Mohon tunggu...
Putri Indah Ciptadi
Putri Indah Ciptadi Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Magelang

Never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Problem-Based Learning untuk Menjawab Tantangan Abad 21

9 Desember 2022   16:50 Diperbarui: 9 Desember 2022   16:54 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kualitas pendidikan yang berkelanjutan salah satu target dalam Suistanable Development Goals (SDGs). Siswa perlu dibekali keterampilan terutama soft skill untuk menghadapi Abad 21. Salah satu keterampilan Abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan, antara lain menganalisis, menilai, mengevaluasi, merekonstruksi, serta mengambil keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis. Keterampilan berpikir kritis  merupakan cara berpikir reflektif untuk menentukan simpulan terhadap sesuatu yang dipikirkan. Keterampilan berpikir kritis masih mengalami banyak kendala terutama dalam pembelajaran Ekonomi.

Faktanya, pembelajaran Ekonomi yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari pengemasan materi yang masih membuat siswa belum terbiasa untuk menyelesaikan soal atau tugas yang berkarakter keterampilan berpikir kritis. Dampak dari pembelajaran yang belum berorientasi pada keterampilan berpikir kritis adalah peserta didik kesulitan apabila dihadapkan dengan materi/soal yang membutuhkan keterampilan berpikir kritis. Ditambah lagi, guru belum menyediakan media dan model pembelajaran yang bisa melatih peserta didik berpikir kritis.

Harapannya dalam pembelajaran Ekonomi adalah guru mampu memfasilitasi keterampilan berpikir kritis dan siswa terbiasa melakukan aktivitas yang mengasah keterampilan berpikir kritis. Guru dituntut mampu menerapkan potensi peserta didik sesuai salah satu kecakapan abad 21 yaitu keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem-solving skill). Peserta didik diharapkan dapat berkreativitas, berkomunikasi, dan berkolaborasi sehingga dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan.

Berdasarkan fakta dan harapan tersebut, belum adanya desain pembelajaran yang selama  ini dilakukan di SMA Negeri 2 Magelang untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis tersebut. Desain pembelajaran yang memungkinkan untuk menerapkan keterampilan tersebut adalah Problem-based Learning dengan Group Investigation dan Role Playing. Problem-based Learning awalnya dimunculkan untuk mahasiswa kedokteran. Namun, lambat laun diadaptasi oleh beberapa pendidik. Problem-based Learning merupakan serangkaian pembelajaran yang diawali dari adanya permasalahan kemudian dipelajari untuk dicarikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Dengan memecahkan masalah maka siswa diajak untuk melatih keterampilan berpikir kritis.

Penggabungan Problem-based learning dengan Group Investigation memberikan manfaat untuk siswa dan guru. Beberapa penelitian menuliskan bahwa hal itu dapat untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pemecahan suatu masalah bersama anggota kelompok. Siswa bisa saling berbagi pengalaman dan bertukar ide maupun gagasan sehingga tanpa disadari akan mendorong peserta didik dalam bernalar kritis. Dalam menerapkan model PBL ini, peserta didik juga dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan rasa percaya diri.

Sebagai penulis sekaligus peneliti, saya tertantang untuk menerapkan pembelajaran menggunakan Problem-based learning dengan Group Investigation. Langkah yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut antara lain: mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam kegiatan pembelajaran, memilih satu permasalahan dan menemukan solusinya, merancang aksi, melaksanakan aksi, dan melakukan refleksi dan tindak lanjut. Langkah-langkah tersebut ternyata memiliki tantangan tersendiri.

Tantangan menerapkan Problem-based learning dengan Group Investigation dialami bukan hanya oleh guru tetapi juga oleh peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan guru belum berorientasi pada kemampuan berpikir kritis peserta didik. Siswa belum terbiasa dihadapkan dengan materi atau soal HOTS sehingga cenderung lama dalam merespon. Peralatan dan perlengkapan yang belum memadai. disiapkan dalam pembelajaran. Selain itu, kurangnya penguasaan guru dalam membuat evaluasi dan rubrik penilaian.

Upaya aksi untuk menghadapi tantangan dalam penerapan desain pembelajaran tersebut terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga komponen ini menjadi wajib dilakukan oleh guru agar Problem-based learning dengan Group Investigation dapat berjalan dengan baik. Kurangnya perhatian pada salah satu tahap akan berdampak pada kualitas pembelajaran.

Perencanaan, dilakukan di awal sebelum melakukan penerapan pembelajaran. Perencanaan ini meliputi, menganalisis kebutuhan dan karakter perserta didik, menyiapkan konten materi yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis, mengembangkan media pembelajaran, dan membuat instrumen untuk mengukur tujuan pembelajaran. Pada tahap ini, guru bisa berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang sejenis, kepala sekolah, atau bahkan dosen yang memiliki kemampuan di bidang keterampilan berpikir kritis terutama pelajaran Ekonomi.

Pelaksanaan, dilakukan apabila tahap perencanaan sudah matang dan siap untuk dilaksanakan. Tahap pelaksanaan dijelaskan sebagai berikut.

Orientasi peserta didik pada masalah, yang meliputi guru menjelaskan garis besar tentang konsep biaya peluang, guru menyajikan video materi tentang biaya peluang melalui tautan: https://www.youtube.com/watch?v=WPCUSj46S_c&t=51s, dan peserta didik mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan.

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, yang meliputi guru mengajak siswa untuk mengamati artikel yang diberikan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada LKPD secara berkelompok, dan guru membimbing peserta didik dalam melakukan klarifikasi tentang permasalahan dalam LKPD.

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, yang meliputi peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan studi literasi digital dan diskusi berkelompok dan membuat skenario role playing biaya peluang, peserta didik memanfaatkan media yang ada seperti: buku, bahan ajar, atau internet sebagai bahan referensi, peserta didik bertukar informasi dalam kelompok berkaitan dengan permasalahan yang diangkat sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi, dengan metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik pada lembar kerja yang disediakan, dan guru mengamati jalannya diskusi dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yang meliputi peserta didik mengolah informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil diskusi, peserta didik diminta menuliskan jawaban dari pertanyaan yang muncul pada lembar LKPD, guru mempersilahkan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, dan peserta didik menanggapi hasil diskusi yang disajikan kelompok lain.

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yang meliputi guru dan peserta didik melakukan penguatan dan menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari hari ini tentang biaya peluang, kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan terhadap presentasi untuk melengkapi informasi dan memperkuat penanaman konsep, dan memanfaatkan aplikasi pembelajaran seperti quizizz, mentimeter dan video motivasi untuk menarik perhatian peserta didik dan lebih antusias saat mengikuti pembelajaran

Evaluasi, dilakukan di akhir pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi bisa dilakukan pada peserta didik guna mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir kritis siswa. Evaluasi bisa dilakukan menggunakan tes untuk mengukur dimensi pengetahuan serta lembar penilaian observasi diri dan antar teman untuk mengetahui pelaksanaan problem-based learning. Evaluasi juga dilakukan oleh guru sendiri untuk menilai apakah pembelajaran sudah sesuai rencana yang dilakukan. Evaluasi jalannya pelaksanaan pembelajaran juga bisa dilakukan oleh observer teman sejawat.

Penerapan desain pembelajaran ini perlu kolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain kepala sekolah, guru mata pelajaran, rekan sejawat dan peserta didik kelas X-7 SMAN 2 Magelang. Dosen pembimbing dan guru pamong yang memberikan saran serta masukan mengenai model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan pemenuhan keterampilan abad 21. Kepala sekolah memberikan izin, dukungan dan motivasi kepada guru untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PPG. Teman sejawat memberikan masukan atas desain pembelajaran guru buat. Peserta didik berperan aktif dalam pelaksanaan praktik pembelajaran.

Refleksi mengenai hasil dan dampak pembelajaran perlu dilakukan untuk mengetahui tindak lanjut. Dampak dari langkah-langkah yang sudah dilakukan menggunakan Problem-based learning dengan Group Investigation, antara lain: peserta didik mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman-temannya melalui kegiatan diskusi dan presentasi, peserta didik dapat mengeksplorasi berbagai sumber pembelajaran selama kegiatan diskusi, peserta didik mampu membuat proyek analisis digital yang original hasil dari proses kemampuan  berpikir kritis, dan peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kelompok saat proses pembuatan media presentasi.

Berdasarkan refleksi tersebut, Problem-based learning efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sesuai dengan tuntutan keterampilan abad ke-21. Hal ini juga bisa dilihat pada respon peserta didik. Respon peserta didik terhadap pembelajaran ini positif. Peserta didik merasa senang apabila diberikan tugas secara kelompok karena mereka dapat memecahkan masalah bersama dengan bertukar pikiran dan dapat saling melengkapi. Selain itu peserta didik lebih luas mengeksplorasi kemampuannya melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Faktor keberhasilan strategi ini antara lain upaya dari guru dan peserta didik yang sama-sama berjuang untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih bermakna tentunya didukung dengan fasilitas serta pemanfaatan TIK secara optimal. Evaluasi, dukungan dan respon berbagai pihak sangat diperlukan untuk memotivasi agar pembelajaran dapat dilakukan lebih baik lagi.

Rencana tindak lanjut berdasarkan penerapan Problem-based learning dengan Group Investigation penting untuk menentukan langkah selanjutnya. Setelah menyelesaikan kegiatan pendalaman materi, pengembangan perangkat pembelajaran dan PPL, saya memiliki keinginan, yaitu memperbaiki rencana pembelajaran mulai dari modul ajar, pelaksanaan pembelajaran hingga instrumen penilaian yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik, meningkatkan ketrampilan serta mencari inovasi-inovasi baru dengan mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri dan menambah kajian literatur, dan mulai menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan peserta didik. Walaupun Problem-based learning memiliki kelebihan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi kekurangan yang menjadi pelajaran berharga bagi guru dan siswa untuk bersama-sama berkolaborasi untuk mewujudkan Pendidikan yang berkualitas. Hal ini guna menyongsong abad 21 dan mewujudkan pendidikan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun