Mohon tunggu...
Putri Aissyah
Putri Aissyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pelajar

parapata

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa"

27 Januari 2020   05:10 Diperbarui: 12 April 2021   15:49 21877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin (dokpri)

KATA SIAPA KITA BUKAN APA-APA
resensi oleh: Putri Aissyah

Judul Novel                 : Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Penulis                         : Alvi Syahrin

Penerbit                       : Gagas Media

Tahun terbit               : Cetakan kedua, 2019

Jumlah halaman       : 236 hlm

ISBN                               : 978-979-780-948-5

Setelah sukses dengan buku motivasinya bertajuk Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, penulis Alvi Syahrin kini menerbitkan karya selanjutnya yang diberi judul Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa. Buku terbarunya itu rilis pada bulan November, 2019 dan cetakan kedua rilis seteah 5 hari cetakan pertama rilis. 

Kedua bukunya itu berisi cerita-cerita pendek tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah yang hadir di kehidupan. Perbedaannya, buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta membahas tentang percintaan sedangkan buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa membahas tentang asa yang harus tetap berkobar walaupun tidak sesuai ekspektasi dan rencana.

Sebelumnya Alvi Syahrin menerbitkan novel romance. Karya perdanya Dilema: Tiga Cerita Untuk Satu Rasa, yang terbit pada tahun 2012 novel ini bercerita tentang tiga manusia dengan kisah cintanya masing-masing dan karya keduanya adalah Swiss: Little Snow in Zurich, yang terbit pada tahun 2013 bercerita tentang kisah romansa seorang perempuan di salah satu Negara di Eropa yaitu Swiss.

Waktu kecil seringkali kita diberi pertanyaan ingin menjadi apa kita suatu saat nanti, waktu itu kita dengan semangat menjawab bahwa kita ingin menjadi dokter, polisi, pilot, guru, dan sebagainya. Namun seiring waktu berjalan kita sampai di satu titik dan kita bertanya suatu saat nanti kita akan menjadi apa. 

Kita semua bermula dari tidak tahu apa-apa, Bill gates tidak terlahir di dunia dan menyadari bahwa ia saat dewasa nanti akan membuat perusahaan Microsoft, Steve Jobs tidak terbangun dari tidurnya lalu berkata bahwa ia akan menemukan Apple, Jeff Bezos tidak tiba-tiba memutuskan untuk membangun Amazon suatu saat nanti, Jack Ma pun tidak dengan cepatnya berpikir bahwa ia akan menjadi sukses melalui Alibaba. 

Mereka semua sama seperti kita terlahir dari yang tidak tahu jadi apa-apa namun bedanya mereka dengan kita adalah mereka melakukan suatu hal dan menekuninya sedangkan kita tidak. Memang yang kita lakukan tidak semuanya akan menjadi sesuatu yang besar, tapi yang terpenting kita telah melakukan sesuatu dan menekuni hal itu.

Alvi Syahrin pernah mengalami memilih jurusan yang tidak ia minati yaitu Teknik Informatika, walaupun mendapatkan nilai sempurna dikelas kalkulus, aljabar, dan mata kuliah perhitungan lainnya tetapi ia merasa lebih cocok berada di jurusan Sastra. Walaupun merasa salah jurusan namun sudah terlanjur dikata ia pun berusaha untuk menyukai jurusan tersebut dan hasilnya ia lulus dari empat tahun dengan IPK cum laude. 

Tetapi kesuksesan bukan hanyalah mendapat deretan nilai sempurna tetapi kesuksesan adalah bisa merasa cukup. Sederhana, tetapi tak benar-benar sederhana. 

Ketika kita salah jurusan bukan berarti selamanya kita harus pindah jurusan, sudahkah kita berkata pada diri kita ketika kita akan pindah jurusan karena jurusan yang saat ini apakah kita sudah melakukan semaksimal mungkin untuk belajar sungguh- sungguh pada jurusan yang kita rasa salah, apakah kita tahu harus melakukan apa saat kita sudah pindah jurusan nanti, apakah saat kita sudah pindah jurusan baru namun ternyata lagi dan lagi kita merasa salah jurusan. 

Terkadang bukan hanya keadaan lingkungan sekitar saja yang kita ubah tapi diri kita juga butuh untuk berubah. Berubah untuk mencoba menjalankan dengan sungguh-sungguh dan maksimalkan usaha. Tak ada jurusan yang benar-benar tepat, we all are just trying to fit ini. 

Yang terpenting dari itu semua adalah  berdoa kepada Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, karena kita tak tahu apa-apa dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Setiap jurusan memiliki perannya masing-masing tidak ada yang paling unggul diantara yang unggul, semuanya memiliki peran dikondisi yang berbeda. Tak ada jurusan yang dianggap rendah atau remeh karena semuanya sesuai proporsi peran yang sudah ada. 

Saat kamu wisuda nanti, maka perjuangan hidup akan dimulai kita akan diberi cobaan saat kita melamar kerja namun belum ada satu pun yang terpanggil. Bangun pagi lalu pergi dari tempat satu ke tempat lainnya sambil berpikir tempat mana lagi yang harus didatangi untuk melamar kerja. 

Tabungan sudah mulai menipis dan meminta uang ke orang tua pun malu karena kini adalah waktunya ia yang memberikan uang kepada orang tua bukan sebaliknya. 

Yang harus kita lakukan adalah bersabar, bukan berarti kita bersabar lalu diam-diam saja, tetapi bersabar dengan usaha yang terus menerus dan berdoa bukankah Allah telah membagikan rizki dengan adil kepada hambanya, hingga waktunya tiba maka kita akan tahu arti dari cobaan ini.

Memang kuliah tidak menjamin anda untuk 100% berpeluang mendapatkan pekerjaan, namun bukankah yang namanya ilmu itu tidak ada yang sia-sia. Kuliah bukan untuk mencari dan menerima pekerjaan. Jika kamu ingin mencari pekerjaan, cukup kunjungin situs portal lowongan pekerjaan. 

Kuliah itu bukan tentang kerjaan yang akan kamu dapat, gaji yang akan kamu terima. Tetapi, kuliah adalah tentang menimba ilmu. Bukan kah Bill Gates, Steve Jobs, Jeff Bezos, Jack Ma bisa sukses karena mereka punya ilmu untuk berada sampai saat ini. Tidak ada yang namanya sia-sia dalam mencari ilmu.

Hidup itu bukan sebatas peringkat yang kita dapat dari sekolah, bukan sebatas almamater dan deretan prestasi yang mereka banggakan sewaktu kuliah, bukan sebatas saldo di ATM yang dibangga-banggakan, dan bukan sebatas tidur, bangun, makan, menikah, punya anak, menanti mati. 

Hidup tidak seremeh itu. Namun hidup adalah waktu untuk kita terus bergerak, gapai mimpi-mimpi kita dengan sungguh-sungguh, dan kita harus belajar biasa saja, tidak terlalu bahagia, tidak terlalu sedih. Biasa saja, tetapi tetap kejar yang terbaik, lakukan yang terbaik dan syukuri segalanya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.          

Untuk mimpi-mimpi yang belum tercapai bukan berarti Allah tidak mendengar doa kita, tetapi mungkin saja Allah tak ingin memberikan semua yang kita inginkan didunia ini, mungkin saja Allah hendak menyiapkan bagian baik di akhirat.

"Kita mungkin belum jadi apa-apa di dunia ini. Namun,  mudah-mudahan di akhirat kelak kita jadi apa-apa."

Tema yang diangkat buku ini related dengan kehidupan nyata dan cocok untuk kita yang sedang memikirkan masa depan dan ingin memotivasikan diri kita. 

Disajikan dengan alur yang menarik dan tidak membuat bosan. Bahasanya pun mudah dipahami. Selain itu juga covernya pun menarik, kualitas cetakannya pun baik, bentuk dan jenis hurufnya pun dapat terbaca dan warna kertas yang diambil yaitu berwarna orange muda dan setiap bab nya berganti dengan warna orange lebih gelap dan disetiap awalan bab ada kalimat pembuka sehingga menambah poin plus dari novel ini. 

Pada buku ini masih ada kata yang typo yaitu ada dua kata yang saya jumpai, walaupun bahasanya mudah dipahami, namun ada juga kalimat yang menggunakan Bahasa Inggris yang tidak semua orang mengerti.

Terlepas dari ketidak-sempurnaannya buku ini sangat menarik untuk dibaca dan kita menantikan karya-karya selanjutnya.

e-mail: putriaissyah448@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun