Mohon tunggu...
Putra Yasa
Putra Yasa Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Pendidikan Sejarah Prodi Pendidikan sejarah

saya simple dan selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Covid-19 dan Revolusi Industri 4.0 yang Prematur di Indonesia

9 Mei 2020   13:14 Diperbarui: 9 Mei 2020   13:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

IP-TIK terendah ada di Papua yaitu 2,41 ini seakan meligitimasi kasus mahasiswa Papua tadi tidak bisa ikut online selama pembelajaran dalam jaringan ini dilaksananakan.

IPK  Di kawasan Asia Tenggara kita kalah dengan Singpura dengan IP-TIK 8,05, Malaysia 6,38, Brunei Darusalam 6,75, Filipina 4,67 dan Vietnam 4,43. Kenyataan itu tentu menggambarkan betapa secara kuantitas dan kualitas kita masih tertinggal. Artinya teori masyarakat revolusi Industri 4.0 yang membutuhkan kecepatan akses internet masih  jauh panggang dari api.

Revolusi industri 4.0 yang dicirikan dengan adanya Internet of Thinks (IoT), Big Data, Argumented Reality, Ciber Security, Artificial Intelegency, Addictive Manufacturing, Integratif System, dan Coud Computer tentu tidak bisa diwujudkan jika sarana prasarana telekomunikasi tidak tersedia. 

Melihat sebaran data di atas bisa jangan kaget jika kita menemukan fenomana masyarakat yang berada di revolusi industri 1.0 karena masih banyak yang belum mengenal teknologi mekanik, misalnya sudah mengakses air bersih atau masih berburu dan meramu. Atau ada yang masih di revolusi 2.0 yang masih berkutat dengan kebutuhan listrik,  belum mengenal telepon, ataupun pesawat terbang.

Ada yang baru memasuki revolusi industri 3.0 yang baru belajar teknologi informasi, sehingga mereka gandrung memakai handphone sebagai barang yang sangat mewah.

Namun begitu harus diakui juga bahwa banyak yang sudah berada di revolusi industri 4.0 dengan gandrungnya pemanfaat teknologi untuk mempermudah pemenuhan kehidupan sehari-hari seperti belanja, berjualan, membagikan informasi, berinteraksi memakai teknologi melalui ruang virtual di berbagai platform digital.

Perkembangan yang tidak merata seperti di atas tentunya harus menjadi catatan penting dalam peningkatan IP-TIK Indonesia kedepannya. Pemerintah harus menjadikan salah satu program prioritas dalam pembangunan Indonesia pasca pandemi ini berlalu. Pemerintah melalui kementerian telekomunikasi harus memetakan berbagai daerah yang bermasalah dengan internet.

Pemerintah harus menggenjot pembangunan infrastruktur pendukung jaringan internet sampai kepelosok negeri. Jika ini bisa diwujudkan maka situasi prematur yang terjadi akibat dampak dari pandemi ini bisa tumbuh normal selayaknya yang harus terjadi.

Kita harus banyak belajar dari pandemi covid19 ini khususnya dalam bidang pengembangan teknologi digital. Karena siap tidak siap kita sudah berada di era milenial, yang mana generasi kita adalah generasi Z yang sangat dekat dengan teknologi. Jangan sampai karena keterbatasan itu ide-ide kreatif dan inovasi yang dikembangkan akhirnya mati layu sebelum berkembang.

Penyediaan sarana dan prasarana teknologi adalah sebuah keniscayaan untuk menghadapi persaingan global saat ini. Banyak hal bisa diselesaikan dengan ketersediaan internet yang baik, dari belajar, belanja, berkomunikasi, dan yang lainnya. Covid19 telah membuka mata kita bahwa ada yang kurang dalam teknologi informasi di negeri ini. Semoga setelah pandemi ini berlalu kita bisa menapak revolusi industri 4.0 dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun