Mohon tunggu...
Putri Aulia
Putri Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - ---

---

Selanjutnya

Tutup

Money

Green Political Economy Sebagai Solusi untuk Pembangunan Berkelanjutan

18 Desember 2021   09:30 Diperbarui: 18 Desember 2021   09:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para ekomodernis percaya bahwa tujuan utama umat manusia seharusnya mampu untuk menggunakan sumber daya secara produktif. Maka dari itu, dengan bantuan teknologi modern, orang-orang sekarang dapat memperoleh makanan, tempat tinggal, kebutuhan sekunder dan pergerakan melalui teknologi yang jauh lebih hemat sumber daya dan lahan daripada titik lain dalam sejarah manusia. Serta di era kontemporer seperti ini yang mana akses terhadap energi modern sangat berlimpah bisa menjadi salah satu prasyarat yang penting bagi perkembangan manusia dan sebagai cara untuk memisahkan pembangunan destruktif dari kerusakan lingkungan.

Bagaimanapun juga, mitigasi iklim yang meaningful pada dasarnya merupakan tantangan teknologi. Tidak ada skenario mitigasi iklim yang dapat diukur di mana perubahan teknologi tidak memperhitungkan sebagian besar pengurangan emisi. Seperti contoh, pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di Bangladesh akan mencemari udara dan meningkatkan emisi karbon dioksida, tetapi juga akan menyelamatkan nyawa. Bagi jutaan orang yang hidup tanpa listrik dan terpaksa memasak dengan kotoran, listrik, dan bahan bakar modern, terlepas dari sumbernya, memberikan jalan menuju kehidupan yang lebih baik sekaligus menghadirkan tantangan lingkungan baru (Asafu-Adjaye et al., 2015).

Manusia harus bermigrasi secepat mungkin ke sumber energi yang terjangkau, bersih, padat, dan berlimpah, sesuai dengan rute etis dan pragmatis menuju ekonomi energi global yang adil dan berkelanjutan (Asafu-Adjaye et al., 2015). Pergerakan tersebut membutuhkan dukungan kolektif dari berbagai pihak seperti pemangku kepentingan yang mampu untuk mempengaruhi sistem dan kebijakan publik yang berpihak pada keberlangsungan kehidupan manusia dan alam. Dengan situasi dunia tanpa batas yang mana globalisasi mendominasi, perlu rasa nya dorongan kolaborasi secara internasional untuk menciptakan sebuah framework untuk modernisasi global serta pertumbuhan berkelanjutan.

Limitasi Ekomodernisme 

Mengutip John Prescott yang menyatakan bahwa "Kita harus membayar harga untuk keberhasilan ekonomi dengan menyebabkan kerusakan lingkungan. Modernisasi lingkungan mengakui bahwa ekonomi yang produktif dan bersih mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan kekayaan yang lebih besar, bukannya berkurang. Memperlakukan lingkungan dengan hormat tidak akan menghambat kemajuan ekonomi; sebaliknya, ini akan membantu dalam mengidentifikasi ketidakefisienan dan pemborosan, sehingga melepaskan banjir ide-ide baru.". 

Ekomodernisme sebagai kebijakan ideologi telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai belahan dunia maju seperti Jerman, Belanda, Jepang, dan beberapa kawasan Uni Eropa. Dalam implementasi nya dengan mengedepankan solusi teknologi, ekomodernisme dinilai memiliki kelemahan utama yaitu bergantung pada teknologi untuk memecahkan permasalahan yang dilihat secara luas memiliki kompleksitas politik yang tinggi (Barry & Doran, 2006).

Walaupun ekomodernis ini dilihat memiliki perubahan luas pada struktur kelembagaan dan ekonomi masyarakat, termasuk masalah lingkungan, partisipasi dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang demokratis dan terbuka. Peduli dengan isu lingkungan dan pembangunan dalam skala global, Sebuah strategi yang lebih terbuka, tanpa sudut pandang tunggal, tetapi berbagai pilihan, dengan menggunakan modernisasi ekologi sebagai panduan. Tetapi, sistem ekomodernis ini karena memiliki titik sentral nya terletak pada solusi teknologis, maka memiliki limitasi seperti elit ilmiah, ekonomi, dan politik menggunakan metode pembuatan kebijakan teknokratis/korporatis, dibatasi untuk negara-negara industri yang menganut modernisasi lingkungan untuk memperkuat posisi ekonomi global mereka, serta menetapkan kerangka kerja tunggal yang tertutup untuk kemajuan politik dan ekonomi (Barry & Doran, 2006).

Perlu rasa nya ada penekanan lebih lanjut mengenai ekomodernis yang penerapan nya dibatasi untuk negara - negara industri yang menganut modernisasi lingkungan. Dalam arti lain, sistem ini kurang cocok untuk diterapkan di negara yang berkembang. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Pada dasarnya, sudah banyak inovasi dan kompetisi di negeri ini yang berlomba - lomba untuk beralih pada energi terbarukan yang ramah lingkungan seperti contohnya mobil listrik atau kendaraan lain yang tidak dijalankan oleh bahan bakar pada umumnya. Terlihat seperti inovasi yang sangat progresif dalam mencapai Indonesia nol emisi karbon, tetapi industri listrik yang ada di Indonesia masih bergantung pada industri batu bara. Dalam arti lain, emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik mungkin saja nol, tetapi dialihkan pada pertambahan emisi dari batubara yang kian meningkat.

Maka dari itu, green political economy juga merangkul beberapa konsep yaitu salah satu nya circular economy yang mana memiliki tujuan untuk closed the loop. Penciptaan produksi 'closed loop', di mana bahan limbah diminimalkan dan limbah itu sendiri menjadi masukan untuk proses industri lainnya, adalah salah satu komponen terpenting dari disiplin interdisipliner yang berkembang dari 'ekologi industri'.

Dalam proses menuju pembangunan berkelanjutan sangat diperlukan aksi kolektif yang mana sudah jelas juga bahwa komunitas memiliki peran dalam mediasi dan moderasi perilaku individu. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas partisipatif dapat berguna untuk mengkaji perubahan perilaku pro-lingkungan dan pro-sosial. Bahkan ada beberapa contoh program seperti ini yang terlihat sukses. Saat ini, bukti tegas bahwa proyek berbasis masyarakat dapat mencapai jumlah perubahan perilaku yang diperlukan untuk memenuhi tujuan lingkungan dan sosial hilang dari basis penelitian ini. Keberlangsungan dan keberhasilan dari konsepsi ekonomi politik hijau ini akan juga menghasilkan transformasi gaya hidup yang lebih berkelanjutan di mana banyak pekerja yang bekerja di industri yang merusak lingkungan digantikan dengan strategi green jobs yang sudah sangat populer di berbagai belahan dunia utara.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun