Mohon tunggu...
Nature

Petaka Emas Hitam Mencederai Ekosistem Bahari

19 November 2018   16:04 Diperbarui: 19 November 2018   16:11 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Environmental pollution is an incurable disease. It can only be prevented - Barry Commoner

Emas hitam adalah istilah penyebutan untuk minyak bumi. Saat ini Indonesia masih menyimpan cadangan minyak bumi sekitar 3,3 miliar barel yang masih tersimpan di perut bumi. Minyak bumi masih menjadi  barang vital dalam kehidupan manusia.

Bagaimana minyak bumi mencemari ekosistem bahari?

Baru-baru ini kita digemparkan oleh peristiwa tumpahnya minyak bumi di perairan Teluk Balikpapan karena kebocoran pipa aliran distribusi dari kilang ke stasiun penyulingan. Perlu waktu lebih dari dua minggu untuk membersihkan tumpahan minyak tersebut dari kawasan perairan dan pesisir Teluk Balikpapan.

Pencemaran akibat tumpahan minyak tidak hanya berasal dari kebocoran pipa, namun juga berasal dari aktivitas pelayaran seperti tumpahan minyak saat pengangkutan ke kapal, pembersihan tanki minyak, kebakaran dan kecelakaan serta saluran buangan air, minyak dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah laut.

Pencemaran akibat tumpahan minyak di laut berujung pada rusaknya ekosistem laut. Dampak jangka pendek dari pencemaran minyak di laut adalah rusaknya membran sel biota laut yang menyebabkan penetrasi molekul hidrokarbon ke dalam sel biota laut sehingga biota laut berbau minyak dan mutunya menurun. Adapun dampak jangka panjangnya yaitu terganggunya rantai makanan di laut. Komponen minyak mentah tidak dapat larut di dalam air sehingga minyak mentah mengapung dan mengakibatkan permukaan air berwarna hitam. Lapisan minyak mentah yang berada di permukaan air menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen di air. Hal tersebut menyebabkan terganggunya proses respirasi dan fotosintesis pada fitoplankton yang merupakan produsen makanan di laut.

        

                               (Source : www.rian.ru)
                               (Source : www.rian.ru)
                                                                                                                            

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung dan menyebabkan air laut bewarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat racun berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan dan dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber kematian, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar.

Pencemaran minyak juga merusak ekosistem terumbu karang. Menurut O`Sullivan & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang meluas. Selain itu, tumpahan minyak juga memberikan dampak pada burung laut yang merupakan komponen kehidupan pantai. Dampak yang paling nyata adalah terjadinya penyakit fisik pada burung laut.

Kasus Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan

Tanggal 31 April 2018 terjadi pencemaran minyak di laut Balikpapan yang disebabkan oleh putusnya pipa bawah laut hingga terseret cukup jauh dari lokasi awal. Minyak mentah yang tumpah di Teluk Balikpapan sebanyak 40.000 barel atau sebesar 4000 ton. Menurut The International Tanker Owner Pollution Federation, tumpahan minyak di atas 700 ton termasuk kategori tingkat besar. 

    Kondisi Teluk Balikpapan sebelum (A) dan sesudah (b) terjadinya kasus tumpahan minyak(Source : Hasil analisis Citra Landsat 8 oleh LAPAN)
    Kondisi Teluk Balikpapan sebelum (A) dan sesudah (b) terjadinya kasus tumpahan minyak(Source : Hasil analisis Citra Landsat 8 oleh LAPAN)
   Luasan area terdampak diperkirakan mencapai 7.000 ha dengan panjang pantai terdampak di sisi Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Pasir Utara mencapai 60 km. Berdasarkan fakta lapangan ditemukan ekosistem terdampak berupa tanaman mangrove 34 ha di Kelurahan Kariangau RT 01 dan RT 02, sebanyak 6.000 tanaman mangrove dan 2.000 bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari, biota laut jenis kepiting mati di Pantai Banua Patra (KLHK, 2018).

Dampak tumpahan minyak terhadap ekosistem mangrove

(Source : https://www.thehindu.com/sci-tech/energy-and-environment/oil-leak-destroys-mangroves-on-mumbai-coast/article5326829.ece)
(Source : https://www.thehindu.com/sci-tech/energy-and-environment/oil-leak-destroys-mangroves-on-mumbai-coast/article5326829.ece)

Pencemaran minyak berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2. Akar yang tertutup minyak menyebabkan kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan terjadi pembusukan pada akar mangrove yang berakibat pada kematian tumbuhan mangrove. 

Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang dan biota lainnya. Menurut Lee et al. (2013), ekosistem mangrove yang terkena tumpahan minyak akan mengalami kerusakan dan masa pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat lama, karena minyak dapat terjebak dalam sedimen lebih dari 4 tahun

Sebelum menutup artikel di atas, yuk sempatkan menonton video di bawah ini !


Nah, sekarang kita sudah tau berbagai potensi tumpahnya emas hitam yang membawa malapetaka bagi ekosistem bahari. Sepanjang masih dilaksanakan berbagai proses eksplorasi minyak bumi di lepas pantai dan aktivitas konsumsi bahan bakar fosil, maka perairan Indonesia tidak akan lepas dari potensi terjadinya tumpahan minyak di laut. Pemerintah dirasa perlu untuk melakukan evaluasi pengelolaan aktivitas eksplorasi minyak lepas pantai berserta berbagai aktivitas transporasi laut yang berpotensi mencemari bahari. Pentingnya menyusun strategi penanggulangan pencemaran serta memperkuat ketetapan hukum terhadap kasus tumpahan minyak di laut,

Mari kita kawal bersama keberlanjutan ekosistem bahari Indonesia, sebagai warisan dari generasi ke generasi!

Penulis : 

Ika Noor Muslihah

Farha Widya Asrofani

Putri Alvernia Rosalina Simamora 

Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun