Media sosial kembali diguncang oleh kontroversi besar setelah video yang menunjukkan tindakan tidak pantas dari seorang ulama yang sering disebut dengan Gus Miftah. Dalam video tersebut, Miftah terlihat mengolok seorang penjual es teh, yang segera memicu kemarahan netizen.Â
Akibatnya, hastag #PecatMiftah mencuat dan menjadi trending topik di berbagai platform media sosial, memicu perdebatan sengit tentang etika dan tanggung jawab sosial seorang ulama.
Kontroversi ini bermula ketika sebuah video yang menunjukkan Miftah Rahman sedang mengisi acara kajian di suatu daerah  dan tampak seorang penjual es teh yang ikut mencari rezeki di sana, Miftah mengatakan kata-kata yang tidak pantas dan beredar luas di internet. Dalam video tersebut, Miftah dengan nada arogan mengolok penjual teh tersebut dengan sebutan "gob**k". Tindakannya ini segera dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap pedagang kecil yang berjuang mencari nafkah.
Video tersebut langsung menarik perhatian netizen dan dengan cepat menjadi viral. Banyak yang merasa tindakan Miftah tidak pantas dan tidak menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang bekerja keras. Netizen pun mulai membanjiri media sosial dengan kritik dan kecaman terhadap Miftah, yang menyebabkan hastag #PecatMiftah menjadi trending.
Reaksi netizen terhadap video tersebut sangat cepat dan keras. Hastag #PecatMiftah dengan cepat menyebar di Twitter, Instagram, dan Facebook. Banyak yang menyerukan agar Miftah diberhentikan dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bisang Toleransi Beragama.
Netizen menyatakan bahwa tindakan Miftah tidak mencerminkan sikap yang layak pada seorang ulama. Komentar-komentar pedas dan kecaman tidak hanya datang dari kalangan netizen biasa, tetapi juga dari kalangan selebriti dan influencer lainnya.Â
Mereka mengecam sikap arogan dan tidak berempati yang ditunjukkan oleh Miftah dalam video tersebut.Â
Setelah hastag #PecatMiftah menjadi viral dan kecaman semakin meluas, Miftah Rahman akhirnya memberikan tanggapan resmi melalui akun media sosialnya. Dalam sebuah video permintaan maaf, Miftah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada penjual es teh serta seluruh masyarakat yang merasa tersinggung.Â
Dalam pernyataannya, Miftah mengatakan bahwa tindakannya tersebut tidak bermaksud untuk merendahkan siapapun dan hanya bercanda.
 Ia juga berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak di masa depan. Meskipun demikian, banyak netizen yang merasa permintaan maaf tersebut tidak cukup dan tetap menyerukan agar Miftah diberhentikan dari semua kontrak iklannya.
Kontroversi ini juga menarik perhatian para ahli dan aktivis yang melihat insiden ini sebagai cerminan dari masalah yang lebih besar di masyarakat. Beberapa ahli komunikasi menyebutkan bahwa kejadian ini menunjukkan kurangnya empati dan sensitivitas sosial di kalangan beberapa publik figur yang memiliki pengaruh besar di media sosial.Â
Mereka menekankan bahwa sebagai seorang pendakwah, Miftah seharusnya lebih berhati-hati dalam bertindak dan berucap, mengingat dampak besar yang bisa ditimbulkan.Â
Aktivis sosial juga menyoroti pentingnya tanggung jawab sosial bagi para influencer. Mereka menyerukan agar para influencer lebih berhati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan yang mereka sampaikan di ruang publik. Aktivis menegaskan bahwa tindakan Miftah yang merendahkan penjual es teh adalah bentuk ketidakadilan sosial yang harus dihentikan.
Kontroversi ini memberikan pelajaran penting bagi Miftah Rahman dan para pendakwah lainnya di Indonesia. Insiden ini menunjukkan bahwa publik sangat memperhatikan sikap dan tindakan para tokoh publik, dan bahwa kesalahan kecil sekalipun dapat berakibat besar di era media sosial.Â
Hastag #PecatMiftah menjadi pengingat bahwa tanggung jawab sebagai seorang pendakwah tidak hanya sekadar menghasilkan konten yang menarik, tetapi juga menjaga etika dan menghormati setiap individu, terutama mereka yang kurang beruntung. Apakah Miftah Rahman akan mampu bangkit kembali dari kontroversi ini atau tidak, hanya waktu yang akan menjawab.Â
Namun, satu hal yang pasti, insiden ini telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam ingatan publik dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Para influencer dan pemuka agama diharapkan dapat lebih bijak dalam menggunakan platform mereka dan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan dan ucapan mereka di hadapan publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H