Mohon tunggu...
Putri Ramadhani
Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswi IAIN Metro Lampung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengalaman yang Tak Terduga

13 Juni 2024   13:50 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:05 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu       : Iya nak, kamu pas acara intinya aja gapapa.

Aku     : emm, emang masih banyak acara dipondok yah bu, izin dipondok juga susah ucapku

Ayah dan ibu: Yaudah gapapa, nanti pas acara intinya ayah yang dateng kesini untuk ngizinin kamu

Aku     : oke yah

Orangtuaku pun pamit pulang kerumah, akupun kembali ke kamarku untuk sholat, malamnya setelah selesai belajar malam, akupun bersiap siap untuk tidur. Tapi sebelum aku tidur aku memikirkan yang aku dan orangtua ku perbincangkan tadi, boleh ga ya izin pas hari intinya, sedangkan acara inti adat lampung butuh 1 minggu, sedangkan perizinan dipondok sangat ketat, kemungkinan diberiizin pun Cuma sehari pikirku.

h-2 pun tiba sebelum hari pernikahan kakakku, sore hari orangtuaku menjemputku di pesantren, akupun menemui mereka dan mengajak mereka ke tempat perizinan dipondok. Ayahkupun berbincang bincang kepada pengurus pondok dan memberi tau jika aku ingin meminta izin, tetapi pengurus pondok hanya memberikanku waku sehari untuk pulang, setelah acara akad aku diharus sudah sudah berada dipondok sorenya.

Ayahkupun meminta keringanan tapi tidak disetujui, dan ayahkupun mengiyakan. Dan disore itu aku pulang kerumahku untuk menghadiri acara pernikahan kakaku. 

Hari pernikahanpun tiba, pada waktu siang, selesai sudah acara akad nikah, acara akadpun selesai tetapi acara resepsi dan acara khitanan adekku masih dihari berikutya, tetapi dikarenakan waktu perizinaku telah habis, akupun diantar oleh ayahku kepondok dengan menggunakan motor. 

Tetapi sampai dipondok akupun dimarahi dikarenakan telat beberapa jam, akupun menangis dan ayahku menenangkanku, ayah ku berucap udah ga usah nangis, nanti kalo kamu sudah tidak nyaman disini ayo kita pindah saja, akupun mengangguk.

Malam hari pun tiba, aku termenung memikirkan banyak hal dimalam hari itu. Aku menangis sepanjang malam, tubuhku memang dipondok, tetapi pikiranku memikirkan rumah. Pagi harinya pun tiba, setelah sholat subuh, aku pun langsung menuju keruangan khusus untuk menelpon. Saat giliranku ku menelpon, langsungku telpon no ayah ku disana, dan tenyata yang mengangkat telponnya adalah ibuku.

Ibu  : Hallo?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun