Yumi tersentak kaget. "I-ibu? Aku hanya...ingin mencari udara segar sebentar."
Ibunya menghela napas panjang. "Sudahlah, ayo masuk. Besok kau harus sekolah pagi."
Menunduk lesu, Yumi pun kembali ke rumah. Namun, rasa penasarannya tak juga hilang meskipun ia berusaha untuk tidur.
Keesokan malamnya, Yumi kembali mengintip dari balik jendela saat tengah malam tiba. Seperti biasa, cahaya remang menyala dari rumah tua itu diikuti bayangan-bayangan aneh.
"Kali ini aku harus memastikannya sendiri!" tekad Yumi.
Dengan mengendap-endap, Yumi keluar dari kamarnya dan menyelinap di balik semak-semak agar ibunya tak melihat. Tepat ketika Yumi hendak membuka pagar rumah itu, pintu depannya mendadak terbuka. Terdengar sayup-sayup suara musik dan tawa riang dari dalam. Yumi terperangah melihat sekumpulan anak-anak kecil berlarian di halaman, lengkap dengan kostum bebek dan kalkun yang lucu.
"Wah, kalian lucu sekali!" seru Yumi tanpa sadar.
Anak-anak itu menghentikan aksinya dan menatap Yumi dengan pandangan heran.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah satu anak dengan menudingkan jari.
Yumi gelagapan. "Ah, maaf...aku...aku hanya penasaran dengan rumah ini..."
Seorang wanita paruh baya mendatangi mereka dengan wajah ramah. "Ada apa ini ribut-ribut? Oh, kau pasti tetangga baru di seberang jalan itu ya?"