Kasus Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan
Tanggal 31 April 2018 terjadi pencemaran minyak di laut Balikpapan yang disebabkan oleh putusnya pipa bawah laut hingga terseret cukup jauh dari lokasi awal. Minyak mentah yang tumpah di Teluk Balikpapan sebanyak 40.000 barel atau sebesar 4000 ton. Menurut The International Tanker Owner Pollution Federation, tumpahan minyak di atas 700 ton termasuk kategori tingkat besar.Â
Dampak tumpahan minyak terhadap ekosistem mangrove
Pencemaran minyak berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2. Akar yang tertutup minyak menyebabkan kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan terjadi pembusukan pada akar mangrove yang berakibat pada kematian tumbuhan mangrove.Â
Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang dan biota lainnya. Menurut Lee et al. (2013), ekosistem mangrove yang terkena tumpahan minyak akan mengalami kerusakan dan masa pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat lama, karena minyak dapat terjebak dalam sedimen lebih dari 4 tahun
Sebelum menutup artikel di atas, yuk sempatkan menonton video di bawah ini !
Nah, sekarang kita sudah tau berbagai potensi tumpahnya emas hitam yang membawa malapetaka bagi ekosistem bahari. Sepanjang masih dilaksanakan berbagai proses eksplorasi minyak bumi di lepas pantai dan aktivitas konsumsi bahan bakar fosil, maka perairan Indonesia tidak akan lepas dari potensi terjadinya tumpahan minyak di laut. Pemerintah dirasa perlu untuk melakukan evaluasi pengelolaan aktivitas eksplorasi minyak lepas pantai berserta berbagai aktivitas transporasi laut yang berpotensi mencemari bahari. Pentingnya menyusun strategi penanggulangan pencemaran serta memperkuat ketetapan hukum terhadap kasus tumpahan minyak di laut,
Mari kita kawal bersama keberlanjutan ekosistem bahari Indonesia, sebagai warisan dari generasi ke generasi!