Mohon tunggu...
Putri Aulia
Putri Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pamulang

Education, language, Literature

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Fenomena Penggunaan Bahasa Slang di Kalangan Anak Jaksel

11 Juni 2022   00:30 Diperbarui: 11 Juni 2022   00:41 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi generasi milenial (sumber: Pondok Pesantren An-Nahl Darujannah 5 Pandeglang/Pinterest)

Sebenarnya model penggunaan bahasa yang seperti itu tidak hanya terjadi pada mereka yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Namun, di bagian Jakarta yang lain, bahkan luar daerah seperti Surabaya juga terjadi penggunaan bahasa seperti ini. Entah apa yang terjadi dalam penggunaan bahasa tersebut, 

pada kenyataannya anak Jaksel lah yang pada akhirnya di lekatkan dengan fenomena ini. Kalau menurut saya sendiri, anak Jaksel sering dijadikan sebagai salah satu ajang trend model anak milenial, mulai dari fashion, gaya hidup hingga cara berbicara. Bahkan dari beberapa kalangan anak remaja juga turut menggunakan bahasa yang bercampur - campur.

Bahasa Jaksel memang belakangan ini banyak tersohor khususnya bagi warga dan para remaja di Jakarta Selatan. Terlebih lagi, mereka menggunakan bahasa tersebut sebagai suatu fenomena gejala sosial yang akrab bagi mereka dan biasa digunakan saat berbicara bareng teman.

Istilah yang berkaitan dengan bahasa Jaksel merupakan suatu kebanggaan bagi mereka, selain bahasa daerah yang melekat pada warga dan anak tongkrongan Jakarta Selatan, khususnya para gen Z dan ABG Jaksel atau biasa disebut para remaja Jakarta Selatan. Pada tahun 2018, trend seperti ini mulai terkenal. Dan istilah ini merupakan kata pendukung untuk menggambarkan kondisi, situasi dan keadaan seseorang.

Biasanya, anak Jaksel dalam berbicara menggunakan istilah dalam bahasa Inggris yang mereka sisipkan dalam kalimat, saat mereka berbicara untuk tujuan tertentu. Berikut contoh istilah - istilah dalam bahasa Jaksel yang seringkali digunakan yaitu literally (paling mendasar), Which is (yang mana, dimana), 

you know (kamu tahu lah), whatever (terserah), ghosting (julukan untuk orang yang suka tiba - tiba menghilang tanpa memberi kepastian), bestie (pertemanan yang sangat erat), couple goals (pasangan yang menjadi contoh banyak orang), sleep call (telponan dimalam hari sampai tertidur), support system (dukungan), bro mens (sapaan), toxic relationship (hubungan asmara yang tidak sehat), deep talk (pembicaraan yang mendalam).

Mungkin, hampir di semua negara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bahasa Inggris, kini begitu sangat populer dan dianggap sebagai bahasa yang relatif mudah dipahami. Tak terkecuali di Indonesia tentunya, bahkan bahasa Inggris dapat dijadikan mata pelajaran wajib 

yang harus dipelajari oleh semua siswa hampir di semua jenjang sekolah sampai perguruan tinggi kita masih menemukan bahasa Inggris. Tetapi, apa jadinya jika kalau bahasa Inggris dicampur dengan bahasa Indonesia?

Mengapa hal tersebut terjadi?, hal itu dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ingin tampil beda, gaya hidup serta komunikasi yang menggunakan bahasa jamak (lebih dari satu bahasa dan satu kalimat) yang digunakan dalam berkomunikasi untuk menjadi ciri khas mereka antara lingkungan dan oranglain. 

Kalangan milenial, secara umum memiliki pemikiran yang kekinian. Namun, saya pribadi berpendapat bahwa menggunakan bahasa Inggris yang fasih di tingkat sosial masyarakat dalam percampuran bahasa ini juga tidak memungkiri hal ini dapat terjadi karena adanya faktor jarak kekuasaan atau dalam istilah biasa disebut jarak kekuasaan. 

Sedangkan, dalam hal budaya dan masyarakat Indonesia sendiri menganggap bahasa Inggris merupakan bahasa unggulan, yang seringkali membawa lingkungan pertemanan, ketika seseorang melakukan sosialisasi dan pastinya membawa dampak perubahan.

Remaja milenial menjadi sangat cepat dalam menanggapi perubahan karena pada usia remaja mereka sedang mencari jati diri. ketika mereka mungkin terbiasa dengan gaya bahasa temannya, maka disitu mulailah ia mencoba mencampuradukkan bahasa yang digunakan. 

Menurut, saya pribadi menggunakan 'bahasa anak Jaksel', rasanya saya tidak ingin mengikutinya, akantetapi saya akan tertinggal kewajaran penggunaan kalimat yang melibatkan lebih dari satu bahasa merupakan hal yang biasa, wajar dan lumrah dalam dunia linguistik.

Hal ini biasanya terjadi karena kemungkinan seseorang sedang belajar bahasa baru dan belum begitu menguasai semua kosakata dalam bahasa tersebut. Misalnya, sebagai contoh kita ambil dalam bahasa asing, saya pun pernah menggunakan kata bahasa Indonesia ketika berbicara bahasa Inggris dikarenakan ada sebagian atau bisa jadi beberapa kosakata yang tidak saya ketahui.

Namun, kita sebagai remaja milenial, bisa berbahasa Inggris dengan baik itu merupakan nilai plus dan menjadi nilai tambah dalam berbahasa dan berkomunikasi, tetapi alangkah baiknya kita juga tidak merusak bahasa Indonesia itu sendiri yang mencerminkan bahasa Nasional. 

Jangan sampai kebiasaan mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, menjadikan bahasa Ibu kita yaitu (bahasa Indonesia) semakin terkikis dan terlupakan.

Indonesia sendiri tidak ada catatan pernah dijajah oleh Inggris, tetapi keberadaan fenomena percampuran bahasa ini ada di indonesia. Fenomena ini baru terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta Selatan, sehingga anak kecil yang biasa kita sebut generasi milenial menggunakan bahasa Indonesia bercampur bahasa inggris dalam kesehariannya, 

terutama dalam hal berkomunikasi dan berbahasa itu suatu hal yang lumrah. Bahkan sebagian orang menyebut percampuran bahasa ini sebagai bahasa anak jaksel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun