Mohon tunggu...
Lalaa
Lalaa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis kecil

Penulis buku berjudul “self love” terbit pada tahun 2023 QRBN 62-124-3243-896 Penulis buku berjudul “see you soon my temporary teacher”terbit pada tahun 2024 ISBN 978-623-385-466-5 Penulis lebih dari antologi 25 buku antologi cerpen dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Niskala dan Obat Pecandu

23 Juli 2024   11:40 Diperbarui: 23 Juli 2024   11:44 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Widya tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam pikiran Niskala ketika anaknya itu menjelang maghrib malah meninggalkan rumah untuk urusan penting. Ia pergi tanpa meminta izin kepada ibunya. menjelang tengah malam laki-laki itu baru pulang ke rumah. Widya tidak tahu apa yang dilakukan oleh putranya, tapi jika Niskala pergi untuk urusan yang penting ia pasti bilang padanya. Tapi kenapa ia tidak mengatakannya? Ia berbeda dari yang biasanya! Itulah yang ada dipikirkan Widya. 

Namun malam itu, Harti baru menyadari bahwa sikap anaknya akhir-akhir ini mulai berubah. Ia tak kuasa menahan pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada putranya, "Dari mana saja kau?"

Niskala duduk terdiam, ia tidak tahu harus mengatakn apa. Ia tidak mengharapkan pertanyaan itu dilontarkan kepadanya.

"Kau dari mana saja, kenapa sampai jam segini baru kau pulang?"

"Anu.. A..Aku dari rumah temanku, aku dari rumah Aldo untuk kerja kelompok"

Niskala khawatir ibunya akan bisa membaca raut mukanya. Ia takut ibunya akan menebak apayang dilakukannya hari itu.

"Cepat masuk! Mandi dan jangan lupa sholat!!"

"Ia Bu.." Niskala merasa lega karena kebohongannya tidak diketahui. Pagi begitu sejuk. Udara pagi segar menghampiri paru-paru Niskala. Ia mersa lebih segar pada pagi ini. Iapun lekas mandi dan pergi kesekolah. Setapak demi setapak kaki menghampiri sekolah SMKN 1 Kota Indah. Dengan raut datar seperti biasanya, Niskala masuk kekelasnya.

"Hai Aldo!" Herman menegur Aldo, salah satu teman kelasnya lalu menghampirinya.

"Hai...,?"

"Kau mau ini...?" Niskala menawarkan sebuah serbuk kepada Aldo. Ia membuka genggaman tangan kanannya lalu memperlihatkan sebuah serbuk putih bagaikan butiran gula. Aldo terkejut saat melihat apa yang ada digenggaman Niskala.

"Apa ini?""Kau tidak tahu? Ini adalah narkotika jenis serbuk"

"Apa maksudmu ??" tanya Aldo dengan keheranan.

"Aku hanya menawarkannya kpdmu, tertarik mencoba?"

 "Tidak! Dari mana kau bisa mendapatkan benda haram itu?"

Aldo memarahi Niskala dengan penuh kekesalan. Bagaimana tidak, ia tidak percaya bahwa temannya itu adalah pengguna narkoba. Namun, karena ia teman dekatnya, terpaksa ia harus merahasikannnya dari siapapun tanpa ada yang mengetahui bahkan pada orang tua Niskala. 

Tiba-tiba lonceng berbunyi menandakan proses belajar akan segera dimulai. Saat PBM, Niskala tiba-tiba tersungkur disamping meja. Ia merasa pusing tujuh keliling. Ia terlihat pucat, padahal tadi pagi ia masih terlihat sehat.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Bu Retno

"Tdak Bu, aku hanya pusing biasa"

"Sebaiknya kau pulang saja, kau terlihat pucat"

Kemudian Niskala memilih untuk kembali ke rumah. Mengingat setiap pagi ibunya keladang, Niskala tidak tahu harus berbuat apa dengan keadaanya saat ini. Ia lekas pergi kekamarnya dan tidur diatas ranjangnya. 

Beberapa lama kemudian ibunya datang. Ia melihat ada sepatu tergeletak didepan pintu teras. Ia tahu bahwa Niskala datang kerumah. Ia pun masuk dan menghampiri putra semata wayangnya itu.

"Kau kenapa, nak!"

"Aku merasa pusing"

"Bukannya ibu sudah bilang, sebelum kesekolah sarapan dulu"

Seperti suatu pergumulan antara dua perasaan yang mengkhawatrikan dirinya. Ia khawatir penyakit maag yang dideritanya 2 tahun lalu kambuh, tapi disudut lain, ia khawatir bahwa ini dampak dari pengunaan narkoba yang sudah ia gunakan, mengingat sudah 2 minggu ia menggunakan serbuk narkotika itu dia jadi perpikir bahwa mungkin itu adalh dampak pertama yang ia alami. Tetapi meskipun ia ingin menghentikan penggunaan narkoba, ia tetap tidak bisa karena ia kecanduan.

Keesokan harinya ia tidak kesekolah dengan alasan sakit. Tapi malamnya, ia masih saja pergi ketempat hiburan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Selalu saja ia membuat alasan yang masuk akal. Ditempat hiburan ia selalu menkonsumsi narkoba. . Sebagian temannya banyak menggunakan narkoba untuk kesnangan mereka. Disana juga banyak jenis-jenis narkoba yang dikonsumsi seperti ganja, Pil, extasi dn sbg. Bhakan minuman ber-alkoholpun juga dikonsumsi.

"Ren, aku pulang dulu ya, Ren" Niskala pamit kpd Rendi salah stu rekanya yang megkonsumsi narkoba juga. Tidak tersasa sudah jam 10 malam

"Sendirian?"

"Ya, nanti kita ketemu besok lagi, ya"

"Hati-hati djalan ya"

Saat dijalan, ia tidak tahu bahwa Pak Burhan paman Aldo melihatnya dari tempathiburan itu. Sebenarnya pak Burhan sudah curiga bahwa Niskala adlah pengguna narkoba. Halini terlihat saat Niskala sudah dua kali dilihat oleh Pak Burhan dari tempat hiburan yang tidak pantas itu. 

Belum lagi tingkah lakunya sekarang aneh. Secr fisik, pak Burhan selaku tetangganya itu melihat kondisinya tidak pantas dikatakan sehat, karena Niskala terlihat kurus dan sering terlihat pucat. Setelah smpai kerumah Ayah dan Ibu Niskala memarahinya, "He, Kala, Kenapa sudah jauh malam begini kamu baru pulang?" teriak ayahnya.

"Anu..Pak,Niskala dari rumah Aldo"

"Untuk apa kau kesana lagi? Bukannya kemarin siang kau habis kesana" Ibunya berteriak dengan suara keras dan perasaan marah.

"Waktu itu, Tugas kelompok kita belum selesai, makanya Niskala kesana lagi"

"Sudahlah, cepat masuk tidur"

Keesokkan harinya, Herman pergi kesekolah dengan tubuh yang terlihat kurus dan mukayang pucat pasih. Saat disekolah tanpa diethui ia membawa barang haram itu lagi. 

Ia pergi ke belakang kelas dan menggunaknnya, berhati-hati agar tidak ada yang melihat. Tetapi, tanpasengaja, Sindi teman kelasnya melihatnya meminum seusatu berupa obat berbentuk pil dannampak begitu waspada. Ia pun menghampiri Niskala.

"Niskala, apa yang kaulakukan disini?

 Tiba-tiba Niskala keget dan keringat dingin setelah mendengar suara itu. Karena kaget, tanpa sengaja ia menjatuhkan 5 butir pil yang ia pegang. Lalu menoleh kebelakang dan meliahat Sindi.

"Apa itu,? Bukankah itu..." Sindi terkejut setelah melihat pil itu.

"Ini....ini...." Niskala tidak tahu harus berkata apa setelah tertangkap basah sedangmenggunakan barang itu.

"Apa kau sudah gila? Kamukan tahu itu bisa merusak jiwamu, tapi kenapa kaumenggunakannya? Kau kan...."

 Tiba-tiba bel berbunyi. Niskala lalu berlari dengan sangat cepat dan masukkekelas.Steelah jam menujukan pukul 14.00 semua anak sekolahpun pulang. Niskala tidaklangsung kerumahnya ia malah kerumah Rendi untuk mengambil barang haram itu lagi. Inilah buktiefek yang ditimbulkan obat terlarang itu. Setelah itu iapun pulang kerumah. Tiba-tiba ibunyamengahmpirinya.

"Kau tahu kesalahanmu?"

"Maksud Ibu?" Niskala heran

"Ibu telah mendapat laporan bahwa kau pergi ke club malam. Sudah 2 kali Pak Burhan telah melihatmu kesana. Belum lagi Sindi telah mangatakan bahwa kau membawa barangharam itu kesekolah. Kau tidak bisa meyakinkan ibu dengan alasnmu lagi"

Widya terlihat sangat marah pada anak semata wayangnya itu. Kini dia sudah tahu bahwasaat itu Niskala tidak pernah pergi ke Rumah Aldo untuk kerja kelompok melainkan pergi ke Club Malam dengan mengonsumsi narkoba.

"Tapi, Bu.. aku tidak bisa lepas dari barang itu"

"Bodoh kau..."

 Tiba-tiba ayah Niskala datang dari kamar dengan membawa amarahnya setelah tahuanaknya itu adalah pengguna narkoba. Pantas saja ia merasa ada sesuatu yang tidak beres pada Niskala. Ia lalu memukul Niskala. Mana ada orang tua yang tidak marah jika anaknya menggunakan barang haram itu.

"Sudah berpa lama kau menggunakannya? Tanya Ibu Niskala

"Sudah 2 minggu"

"Syukurlah kami cepat mengetahuinya kalu tidak, kau pasti akan menggunaknnya terus menerus. Untung baru 2 minggu kau gunakan"

"Maafkan aku, Bu"

"Tidak ada jalan lain kecuali membawamu ke Pusat Rehabilitasi"

Kedua orangtua Niskala menjadikan hal tsb sebagai pelajaran hidup. Mereka tidak akanmembiarkan anak meraka menjadi seperti itu untuk yang kedua kalinya. Hidup ini, betapa pungentir dan menjijikan lebih penting dari mati. Itulah yang ada dibenak kdua orngtua Niskala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun