Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Diagonal Biru

25 November 2015   12:25 Diperbarui: 25 November 2015   12:46 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bergesernya nama Yogyakarta sebagai kota pelajar ke kota wisata, dimana orang-orang dan turis asing menikmati Yogyakarta sebagai tempat wisata budaya dikarenakan banyaknya situs bersejarah yang mulai dibuka untuk menarik minat wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk datang ke Yogyakarta sekaligus bisa meningkatkan pendapatan daerah bagi Yogyakarta sendiri. Berbeda dengan Yogyakarta tempo dulu yang dikenal dengan kota pelajar dikarenakan banyaknya Universitas yang berada di Kota Yogyakarta.

Bila dikaitkan dengan isu sosial yang beredar saat ini, yaitu berkurangnya wilayah pedestrian atau pejalan kaki, karya ini bisa dibilang mewakili isu tersebut, dimana karya berbentuk pensil tersebut berada di trotoar pinggir jalan yang mengarah ke arah Kraton Kasultanan Yogyakarta , trotoar sendiri lebih mewaliki para pejalan kaki.

Karya ini memiliki tanda bahwa masyarakat ingin meminta Sri Sultan untuk menambah lagi wilayah pejalan kaki dan melegalkan wilayah tersebut supaya Yogyakarta menjadi lebih nyaman, keinginan masyarakat ini diwakili dengan adanya barcode  di karya tersebut dan barcode  identik dengan makna resmi atau terdaftar dan legal . Kenyamanan yang diinginkan warga Yogyakarta ini diwakili dengan warna biru pensil tersebut, dimana biru melambangkan ketentraman.

Karya dari Komroden Haro ini mewakili tentang kondisi Kota Yogyakarta sekarang yang mulai bergeser karena pengaruh dari luar, Sri Sultan tidaklah lagi murni seorang pemimpin dari Kota Yogyakarta, melainkan beliau mendapat pengaruh dari luar yaitu tuntutan dari pemerintah karena Sri Sultan sendiri menjabat sebagai Gubernur Kota Yogyakarta, tidak seperti dulu dimana Raja bebas mengatur wilayahnya sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa ada campur tangan dari orang lain. Isu-isu yang beredar di dalam Kraton ataupun yang sampai terdengan oleh masyarakat luar

Kraton mewakili sebuah simpul yang dibuat dalam karya “Diagonal Biru” tersebut dimana simpul itu bermakna sebagai batasan dan tekanan dari luar. Tekanan dari luar itu yang memaksa untuk membentuk wilayah Yogyakarta menjadi seperti sekarang ini, yaitu bergesernya Kota Yogyakarta menjadi kota wisata yang sebelumnya menyandang gelar kota pelajar.

Dan berkurangnya wilayah pejalan kaki karena lebih mengutamakan pembangunan aset lain seperti misalnya hotel dan mall sehingga tata kota Yogyakarta saat ini dirasa kurang nyaman, dan maka dari itu karya ini bisa dikatakan sebagai tuntutan masyarakat untuk Sri Sultan kali ini untuk menambah ruang bagi pejalan kaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun