Yumi mengangguk kikuk. Wanita itu tersenyum lebar.
"Perkenalkan, namaku Bibi Sara. Di sinilah pusat perkumpulan anak-anak yatim piatu yang dihibur dengan pertunjukan boneka setiap malam oleh para relawan. Makanya kau sering melihat bayangan aneh dari jauh," jelasnya ramah.
Yumi merasa bodoh karena sempat membayangkan teori-teori liar dalam benaknya. Namun dari sanalah ia belajar, bahwa mimpi dan imajinasi memang sering kali mengaburkan realita yang sesungguhnya jauh lebih sederhana dan indah.
"Wah, kalau begitu...bolehkah aku bergabung?" pinta Yumi penuh harap. Ia merasa menemukan panggilan baru dalam hidupnya.
Bibi Sara tertawa. "Tentu saja! Ayo, anak-anak, beri sambutan untuk relawan baru kita!"
Anak-anak itu bersorak riang. Malam itu Yumi benar-benar merasakan kebahagiaan yang selama ini hanya bisa diimpikannya dari balik jendela kamar. Sejak malam itu, Yumi lebih sering menghabiskan waktunya di luar kamar, membantu para relawan menghibur anak-anak dengan penuh sukacita. Sebab mimpi sejatinya bukan sekadar ilusi atau fantasi belaka, melainkan juga panggilan untuk berbuat nyata memberi manfaat bagi sesama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI