Low-Density Polyethylene adapun sisi negatif yang ditimbulkan. Karena komponen dari plastik LDPE tidak seluruhnya terbuat dari jenis termoplastik yang mudah didegradasi jadi ada sebagian dari LDPE yang memiliki sifat sulit terurai sehingga tidak mudah untuk didaur ulang seperti yang terdapat pada polistirena (PS) pada jenis plastik ini sulit untuk didegradasi oleh alam dan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga ratusan tahun untuk mendegradasinya secara efesien.. LDPE juga tidak baik digunakan bagi senyawa yang mengandung berbagai gas seperti oksigen.Â
Walaupun plastik jenis ini memiliki standar food grade tetapi jika digunakan berulang kali penggunaannya dapat memicu timbulnya zat berbahaya seperti estrogenik.
Walaupun plastik jenis Low-Density Polyethylene atau biasa dikenal LPDE memiliki manfaat dan kegunaan yang cukup banyak, namun kita juga harus meminimalisasi penggunaannya karena akan berdampak pada bumi terutama lingkungan sekitar kita, apalagi penggunaan sampah plastic sendiri setiap tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya ledakan sampah.Â
Dan membuat lingkungan kita tercemar karena banyak sampah yang tidak dapat terurai sekalipun termakan oleh binatang akan tetap menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanannya.
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus bertindak bijak dalam mimilih dan memilah jenis plastik yang akan kita pakai dengan cara memahami karakteristik dari masing-masing plastik yang akan kita pakai serta menghindari pemakaian plastik yang berlebihan di sisi lain kita juga perlu adanya penyuluhan guna mengurangi penumpukan sampah plastik di Indonesia dengan cara membuat selogan bertuliskan "Say no to plastic" yang nantinya disosialisasikan pada masyarakat setempat.Â
Serta kita juga bisa memanfaatkan sampah plastic dengan cara mendaur ulang kembali menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual tinggi salah satunya dengan cara membuatnya menjadi embellishment busana yang bisa menambah nilai fungsi pada plastic yang sudah tidak terpakai dan sulit untuk didegradasi. Bukan hanya itu kita juga bisa membuatnya menjadi kerajinan-kerajinan yang bisa menambah nilai keestetikan dalam rumah seperti vas bunga, rak pensil, lampu kamar dan hiasan dinding dan lain sebagainya.Â
Dengan demikian kita bisa meminimalisasi terjadinya penumpukan sampah plastik di Indonesia, yang mana Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-3 sebagai penyumbang sampah terbesar di dunia dengan total 56,3 juta kg sampah plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H