Banyak kata yang ingin aku sampaikan
Sebuah cinta yang selalu engkau berikan
Perjuangan dan pengorbanan engkau begitu besar
Tanpa mengenal rasa lelah
Engkau selalu berjuang mempertahankan
Demi anak-anak yang kau cintai
Ayah....
Satu kata empat huruf beribu makna
Engkau yang selalu menjaga
Engkau yang selalu merawat
Engkau yang selalu menerima
Engkau yang selalu menemani
Dikala hati ini menginginkan
Begitu banyak yang engkau pertaruhkan
Ketika engkau lelah
Engkau tak pernah mengeluh
Engkau selalu tersenyum bahagia
Seakan tidak terasa apapun
Waktu yang selalu engkau luangkan
Untuk bisa bersama putra putri mu
Menunjukkan begitu engkau sangat menyayangi
Kini engkau semakin mengerut
Rambut yang dulu hitam telah menjadi putih
Tubuh yang kuat sekarang telah merapuh
Tetapi engkau masih tetap berjuang
Ayah adalah salah satu orang yang selalu mengerti dan memperjuangkan apa yang diinginkan oleh putra putri nya. Seperti aku, ayah selalu membuat hati ini terasa nyaman dalam genggaman nya dan penuh hangat. Ketika ayah sedang menonton televisi, aku menghampiri dan bertanya kepadanya "Ayah, apakah engkau menyayangi ku?" Sambil sedikit tertawa. "Tentu saja Nak, ayah menyayangi mu sangat menyayangimu, kenapa bertanya seperti itu? " sambil tersenyum dan sedikit heran. "Tidak ayah, aku hanya sedikit bertanya saja untuk memastikan semuanya. " Mendengar jawaban yang dikatakan oleh ayah, aku semakin yakin akan kasih sayang ayah terhadap ku. Aku tahu ayah memang selalu menyayangi anak-anak nya. Tetapi jika bertanya untuk memastikan semua itu tidak masalah bukan? Tentu saja seorang anak pasti selalu menginginkan kasih sayang yang lebih apalagi aku adalah seorang anak perempuan yang selalu ingin teristimewakan.
Setelah beberapa jam kemudian, aku memasuki kembali ruangan yang sangat indah dan penuh cerita yaitu kamar aku sendiri. Setiap sudut kamar aku perhatikan dengan detail, terlihat kerlap kerlip bintang memancarkan cahayanya. Disana adalah tempat yang sangat spesial karena penuh cinta dan kasih sayang. Seketika aku selalu membayangkan kebahagiaan yang aku rasakan selama ini, apakah aku tidak menyusahkan kedua orang tua ku? Apakah mereka akan selalu berada di samping ku? Apakah kebahagiaan ini akan selalu hadir? Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir dan aku selalu berharap untuk terus seperti ini damai aman nyaman.
Keesokan harinya, tanpa rasa sadar aku sudah tidak melihat ayah di meja makan. Setelah itu aku menanyakan kepada sang ibu, "Ibu ayah pergi kemana? Kenapa jam segini sudah tidak terlihat?" Ibu pun menjawab : "Nak ayah sudah berangkat kerja dari tadi." Sambil tersenyum. Aku pun merasa ada yang berbeda dengan sikap ayah aku sendiri dan menanyakan hal tersebut kepada ibu. "kok tumben ibu ayah sudah pergi kerja jam segini, biasanya selalu agak siang? " Merasa heran. "Nak, mungkin ayah mu lagi banyak pekerjaan sehingga telah pergi disaat pagi ini." Beberapa saat kemudian aku berpikir apakah ayah aku sedang mempunyai masalah dalam pekerjaan nya? Ini pertama kalinya ayah seperti itu, seraya bicara di dalam hati.
Aku tak tahu apa yang sedang ayah aku sembunyikan saat ini, aku berharap sebesar apapun masalah itu semoga bisa cepat berlalu dengan sendirinya (dalam lamunan). Tiba-tiba ibu ku menepuk punggung ku, "Nak, mengapa malah melamun? Cepat siap-siap ini sudah siang, bukankah kamu harus pergi ke sekolah? " Kata ibu ku. "Ah iya, aku tidak melamun kok Bu, Ya sudah aku pergi sekolah dulu ya, assalamualaikum." Ibu ku menjawab : " Hati-hati Nak, Waalaikumsalam."
Di sekolah!
Bel berbunyi menandakan sebuah pembelajaran akan di mulai. Aku mulai mempersiapkan alat tulis di bangku sekolah, tetapi entah mengapa pikiran dan hati ini merasa tidak tenang. Semenjak kejadian itu aku malah memikirkan sosok ayah aku yang seperti orang asing, pergi tanpa bicara sepatah atau dua patah kata. Ketika aku mulai terjatuh dalam ingatan bawah sadar ku secara mendadak ada seseorang yang menepuk bahu ku, ia adalah teman sebangku ku. "Hey, mengapa kamu melamun terus sih dari tadi, apa ada masalah?" kata Anis. "Eh iya, Gak ada kok aku baik-baik saja. " jawab aku. "Sudah sampai mana nih pembahasannya, help me! " Tumpah aku. "Makanya kalau lagi belajar fokus jangan melamun terus. " Kata Anis.
Di tempat kerja!
Ketika sampai di tempat kerja ayah langsung menemukan seseorang yang sudah berada di tempat itu menunggu kedatangan ayah yaitu orang yang akan komplain sebuah produk dari hasil kerja ayah. "Halo pak, apakah bapak yang sudah mengerjakan pesanan saya?" Ucap Sandi. "Iya betul pak, apakah ada masalah? " Jawab ayah. "Gini pak, kok Gak biasanya ya barang yang bapak kirimkan tidak sebagus waktu dulu. " Kata Sandi. "Itu sudah sesuai kok pak, barangnya bagus. " jawab ayah. "Tetapi kenyataan nya beda pak. " Timpal Sandi. Ayah merasa heran, bagaimana bisa barang sebagus itu menjadi tidak bagus. Apa saya salah dalam memilah barang tersebut? Ah, kenapa bisa seperti ini (dalam hati ayah).
Di Rumah!
"Assalamualaikum ibu, aku pulang! "
Tidak ada yang menjawab salam ku, aku langsung memasuki tempat terindah dalam hidupku. Aku terbaring dalam tempat yang begitu lembut, rasanya hari ini sangat melelahkan. Masih teringat akan sebuah teka teki ayah ku yang secara tiba-tiba berubah. Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Apa yang bisa aku lakukan? (berbicara dalam hati).
Beberapa jam kemudian, ayah pulang dengan wajah yang kusam dan penuh keringat. "Apa yang terjadi ayah? " Ibu bertanya. "Tidak apa-apa Bu, semua baik-baik saja." Jawab ayah. "Jangan berbohong kepada ibu ayah coba jelaskan semuanya, jangan membuat ibu cemas." Timpal ibu. Setelah beberapa menit kemudian ayah pun bercerita kepada sang ibu bahwasanya sedang ada masalah dalam pekerjaan nya. Selain itu, ayah pun bingung harus bagaimana minggu depan adalah hari dimana ayah harus menjemput anak lelaki ayah dan anak perempuan pertama juga akan pulang.
Di pertengahan malam yang gelap gulita aku melihat sang ayah yang masih belum terlelap tidur. Aku merasa heran kok jam segini ayah belum tidur? Ada apa? (dalam hati), aku pun menemuinya. "Ayah kenapa belum tidur? Apa ada masalah?" Tanya aku. "Tidak Nak, ayah belum mengantuk Saja" Jawab ayah. "Tapi kok kayak yang melamun terus sih ayah? Kelihatan tahu dari jauh. "Timpal aku lagi. "Ah, bisa saja kamu Nak, ayah tidak apa-apa, lihat nih ayah bahagia karena melihat putra-putri ayah yang comel ini. " Jawab ayah. "Bisa saja ayah nih ya, aku menyayangi mu ayah. " Kata aku. "Ayah juga menyayangi mu Nak, sangat menyayangimu." Jawab ayah lagi.
Setelah beberapa menit aku pun memasuki ruangan kembali dan meninggalkan ayah seorang diri. Gelap di malam hari semakin menyelimuti, tapi semua itu tidak begitu terlihat menyeramkan. Dengan berpikir keras apa yang harus dilakukan dengan perekonomian yang tidak memungkinkan dan putra-putri yang akan beranjak pulang kembali ke rumah yang selama ini telah meninggalkan beberapa bulan. Ayah pun mempunyai ide, bukankah di malam yang gelap ini masih ada cahaya bintang dan bulan yang selalu menemani. Itu berarti masih ada harapan yang akan muncul walaupun berbagai masalah datang. Mengapa harus memikirkan semua ini begitu dalam. Akhirnya ayah pun beranjak dari tempat itu. Setelah itu, ayah menunaikan Shalat sunah tahajud meminta kepada sang maha pemilik. Kemudian di pagi hari ayah berangkat lebih semangat lagi demi putra-putri nya. Aku yang melihat sang ayah selalu pergi bekerja di awal waktu semakin membuat aku terpikirkan. Wajah ayah semakin hari semakin mengerut, rambut yang dulunya hitam kini semakin memutih, badan yang selalu kuat kini sering merasakan sakit, tetapi ayah selalu bersemangat demi anak-anak nya yang ayah cintai.
Satu minggu telah berlalu, ini adalah hari dimana semua putra-putri berkumpul bersama.
Dengan rasa penuh kegembiraan aku bertanya banyak hal kepada sang adik dan kakak ku. "Adik, gimana sekolah mu disana?" Tanya aku. "Baik kak, alhamdulillah semua lancar tanpa ada hambatan apapun. " Jawab adik. "Bagaimana dengan kakak apakah ada kesulitan dalam berumah tangga, semuanya di selesaikan dengan sendiri? " Tanya aku lagi. "Tidak adik, ini kan sudah menjadi kewajiban kakak, alhamdulillah tidak ada masalah apapun. " Jawab kakak. Semua terasa mimpi setelah sekian lamanya akhirnya bertemu. Di sana banyak hal yang membuat kita kembali merasa sempurna, canda tawa bersama keluarga yang seutuhnya.
Di samping itu, ayah yang selama ini selalu memikirkan masalah keuangan perekonomian, akhirnya semua ada jalannya. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Ketika kita sudah tidak mampu lagi menghadapi masalah yang ada, semangat terus berjuang dan berdoa. Seperti ayah yang selalu yakin akan ketentuan Sang Maha Kuasa. Akan ada pelangi setelah hujan, segelap apapun malam selalu ada cahaya bintang dan bulan yang menemani. Seperti itulah kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H