The gift exchange theory yang digagas Mauss ini mengandung tiga hal penting yang bersifat resiprokal. Pertama, memberi hadiah merupakan step awal dari upaya menjalin hubungan sosial. Kedua, hadiah yang diterima menandakan diterimanya ikatan sosial. Ketiga, pemberian balasan dengan nilai hadiah yang lebih tinggi dari yang diterima menunjukkan integritas sosial.Â
Di sini, pola memberi, menerima dan membalas pemberian menurut Mauss akan terjadi berulang-ulang dan membentuk sebuah pertukaran permanen yang disebut sebagai solidaritas sosial.Â
Memang, pada masyarakat tradisional yang warganya cenderung memiliki intensitas interaksi yang tinggi serta intim, pola semacam ini hadir sebagai perekat hubungan yang menggambarkan relasi harmonis di antara sesama masyarakat. Terutama pada interaksi tatap muka yang dilakukan, membawa buah tangan sarat harap tebusan menjadi sebuah aktivitas penggagas solidaritas.Â
Namun ini menjadi berbeda di situasi hari ini. Hampers sebagai the gift bukan lagi sesuatu yang perlu diberikan secara langsung---terlebih di situasi pandemi saat ini.
Agaknya masuk akal untuk menarik ide Mauss yang dicetus bertahun-tahun silam ini untuk melihat fenomena pemberian hampers dalam menyambut lebaran akhir-akhir ini.Â
Mauss mengamini bahwa waktu mengikis banyak hal yang berlalu. Termasuk soal idenya yang telah dijabarkan sepintas pada paragraf sebelumnya di mana dalam menyenter fenomena-fenomena di dunia modern bahkan post-modern seperti sekarang, pola pertukaran tersebut telah bergeser.Â
Semangat tentang adanya transaksi moral timbal balik dari memberi hampers barangkali memang benar-benar ada, tetapi proses pertukaran dan balasan dari apa yang diberikan tak lagi sama dengan konsep lama---di mana berupa benda dengan nilai setara atau lebih tinggi.Â
Imbalan yang diharapkan bisa berupa material uang maupun non material seperti jasa. Hal ini terlihat ketika seseorang memberi hampers tak jarang ada sebuah harapan agar hubungan dengan si penerima semakin langgeng.
Sehingga suatu saat ketika si pemberi membutuhkan bantuannya sebagai relasi---entah itu dalam urusan pekerjaan, kehidupan sosial dan lain sebagainya---akan diperoleh kemudahan dan bantuan dari si penerima tadi.
Memang, tak ada yang mutlak dalam ilmu sosial. Begitu pula dengan sudut pandang Mauss yang saya angkat di tulisan ini. Mungkin sebagian dari kita sadar bahwa memberi adalah apa yang tak perlu diukur dan diharapkan kembali.Â