3. Homo soloensis: Kecanggihan dan Kepunahan di Plestosen Akhir Di puncak kecanggihan Homo erectus, Homo soloensis dari Ngandong menjadi saksi zaman Plestosen akhir. Dengan usia antara 400.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, bagaimana Homo soloensis mencerminkan perkembangan dan adaptasi di tengah- tengah perubahan zaman?
4. Jawa Barat: Wilayah Tanpa Tengkorak, Tetapi Berlapis Budaya Manusia Purba Meskipun hingga saat ini belum ditemukan tengkorak manusia sejenis Homo erectus di Jawa Barat, warisan budaya yang ditinggalkan menimbulkan hipotesis menarik. Apakah manusia sejenis Homo erectus pernah hidup di sana, dan apa bukti yang dapat kita temukan dalam tinggalan budayanya?
 5. Homo Sapiens: Pergeseran Menuju Manusia Modern di Nusantara Dengan peralihan ke era Homo sapiens, manusia modern yang hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu, Nusantara menjadi panggung bagi transformasi lebih lanjut. Bagaimana era ini menggantikan kehadiran Homo erectus dan membentuk masyarakat yang mirip dengan kita?
 Analisis atas informasi tentang Manusia Purba (Homo erectus) dengan jenis Megantropus palejavanicus dan Homo erectus robustus memberikan gambaran mendalam tentang kompleksitas evolusi manusia di kawasan Nusantara.
 1. Varietas Fosil Homo erectus: Temuan fosil Megantropus palejavanicus dan Homo erectus robustus di berbagai situs seperti Sangiran, Peming, Ngandong, dan sepanjang Bengawan Solo menunjukkan keragaman dalam spesies Homo erectus di Nusantara. Prakarsa arkeologi dan paleontologi untuk memahami variasi dalam spesies manusia purba ini sangat penting untuk melacak evolusi dan adaptasi mereka terhadap lingkungan yang berubah.
 2. Distribusi dan Penemuan Fosil: Fakta bahwa fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo, menandakan ketergantungan manusia purba pada sumber daya air. Distribusi di Pati Ayam, Sangiran, Sambungmacan, Ngandong, Pemning, Kedungbrubus, dan Trinil memberikan pemahaman geografis dan lingkungan kehidupan Homo erectus.
 3. Perkembangan Homo erectus erectus: Atap tengkorak Homo erectus erectus dari Trinil, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, menjadi perwakilan signifikan dari spesies ini. Dengan volume 900 cc, temuan ini mencerminkan perubahan morfologi dan kemungkinan peningkatan kecerdasan dalam evolusi Homo erectus.
 4. Kemajuan dengan Homo soloensis: Homo soloensis dari Ngandong menunjukkan perkembangan yang lebih maju dalam spesies Homo erectus. Dengan usia antara 400.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, temuan ini menciptakan gambaran tentang adaptasi yang semakin canggih terhadap lingkungan dan masyarakat mereka.Â
5. Tantangan di Jawa Barat: Fakta bahwa belum ditemukan tengkorak manusia sejenis Homo erectus di Jawa Barat, meskipun ada tinggalan budaya, menimbulkan pertanyaan dan tantangan baru. Ini menunjukkan bahwa masih ada misteri dalam evolusi manusia di wilayah tersebut yang perlu dipecahkan. 6. Pergeseran ke Homo Sapiens: Informasi tentang Homo sapiens, manusia modern, yang hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu menunjukkan evolusi kontinu manusia di Nusantara. Pergeseran ini tidak hanya mencerminkan perubahan biologis tetapi juga perkembangan budaya dan sosial yang lebih kompleks.
Solusi : Meninggalkan Warisan Manusia Purba di NusantaraÂ
  Sejarah panjang manusia purba di Nusantara, terutama Homo erectus dengan jenis Megantropus palejavanicus dan Homo erectus robustus, membawa kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang akar-akar evolusi manusia. Namun, banyak pertanyaan yang masih menggantung dan tantangan yang harus diatasi untuk menggali lebih dalam misteri perjalanan manusia purba ini.Â