Manajemen Resiko pada Erupsi Gunung Semeru terhadap Permukiman di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.Â
Jika dilihat dari Artikel Pak Yupiter atau "Catastrophic Gunung Semeru dan Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Risiko terhadap Bencana" dan Artikel dari sumber-sumber lain mengenai erupsi di gunung semeru. Maka risiko kejadian ini bisa termasuk kedalam risiko murni, karena hal tersebut ini tidak dapat diprediksi sama sekali, maka para masyarakat yang ada di gunung semeru kemungkinan akan mengalami kerugian.Â
Menurut saya peristiwa dari kejadian risiko yang ada di gunung semeru karena terjadinya erupsi di gunung semeru yang mengakibatkan banyaknya warga yang kehilangan rumah serta barang barang berharga, bahkan bisa menimbulkan korban luka luka dan meninggal dunia karena hal tersebut tersebut bisa digolongkan menjadi risiko catastrophic hingga karena peristiwa tersebut yang membawa risiko dalam frekuensi rendah atau jarang terjadi namun bisa memberikan dampak kerugian dan risiko operasional yang tinggi.Â
Untuk menghadapi risiko tersebut, dapat menyelenggarakan suatu pengolahan risiko atau manajemen risiko yang merupakan suatu kegiatan untuk mengelola atau mengatur serta dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko.
1. Kejadian RisikoÂ
Erupsi gunung Semeru pada tahun ini telah menimbulkan dampak yang serius pada lahan permukiman di kota-kota di sekitar gunung semeru, salah satunya adalah kabupaten lumajang. Kerugian yang ditimbulkan antara lain lahan permukiman, lahan pertanian, sumber air, dan juga kerugian ekonomi.Â
2. Konteks Risiko
Melihat kerugian yang ditimbulkan erupsi Gunung Semeru tidaklah kecil, maka perlu adanya upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Semeru untuk mengurangi kerugian tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi jumlah korban jiwa pada saat terjadi bencana adalah dengan perencanaan mitigasi yang efektif. Dengan adanya perencanaan mitigasi yang baik, setidaknya penduduk yang menjadi korban semeru akan terbantu dalam menemukan tempat tinggal yang aman dari erupsi Semeru. Penanggulangan Gunung Semeru juga dapat dilakukan dengan merencanakan mitigasi bencana dengan membuat jalur evakuasi penduduk korban bencana erupsi tersebut. Jalur evakuasi yang direncanakan dapat membantu penduduk korban erupsi Semeru yang berada di sekitar lereng gunung Semeru untuk menuju tempat yang aman. Dengan menggunakan jalur evakuasi tersebut diharapkan semua penduduk yang berada pada daerah rawan bahaya erupsi merapi dapat dievakuasi ke tempat yang aman.Â
3. Identifikasi Risiko dan Analisis RisikoÂ
Faktor bahaya: memiliki sub-faktor yaitu bahaya letusan gunung api (dengan indikatornya kawasan rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan terhadap lontaran batu (pijar), kawasan rawan terhadap lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat, kawasan potensi terlanda lahar atau banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan, dan kawasan potensi terlanda awan panas (aliran lava dan aliran lahar) serta terdapat sub faktor bahaya gempa vulkanik (dengan indikatornya kekuatan gempa).
Identifikasi Tingkat Resiko Erupsi Gunung Semeru Terhadap Permukiman Penduduk
- Analisis Radius Permukiman Dari Puncak Semeru
Jarak menjadi faktor yang menyebabkan banyaknya kerusakan permukiman akibat erupsi semeru. Hal ini dikarenakan semakin dekat jarak permukiman dengan puncak Semeru maka akan semakin besar dampak terkena erupsi Semeru. Analisis jarak pemukiman dari puncak Semeru ini dilakukan untuk menganalisis jarak pemukiman dari puncak semeru yang diberi skor pada masing masing desa atau kawasan permukiman tersebut.Â
- Analisis KelerenganÂ
Semakin curam daerah permukiman maka semakin besar pula dampak terkena erupsi semeru. Analisis kelerengan ini dilakukan untuk mengetahui kelerengan dari masing-masing desa di kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Analisis Jumlah PendudukÂ
Jumlah penduduk juga menjadi salah satu penyebab besarnya dampak erupsi Semeru yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu. Karena desa dengan penduduk lebih banyak akan mengakibatkan dampak yang juga lebih besar.
4. Perlakukan Risiko
Melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap gunung api aktif. Dengan Melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus-menerus, maka diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktivitas semua gunung api aktif yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan tepat dan cepat. Penyampaian informasi dalam rangka pengamanan penduduk dalam kawasan rawan bencana dapat dilakukan tepat waktu sehingga korban bisa dihindari.
Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunung semeru. Untuk Mengetahui dan menentukan kawasan rawan bencana gunung api, tempat-tempat yang aman jika terjadi letusan, tempat pengungsian, dan alur pengungsian.Sehingga pada saat terjadi peningkatan aktivitas/letusan, kita sudah siap dengan peta operasional lapanganÂ
Penguatan kesiapsiagaan pada semua tingkatan masyarakat dan dunia usaha dengan cara melakukan sosialisasi pelatihan kebencanaan di tingkat desa di kawasan rawan bencana semeru dan bencana lainnya.
Mengosongkan kawasan rawan bencana. Daerah/kawasan yang termasuk kedalam kawasan rawan bencana harus dikosongkan dan dilarang untuk pembangunan.
Pemasangan EWS (Early Warning System) atau Sistem Peringatan Dini juga perbaikan rambu-rambu dan jalur evakuasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H