Mohon tunggu...
Puteri Renata
Puteri Renata Mohon Tunggu... Editor - Mpudh

Founder Komunitas Sahabat Literasi/Direktur SL Books/Mentor Kepenulisan Self Healing/Penulis Novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Word of Affirmation (Cerpen Inspiratif)

22 Oktober 2024   11:54 Diperbarui: 22 Oktober 2024   20:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah yang setiap saat kurasakan. Keputusanku setelah lulus SMA untuk bekerja ternyata tak mudah. Ijazah SMA-ku seakan sia-sia. Aku yang tadinya sudah mendapat beasiswa masuk perguruan tinggi negeri harus menguburkan mimpiku karena tak diizinkan oleh kedua orangtuaku.

"Yogya itu jauh dari sini. Kalau ternyata ibu dan ayah telat kirim uang gimana? Nanti kamu malah jual diri. Tuh liat kasus aborsi di Tv. Ibu nggak izinin kamu. Udah di sini aja.." tegas ibu dangan suaranya yang nyaring dan membuatku kelah talak berdebat dengan beliau.

Melamar pekerjaan di kotaku ternyata tak semudah itu, apalagi tinggi badanku yang hanya sebotol Yakult. Melamar menjadi pegawai toko tak bisa karena kurang tinggi, kerja counter handphone itu harus cantik. Kerja di pabrik sepatu tak perlu cantik, tapi harus ada modal 2,5 juta. Kerja di toko the corn mall harus menitipkan ijazah asli kepada bos Chinese.

Kedua orangtuaku tak pernah memaksaku untuk bekerja, tapi tidak dengan tetanggaku yang setiap waktu bertanya, "Anaknya kerja di mana?"
Sungguh rasanya diri ini lelah menjalani takdir sebagai manusia pengangguran yang malamnya aku sebenarnya membantu orangtua berdagang. Kedua orangtuaku memiliki usaha tampat makan yang buka di sore sampai malam hari.

Setiap hari, aku menghabiskan waktu di perpustakaan daerah dekat dengan rumahku. Aku juga meminjam buku-buku bacaan yang sebenarnya sudah bosan kubaca karena saat itu belum lengkap bahan bacaan di perpustakaan tersebut. Terkadang aku ke warnet dan membuat blog juga membaca cerita. Blog-ku berisi review buku yang sudah aku baca.

Kehidupan materi keluargaku berkecukupan dan aku masih bisa membeli sepatu, baju, dan apapun yang aku inginkan. Namun, setiap kali ke mall dan melihat temanku bekerja perasaan iri dalam hati ada. Aku ingin punya gaji sendiri dan kerja seperti mereka karena kelihatannya seru.
Tiga tahun aku menjalani sebagai pengangguran tanpa memiliki tujuan hidup. Namun, aku tak begitu saja diam. Aku mencoba untuk ikut dalam banyak event menulis dan kelas-kelas free. Bahkan, ikut give away yang membuat aku sering mendapatkan hadiah-hadiah dan membawaku berselancar di dunia maya juga memiliki teman facebook.

Dari kegabutanku, aku akhirnya jago stalking dan tak mudah dibodohi di media sosial.  Aku menemukan banyak benefit dari perkenalan dunia maya. Bahkan, membuatku mengepakkan sayap setelahnya.

 

Tahun 2008

"Bu, Arum mau kuliah, ya.." pintaku.

Ibu menarik napas dan terdiam. Aku tahu beliau pasti melarangku karena pergaulan tetangga yang menyebalkan. Ibu terlalu percaya ucapan tetangga yang mengatakan kalau perempuan tidak usah kuliah, tidak ada guna dan hanya menghabiskan uang saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun