Mohon tunggu...
Putri AlyumiAmin
Putri AlyumiAmin Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Hi, My name is Umi, I am a student majoring in Islamic Early Childhood Education at the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of North Sumatra. I am a writer for several communities such as Hellocation.id, Local Youths Indonesia, Gorontalo Baik, Girl Boss Indonesia, and I am also an SDGs Ambassador at the ASEAN Youth Organization (AYO). Nice to meet you!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi di Balik Jendela

13 Juni 2024   13:41 Diperbarui: 13 Juni 2024   19:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap malam, Yumi selalu terjaga hingga larut. Bukan karena insomnia atau pun beban pikiran, melainkan karena kebiasaannya mengintip dunia di balik jendela kamarnya. Seperti malam ini, saat bulan purnama menyinari jalanan dengan cahaya keperakan yang memukau.

Yumi menyibak tirai jendela dan duduk di kusen, membiarkan semilir angin malam membelai wajahnya dengan lembut. "Malam ini cerah sekali," gumamnya pelan.

Matanya terpaku pada sebuah rumah tua di seberang jalan yang tampak sedikit angker. Rumah itu selalu gelap gulita, seperti tak berpenghuni. Namun, sewaktu tengah malam tiba, kejadian ajaib kerap terjadi di sana. Cahaya remang akan menyala dari balik jendela rumah tua itu, diikuti oleh bayangan-bayangan samar yang bergerak. Yumi bahkan yakin melihat sesosok makhluk aneh berkepala bebek atau mungkin kalkun, berlalu-lalang di sana.

"Apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu?" tanyanya entah pada siapa.

Awalnya Yumi mengira itu hanya khayalan atau fatamorgana belaka. Tetapi fenomena itu terus berulang setiap malam, membuatnya penasaran setengah mati. Pikirannya pun mulai berkelana, membayangkan misteri apa yang tersembunyi di balik dinding rumah tua angker itu.

"Mungkinkah ada perkumpulan rahasia para penyihir?" Yumi bergidik membayangkannya. "Atau mungkin itu markas alien berkepala unggas yang hendak menginvasi bumi?"

Yumi terkikik geli mendengar pemikirannya sendiri. "Ah, itu terlalu konyol. Atau jangan-jangan itu hanya sekumpulan eksentrik yang mengoleksi patung bebek dalam kegelapan?"

Entahlah, Yumi hanya bisa membayangkan segala kemungkinan paling liar dalam benaknya. Namun, keinginan untuk memecahkan teka-teki itu membuatnya tak pernah bosan mengintip dari balik jendela selama berjam-jam.

Hingga suatu malam, ketika semua orang terlelap, Yumi memutuskan untuk menyelinap keluar dan mendekati rumah tua itu. Jantungnya berdegup kencang saat melangkah di jalanan sepi yang disinari rembulan.

"Yumi? Kau mau ke mana malam-malam begini?" Suara ibunya memecah keheningan.

Yumi tersentak kaget. "I-ibu? Aku hanya...ingin mencari udara segar sebentar."

Ibunya menghela napas panjang. "Sudahlah, ayo masuk. Besok kau harus sekolah pagi."

Menunduk lesu, Yumi pun kembali ke rumah. Namun, rasa penasarannya tak juga hilang meskipun ia berusaha untuk tidur.

Keesokan malamnya, Yumi kembali mengintip dari balik jendela saat tengah malam tiba. Seperti biasa, cahaya remang menyala dari rumah tua itu diikuti bayangan-bayangan aneh.

"Kali ini aku harus memastikannya sendiri!" tekad Yumi.

Dengan mengendap-endap, Yumi keluar dari kamarnya dan menyelinap di balik semak-semak agar ibunya tak melihat. Tepat ketika Yumi hendak membuka pagar rumah itu, pintu depannya mendadak terbuka. Terdengar sayup-sayup suara musik dan tawa riang dari dalam. Yumi terperangah melihat sekumpulan anak-anak kecil berlarian di halaman, lengkap dengan kostum bebek dan kalkun yang lucu.

"Wah, kalian lucu sekali!" seru Yumi tanpa sadar.

Anak-anak itu menghentikan aksinya dan menatap Yumi dengan pandangan heran.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah satu anak dengan menudingkan jari.

Yumi gelagapan. "Ah, maaf...aku...aku hanya penasaran dengan rumah ini..."

Seorang wanita paruh baya mendatangi mereka dengan wajah ramah. "Ada apa ini ribut-ribut? Oh, kau pasti tetangga baru di seberang jalan itu ya?"

Yumi mengangguk kikuk. Wanita itu tersenyum lebar.

"Perkenalkan, namaku Bibi Sara. Di sinilah pusat perkumpulan anak-anak yatim piatu yang dihibur dengan pertunjukan boneka setiap malam oleh para relawan. Makanya kau sering melihat bayangan aneh dari jauh," jelasnya ramah.

Yumi merasa bodoh karena sempat membayangkan teori-teori liar dalam benaknya. Namun dari sanalah ia belajar, bahwa mimpi dan imajinasi memang sering kali mengaburkan realita yang sesungguhnya jauh lebih sederhana dan indah.

"Wah, kalau begitu...bolehkah aku bergabung?" pinta Yumi penuh harap. Ia merasa menemukan panggilan baru dalam hidupnya.

Bibi Sara tertawa. "Tentu saja! Ayo, anak-anak, beri sambutan untuk relawan baru kita!"

Anak-anak itu bersorak riang. Malam itu Yumi benar-benar merasakan kebahagiaan yang selama ini hanya bisa diimpikannya dari balik jendela kamar. Sejak malam itu, Yumi lebih sering menghabiskan waktunya di luar kamar, membantu para relawan menghibur anak-anak dengan penuh sukacita. Sebab mimpi sejatinya bukan sekadar ilusi atau fantasi belaka, melainkan juga panggilan untuk berbuat nyata memberi manfaat bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun