Di Rumah!
"Assalamualaikum ibu, aku pulang! "
Tidak ada yang menjawab salam ku, aku langsung memasuki tempat terindah dalam hidupku. Aku terbaring dalam tempat yang begitu lembut, rasanya hari ini sangat melelahkan. Masih teringat akan sebuah teka teki ayah ku yang secara tiba-tiba berubah. Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Apa yang bisa aku lakukan? (berbicara dalam hati).
Beberapa jam kemudian, ayah pulang dengan wajah yang kusam dan penuh keringat. "Apa yang terjadi ayah? " Ibu bertanya. "Tidak apa-apa Bu, semua baik-baik saja." Jawab ayah. "Jangan berbohong kepada ibu ayah coba jelaskan semuanya, jangan membuat ibu cemas." Timpal ibu. Setelah beberapa menit kemudian ayah pun bercerita kepada sang ibu bahwasanya sedang ada masalah dalam pekerjaan nya. Selain itu, ayah pun bingung harus bagaimana minggu depan adalah hari dimana ayah harus menjemput anak lelaki ayah dan anak perempuan pertama juga akan pulang.
Di pertengahan malam yang gelap gulita aku melihat sang ayah yang masih belum terlelap tidur. Aku merasa heran kok jam segini ayah belum tidur? Ada apa? (dalam hati), aku pun menemuinya. "Ayah kenapa belum tidur? Apa ada masalah?" Tanya aku. "Tidak Nak, ayah belum mengantuk Saja" Jawab ayah. "Tapi kok kayak yang melamun terus sih ayah? Kelihatan tahu dari jauh. "Timpal aku lagi. "Ah, bisa saja kamu Nak, ayah tidak apa-apa, lihat nih ayah bahagia karena melihat putra-putri ayah yang comel ini. " Jawab ayah. "Bisa saja ayah nih ya, aku menyayangi mu ayah. " Kata aku. "Ayah juga menyayangi mu Nak, sangat menyayangimu." Jawab ayah lagi.
Setelah beberapa menit aku pun memasuki ruangan kembali dan meninggalkan ayah seorang diri. Gelap di malam hari semakin menyelimuti, tapi semua itu tidak begitu terlihat menyeramkan. Dengan berpikir keras apa yang harus dilakukan dengan perekonomian yang tidak memungkinkan dan putra-putri yang akan beranjak pulang kembali ke rumah yang selama ini telah meninggalkan beberapa bulan. Ayah pun mempunyai ide, bukankah di malam yang gelap ini masih ada cahaya bintang dan bulan yang selalu menemani. Itu berarti masih ada harapan yang akan muncul walaupun berbagai masalah datang. Mengapa harus memikirkan semua ini begitu dalam. Akhirnya ayah pun beranjak dari tempat itu. Setelah itu, ayah menunaikan Shalat sunah tahajud meminta kepada sang maha pemilik. Kemudian di pagi hari ayah berangkat lebih semangat lagi demi putra-putri nya. Aku yang melihat sang ayah selalu pergi bekerja di awal waktu semakin membuat aku terpikirkan. Wajah ayah semakin hari semakin mengerut, rambut yang dulunya hitam kini semakin memutih, badan yang selalu kuat kini sering merasakan sakit, tetapi ayah selalu bersemangat demi anak-anak nya yang ayah cintai.
Satu minggu telah berlalu, ini adalah hari dimana semua putra-putri berkumpul bersama.
Dengan rasa penuh kegembiraan aku bertanya banyak hal kepada sang adik dan kakak ku. "Adik, gimana sekolah mu disana?" Tanya aku. "Baik kak, alhamdulillah semua lancar tanpa ada hambatan apapun. " Jawab adik. "Bagaimana dengan kakak apakah ada kesulitan dalam berumah tangga, semuanya di selesaikan dengan sendiri? " Tanya aku lagi. "Tidak adik, ini kan sudah menjadi kewajiban kakak, alhamdulillah tidak ada masalah apapun. " Jawab kakak. Semua terasa mimpi setelah sekian lamanya akhirnya bertemu. Di sana banyak hal yang membuat kita kembali merasa sempurna, canda tawa bersama keluarga yang seutuhnya.
Di samping itu, ayah yang selama ini selalu memikirkan masalah keuangan perekonomian, akhirnya semua ada jalannya. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Ketika kita sudah tidak mampu lagi menghadapi masalah yang ada, semangat terus berjuang dan berdoa. Seperti ayah yang selalu yakin akan ketentuan Sang Maha Kuasa. Akan ada pelangi setelah hujan, segelap apapun malam selalu ada cahaya bintang dan bulan yang menemani. Seperti itulah kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H