Hari yang cukup panas hari ini, jalanan yang cukup ramai namun tak ada satupun yang mau membeli tisuku.
Beberapa pengendara mobil bahkan mengusirku
Aku tak terlalu sakit hati, hampir setiap hari begitu
Kemudian aku duduk di bawah pohon dekat trotoar, sekilas aku melihat adik kecilku masih tertidur pulas.
Aku melihat ada beberapa anak seusiaku baru saja pulang dari sekolahnya berjalan di depanku.
Aku melihat mereka memakai seragam merah putih lengkap dengan topi dasi dan sepatu.
Kemudian aku melihat diriku,pakaianku lusuh, beberapa ada yang berlubang.
Ayahku meninggalkan ibu saat sedang hamil,dan ibuku meninggal saat melahirkan adikku
Saat itu usiaku baru 8 tahun,baru sekolah kelas tiga SD.
Setelah itu aku tak melanjutkan sekolah karena harus merawat adik kecilku,di kota ini aku tak memiliki siapapun,hari itu aku bingung apa yang harus aku lakukan
Akhirnya aku menemukan sebuah pekerjaan setelah seharian berjalan
Aku memilih untuk berhenti sekolah, setiap hari aku mengendong adikku di belakang dengan kain,dan membawanya untuk berjualan tisu di lampu merah
"Boleh ibu beli tisunya satu?"
Lamunanku terbuyar saat ada seorang wanita paruh baya menghampiriku,aku sedikit terkejut
"boleh Bu, silahkan hanya dua ribu" ujar ku
"kenapa tidak sekolah?" tanyanya
Aku terdiam kemudian memperlihatkan gadis mungil yang berada di gendonganku
"Masya Allah" ujar sang ibu itu terkejut
"ayah dan ibumu kemana?" tanyanya lagi
"Ayah pergi saat ibuku hamil Bu,dan ibuku meninggal saat melahirkan adikku ini" ujarku lirih
Ibu itu nampak sangat terkejut mendengar ceritaku
"Kamu mau ikut ibu nak?" ujar sang ibu itu
"kemana Bu?" tanyaku
"Kerumah ibu" ujarnya kemudian mengambil alih gadis kecil dari gendonganku
****
"Nah ini rumah ibu" ujar ibu itu setelah sampai dirumahnya
Rumahnya terbilang sangat sederhana,dan bisa kulihat dari penampilan ibu ini beliau juga tak terlalu kaya.
"Kamu mau kan nak, tinggal disini sama ibu?" ujarnya terdengar sangat tulus
"Memangnya tidak apa-apa Bu?" tanyaku tak enak
"kan ibu yang nyuruh,ibu senang kalo kamu mau tinggal disini" ujarnya
"terima kasih Bu" jawabku
"ayo masuk" ujarnya kemudian menyuruhku untuk masuk kedalam
"sekarang bersihkan badanmu,biar ibu mencari pakaian ganti untukmu ya,kamar mandinya ada di belakang" ujarnya lembut
"Baik Bu" ujarku menurut
Jujur saja tak setiap hari aku bisa mandi,kadang bisa empat atau lima hari sekali aku baru mandi itupun tak ada pakaian ganti
Karena sebulan setelah ibu meninggal rumah yang aku tinggali telah diambil oleh pemiliknya karena aku tak mampu untuk membayar.
Hari itu juga aku pergi dari rumah itu,hanya berbekal beberapa pakaian saja,dan mulai hari itu aku mulai menjalani hari-hari ku yang amat berat, setiap hari aku memilih untuk tidur di kolong jembatan,disana para pemulung berkumpul.
Aku tak punya pilihan lain,dan aku harus mencari uang untuk membeli susu adikku yang saat ini sudah berusia dua tahun.
Dan selama itu pula aku tinggal di kolong jembatan itu.
....
Setelah selesai mandi,aku berganti pakaian bersih,wangi sekali.
"nak ayo makan dulu" ujar ibu itu memanggilku
"baik Bu"kataku berjalan kearah dapur
"ibu bisa memanggilmu siapa?" ujarnya padaku
"Panggil saja saya Doni Bu,dan adik saya,saya beri nama Lain" ujarku sembari tersenyum
"makan yang banyak ya Doni,biar ibu membuatkan susu untuk Lani"
"ohh iya,nama ibu Sri,kamu bisa panggil ibu" lanjutnya
Setelahnya aku mulai mengambil secentong nasi dan lauk,sudah lama sekali aku tak merasakan seperti ini, sekilas aku melihat Bu Sri tengah mengendong Lani,adik kecilku gadis itu tampak nyaman dalam pelukan Bu Sri,aku tersenyum melihatnya.
.....
Keesokan harinya
"Doni ibu mau berjualan di pasar,bisa bantu ibu?"
"hari ini kamu tak perlu berjualan tisu ya" ujarnya padaku
"Baik Bu ada yang bisa saya bantu" ujarku
"Tolong bantu bawa ini ya,bisa?" ujarnya memberikan plastik berisi beberapa gorengan.
Hari ini,aku membantu Bu Sri berjualan di pasar,
Dan mulai hari ini juga aku merasakan akan menjalani hidup baru
Dengan Lani yang berada di gendongan Bu Sri,aku tersenyum melihatnya.
.....
Hari ini jualan terbilang sangat laris, bahkan sekarang hanya sisa sedikit saja
Tiba-tiba seorang pemulung tua menghampiri kami bertiga, beliau meminta uang recehan
Aku melihat Bu Sri justru membungkuskan pemulung tersebut makanan yang ia jual
Beliau sama sekali tidak marah ataupun mengusir pemulung itu.
Berbeda sekali denganku kemarin
Saat sedang berjualan tisu aku menawarkan pada satu keluarga yang berada dalam mobil.
Mereka tak mau membelinya,dan mengusirku dengan cara yang cukup kasar
Memang aku sudah terbiasa diperlakukan seperti itu,dan hari ini aku dibuat kagum dengan Bu Sri yang sangat dermawan dan baik hati
Meskipun dia bukan orang kaya,namua tidak sengan memberi.
Sore harinya kami pulang
Setelah selesai mandi dan makan aku segera membantu Bu Sri di dapur untuk berjualan besok,aku ingin menanyakan suatu hal padanya
"Bu maaf jika saya lancang,kalo boleh tau kenapa ibu begitu baik hati dan dermawan?" ujarku lirih padanya
Bu Sri tersenyum kearahku, beliau mengusap rambutku
"Doni berbuat baik tidak harus menunggu kaya,dan berbagi tidak akan membuatmu miskin" ujarnya terdengar sangat tulus
Aku terdiam mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh beliau
"Orang kaya belum tentu mau berbagi,tapi orang yang mau berbagi sudah tentu kaya" lanjutnya
"Memangnya apa yang akan kita dapat Bu?" ujarku
"Ketika kita melakukannya dengan ikhlas dan karena Allah,maka Allah akan menggantikannya dengan beribu-ribu kali lipat" ujarnya lembut
"Ibu senang bisa bertemu denganmu,Doni kamu mau sekolah?" tanya Bu Sri tiba-tiba
Aku terdiam sejenak, kemudian mengangguk kepalaku perlahan
"Bagaimana kalo Doni besok sekolah?" ujar Bu Sri
"tapi Bu bagaimana dengan biayanya?" ujarku lirih
"itu tidak masalah nak,yang penting kamu mau sekolah ya" ujarnya lagi
"baik bu" ujarku tersenyum
.....
Keesokan harinya Bu Sri kembali berdagang tapi sebelum itu ia mengantarku pergi untuk mendaftar sekolah
Aku memakai seragam bekas anak Bu Sri yang sekarang telah dewasa, kebetulan seragamnya masih bagus dan kuat untukku
Hari itu aku diantar oleh Bu Sri hingga di depan kelas,aku mengulang kelas 3, meskipun umurku sudah 10 tahun.
Beliau berpesan
"Sekolah yang rajin ya nak, jangan malas biar jadi orang sukses"ujarnya tulus
Aku memeluknya, sungguh aku sangat berterimakasih kepada Bu Sri.
Aku tak menyangka akan bertemu dengan orang sebaik beliau ini,ia rasanya seperti ibuku sendiri.
Kalimat-kalimat beliau selalu ku ingat dan ku jadikan sebuah prinsip hidup
Bahwa Berbuat baik tak harus menunggu kaya,dan orang kaya belum tentu mau berbagi, tapi orang yang mau berbagi sudah tentu kaya
Bu Sri aku berjanji akan menjadi orang sukses dan membalas semua kebaikanmu.
Terima kasih Bu Sri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H