Mohon tunggu...
putri ayusholiha
putri ayusholiha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan dalam Pemikiran Para Tokoh Filsafat

26 Maret 2020   15:19 Diperbarui: 15 Juni 2021   13:02 3336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Filsafat Pendidikan dalam Pemikiran Para Tokoh Filsafat (unsplash/freestocks)

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan . 

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks.

Tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

Aliran Progresivisme
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju (progress)bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu menginginkan perubahan-perubahan. 

Menurut Imam Barnadib, Progresivisme menghendaki pendidikan yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai dengan tuntutan dan lingkungan.

Baca juga : Pendidikan: Filsafat dan Radikalisme

Aliran Progresivisme didirikan pada tahun 1918, muncul dan berkembang pada permulaan abad XX di Amerika Serikat. 

Aliran Progresivisme lahir sebagai pembaharu dalam dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijakan-kebijakan konvensional yang diwarisi dari abad XIX. Pencetus Aliran filsafat Progresivisme yang populer adalah Jhon Dewey.

Aliran Konstruktivisme
Salah satu tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor Konstruktivisme adalahJean Piaget. Dia adalah seorang psikolog kelahiran Nauchatel Swiss pada tanggal 9 agustus 1896 di Swiss. 

Ayahnya, Athur Piaget, adalah seorang Profesor sastra Abad Pertengahan. Tahun 1918 Jean Piaget mengambil program Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan alam di Universitas Neuchatel. 

Pada tahun 1921 Jean Piaget menjadi guru besar dalam Psikologi dan Filsafat Ilmu. Tahun 1955 mendirikan International Center of Genetic Epistimology, yaitu studi tentang bagaimana seorang anak memperoleh dan memodifikasi ide-ide abstrak seperti ruang, waktu, gaya dan lainnya. 

Teori ini yang sangat dikenal dengan teori perkembangan mental. Selama hidupnya Jean Piaget telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Piaget meninggal di Janewa Swiss pada tanggal 16 September 1980.

Baca juga : Hubungan Ontologi dan Filsafat Pendidikan

Aliran Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi teori psikodinamika dan behavioristik. Teori Psikodinamika yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang berupaya menjelakan hakekat dan perkembangan tingkah laku kepribadian. 

Model Psikodinamika yang di ajukan Freud disebut dengan Teori Psikoanalisis (analytic theory). Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi didalam pikiran yang sering tanpa disadari oleh individu. 

Freud menyakini bahwa tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologi yang tidak disadarinya. 

Tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis, naluri irasional (terutama naluri menyerang dan naluri sex) yang sudah ada sejak awal setiap individu.

Pemikiran kunci tokoh filsafat pendidikan

1.      Aristoteles (384 -- 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. 

Pandangan ini berkembang pada abad 13 -- 14. Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi.

Baca juga : Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Filsafat Pendidikan

Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. 

Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.

2.       Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut 'academia'. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. 

Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. 

Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan.

3.      Johan Amos Comenius
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. 

Ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir.

Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.

Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut.

Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. 

Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta didik.

Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami perkembangan pada abad 18.

4.       Ibnu Khaldun (1332 -- 1406 M)
Filosofi Islam yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan kemampuan manusia untuk membuat analisis dan strategis sebagai hasil dari proses berfikir. 

Pendidikan merupakan transformasi nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. 

Pendidikan juga merupakan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat agar masyarakat tersebut bisa tetap eksis.

5.      Abduh Ibnu Hasan Khairullah (1849 -- ....M)
Filosofi Islam dari Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. 

Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).

6.      Muhammad Iqbal (1877 -- 1938M)
Filosofi Islam dari India, berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari peradaban manusia. 

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualisme (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan secara sama dan seimbang).

7.      Ahmad Dahlan (1869 -- 1923M)
Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah yang berpandangan bahwa pendidikan bertujuan menciptakan manusia yang 

(1) baik budi, yaitu alim dalam agama; 

(2) luas pandangan, yaitu alam dalam ilmu-ilmu umum dan 

(3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. 

Pendidikan agama dan pendidikan umum dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur'an dan Al-Sunnah.

Tokoh pelopor aliran filsafat pendidikan

1. Charlotte Mason (1842-1923) Pelopor Pendidikan Dalam Area Rumah: 

Seorang warga Britania, Charlotte Mason memiliki impian bahwa semua anak, tidak peduli apa kelas sosialnya, harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan seni liberal. 

Dia mendedikasikan dirinya untuk memperbaiki cara bagaimana anak-anak seharusnya dididik.

Melihat pentingnya mendidik orang tua pada ranah kedisiplinan dan pelatihan untuk anak-anak, ia mulai Parent's Education Union. 

Keyakinan Mason adalah bahwa anak-anak belajar melalui "living books" daripada berbagai teks kering dan melalui pengalaman nyata. 

Metodenya termasuk penekanan pada kenikmatan kesenian dan studi tentang seniman dan musisi besar. 

Banyak dari praktik pendidikan Mason cocok untuk diaplikasikan rumah dan metode pendidikannya telah menjadi dasar dari banyak keluarga yang memakai cara homeschooling.

2. Jean Piaget (1896-1980) Pelopor Bagaimana Anak Belajar: Siapa pun yang telah mengambil kelas psikologi anak akan telah mempelajari perkembangan dan banyak teori pembelajaran Jean Piaget, seorang psikolog Swedia. 

Terpesona dengan bagaimana cara anak-anak berpikir, dia mulai meneliti dan menulis buku tentang masalah psikologi anak. 

Ketika ia kemudian menikah dan menjadi ayah tiga orang anak, ia disertakan dengan data yang cukup untuk menulis tiga buku! 

Penelitian dan teori berikutnya telah menjadi dasar dan landasan pemahaman kita tentang perkembangan anak yang normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun