Mohon tunggu...
Putri sabahmukatul
Putri sabahmukatul Mohon Tunggu... -

Ps4 semester 2 iain jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rugi Jika Kita Tidak Mengetahui Akuntansi dalam Bentuk Syariah

13 Maret 2019   06:57 Diperbarui: 13 Maret 2019   07:13 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akuntansi syariah telah menjadi wacana yang cukup menarik sejak sekitar tahun 1980an. (Adnan, 1996 : 41). Banyak pihak, baik teoritis maupun praktis terlibat dalam diskusi yang serius dan mendalam perihal bidang studi yang masih dianggap baru. Dari berbagai perdebatan yang telah dan masih berlangsung itu, muncul banyak pertanyaan yang menarik dan bahkan mungkin menggelisahkan banyak pihak, baik yang menyangkut aspek ontologisnya, epistomologisnya, metodologisnya maupun aksiologisnya.

Kehadiran wacana akuntansi syariah tampaknya lebih banyak dipicu oleh keberadaan sebuah lembaga keuangan yang mencoba membangun lembaga keuangannya berdasarkan syariah Islamiah. Secara lebih spesifik, wacana dan pengembangan akuntansi syariah berawal dari kesadaran bahwa akuntansi adalah sebuah alat dalam bisnis. Ilmu akuntansi juga sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sampai pada kondisi sekarang ini.

Perkembangan akuntansi syariah dapat dicatat dari dua tingkatan perkembangan akuntansi syariah. Pertama, ditingkat tertentu yakni perbankan yang dijalankan sesuai dengan syariah, dan kedua pada tingkat yang lebih umum, tidak ada batasan  pada lembaga keuangan syariah saja. 

Pada tingkatan pertama, akuntansi memang sangat dibutuhkan sekali untuk setiap kebutuhan kita sehari-hari terutama dalam bidang usaha, akuntansi telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. 

Walaupun dengan usaha yang sangat melelahkan saat ini yang sberhubungan dengan rangka yang dituangkan dalam apa yang disebut dengan pernyataan keuangan akuntansi dilengkapi dengan 10 keuangan standart akuntansis. di Bahrain, sudah dimulai perjuangan dan pengerjaannya sejak sekitar tahun 1990an.

Konsep dan Standart Akuntansi versi Bahrain ini, walaupun belum sepenuhnya mendapat dukungan mutlak dari negara-negara yang memiliki perbankan syariah, setidaknya telah menjadi pedoman banyak negara dalam mengatasi kebutuhan akan akuntansi syariah, Negara kita sendiri Indonesia sudah memanfaatkannya, baik konsep maupun standarnya sebagai acuan utama dalam menyusun standar akuntansi untuk perbankan syariah.

Prinsip akuntansi syariah didasarkan pada konsep Syariah, meliputi al Qur'an dan al Hadits. Pengembangannya disinergikan dengan  prinsip akuntansi konvensional yang sesuai dengan ketetapan syariah. Ketentuan syariah sangat mempengaruhi landasan konseptual dan landasan operasional akuntansi syariah.

Teori akuntansi Syariah disini tidak terlepas dari konteks keberadaan, ilmu pengetahuan, dan tindakan. Ini artinya adalah bahwa teori Akuntansi Syariah dalam hal ini harus dengan adanya tindakan yang digunakan untuk  memandu praktik akuntansi Dari keterkaitan tentang keberadaan teori Akuntansi Syariah dan praktik Akuntansi Syariah  adalah dua sisi yang memiliki tujuan yang sama. 

Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya juga tidak boleh lepas dari bingkai keimanan/tauhid yang dalam hal ini bisa digambarkan sebagai sisi yang membatasi dua sisi lainnya untuk tidak keluar dari keimanan. Dalam pemahaman tentang keimanan tadi, maka secara pemahaman tentang teori Akuntansi Syariah  memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

Humanis memberikan suatu pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah bersifat manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat dilakukann sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan juga dengan alam, secara dinamis dalam kehidupan sehari-hari. 

Emansipatoris mempunyai pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah mampu melakukan perubahan yang positif terhadap teori dan praktik akuntansi modern yang terkenal saat ini, perubahan pemikiran dan tindakan manusia yang menggunakannya, yaitu dari pemikiran yang sempit dan dangkal menuju pemikiran yang luas dan tercerahkan. Transendental mempunyai makna bahwa teori Akuntansi Syariah melintas batas disiplin ilmu akuntansi itu sendiri. 

Bahkan melintas batas dunia materi ekonomi, dengan prinsip filosofis ini teori Akuntansi Syariah dapat memperkaya dirinya dengan memperluas disiplin ilmu selain ilmu ekonomi, seperti: sosiologi, psikologi, fenomenologi, antropologi, dan lain-lainnya. 

Teleologikal memberikan pengertian bahwa akuntansi tidak hanya tentang menginformasikan untuk keputusan ekonomi, tetapi juga berupa pertanggung jawaban manusia terhadap tuhannya, sesama manusia dan juga dengan alam. 

Prinsip ini menunjukkan jalan kepada manusia tentang tujuan akan hidupnya selama ini agar mendapat keseimbangan dalam hidupnya,  yaitu kemenangan. 

Kemenangan dapat diartikan sebagai sesuatu pencapaiyan yang sempurna yang nantinya akan kembali kepada yang menciptakannya dalam membawa sebuah amal yang baik nantinya untuk di pertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. Teori Akuntansi Syariah memberikan petunjuk kepada manusia untuk menjalankan Akuntansi Syariah yang sesuai dengan syariat agama islam. 

Dengan keimanan, teori pengetahuan dan praktik Akuntansi Syariah akan mampu menetralkan terciptanya sebuah ekonomi bisnis yang berakhlak baik sesuai dengan ketetapan al Qur'an. tindakan ini adalah realitas yang didalamnya terdapat jaringan kerja kuasa ilahi yang akan mengiring manusia untuk melakukan tindakan ekonomi bisnis yang sesuai dengan SunnatullahS.

Tujuan dari Akuntansi Syariah adalah menciptakan  akuntansi yang  bernilai etika dan dapat mempengaruhi prilaku para pengguna informasi agar dapat memahami betul tentang penting Akuntansi Syariah supaya dapat menuju ke arah terbentuknya kemajuan ekonomi islam yang ideal, nilai yang terkandung dalam Akuntansi Syariah adalah nilai yang sama dengan ketentuan yang ada dalam al Qur'an dan al Hadis, nilai humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologika adalah sebagai acuan dalam membentuk Akuntansi Syariah. 

Akuntansi Syariah tidak dapat dipahami melalui pendekatan yang bersifat menentang sistem perekonomian syariah, karena ia merupakan manajemen bisnis yang terkait dengan Tuhan, manusia dan alam. 

Keterkaitannya dengan Tuhan, manusia dan alam ini dapat membedakan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional, baik pada nilai yang terkandung di dalamnya maupun pada bentuk teori dan tujuan dasarnya. 

Dalam pembahasan ini, manusia di libatkan sebagai Khalifah (pemimpin) yang membawa amanah Tuhan untuk menciptakan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. 

Pandangan dunia atas manusia sebagai khalifah membawa akibat tentang  penghambaan manusia terhadap Tuhan dan penghormatan manusia terhadap manusia lain dan alam. Pandangan ini sangat berbeda dengan pandangan dunia modern yang melihat manusia sebagai penguasa alam. 

Pandangan dunia semacam ini membawa dampak  pada bentuk akuntansi modern yang melakukan perubahan pemikiran manusia dan eksploitasi manusia atas alam. 

Menganggap manusia sebagai Khalifah (pemimpin) membawa akuntansi dengan wajah yang lebih Humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologikal yang kemudian terlihat pada pada tujuan dasarnya, yaitu pemberian informasi. tujuan dasar ini diambil dari epistemologi, yaitu epistemologi bernuansa syariah. 

Dengan tujuan dasar semacam ini, bentuk dan informasi Akuntansi Syariah diharapkan dapat memberikan pengaruh terciptanya realitas kehidupan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai etika syariah dan dapat menghantarkan manusia pada kesadaran ketuhana. Jadi pada dasarnya Akuntansi Syariah merupakan konsep yang digunakan oleh manajemen kepada Tuhan (konsep vertikal) dan alam (konsep horizontal). 

Pemikiran ini mempunyai dua keterlibatan. Pertama, Akuntansi Syariah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai etika (dalam etika syariah), Kedua, praktik bisnis dan Akuntansi Syariah yang dilakukan manajemen juga harus berdasarkan pada nilai-nilai etika syariah. 

Sehingga jika dua komponen ini benar-benar ada, maka konsep yang dilakukan oleh manajemen adalah konsep yang suci dan bersih .atau dengan kata lain, manajemen menyajikan persembahan yang suci kepada Tuhan.

Daftar Pustaka

Adnan, A. (2003). Akuntansi Syariah & Arah, Prospek Tantangannya. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.

Suwiknyo, D. (2010). Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Triyowono, I. (2006). Akuntansi Syariah. London: PT RajaGrafindo Persada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun