Mohon tunggu...
Putra Yasa
Putra Yasa Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Pendidikan Sejarah Prodi Pendidikan sejarah

saya simple dan selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Covid-19 dan Revolusi Industri 4.0 yang Prematur di Indonesia

9 Mei 2020   13:14 Diperbarui: 9 Mei 2020   13:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pandemi Covid19 melanda negera Indonesia berbagai sektor kehidupan masyarakat termasuk Pendidikan juga mengalami dampaknya. Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan jargon Belajar dari Rumah menggaung di seluruh negeri. 

Masyarakat latah dengan pembelajaran online atau e-learning. Hampir setiap orang tahu bahwa anak-anak mereka belajar online, tidak pergi ke sekolah. Sebulan cerita itu berlalu apakah benar negeri ini sudah siap belajar dengan online atau e-learning?

Pengalaman penulis mengajar dengan model e-learning dan diskusi dengan mahasiswa pengalaman mereka selama melakukan e-learning. Secara umum mereka menyampaikan belum siap dalam melaksanakan e-learning.

Ada beberapa hal yang dipandang sebagai kekurangan  negara ini dalam melaksanakan e-learning  masalah yang utama adalah ketersediaan sarana dan prasarana khususnya akses internet yang bagus untuk bisa mengikuti e-learning di samping permasalahan yang lainnya. 

Menariknya permasalahan ini tidak saja dialami oleh wilayah Indonesia bagian timur atau daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) tetapi dipusat kota seperti Jakarta. Gambaran tentangnya tidak ada signal internet yang bagus, biaya pulsa yang mahal, tidak semua orangtua memiliki handphone atau komputer menjadi fenomena yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Covid19 menyebabkan negeri ini mengalami revolusi indutri 4.0 yang prematur. Bagaikan wanita hamil yang belum waktunya lahir tetapi karena ada wabah covid19 harus dilahir. Pendidikan harus dilakukan dengan memakai pendekatan teknologi khususnya internet.

Tetapi disisi lain internet belum dapat dijangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Salah seorang kolega yang mengajar mahasiswa afirmasi dari Papua menyampaikan, selama belajar dari rumah dilakukan beliau kesulitan menghubungi mahasiswanya. Jangankan bisa kuliah dengan video conference atau aplikasi zoom atau main quizziz, mereka dihubungi via Whatshapp Group saja tidak ada yang merespon.

Apakah karena mereka tidak peduli pada perkuliahannya, tentu bukan. Tetapi mereka tidak memiliki akses internet yang baik, bahkan mungkin tidak ada signal sama sekali.

Mereka di rumahnya diberbagai daerah pedalaman Papua yang benar-benar mengalami social distancing. Atau bahkan technology distancing yang secara umum disebut dengan kesenjangan teknologi (digital gap) akibat tidak meratanya pembangunan sarana dan prasarana komunikasi.

Covid19 telah membuka tabir dan menelanjangi keterbatasan bangsa ini dalam berbagai aspek khususnya telekomunikasi dan informasi. Kenyataan ini didukung dengan data Badan Statistik tahun 2016 menjelaskan bahwa Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia hanya 4,34 untuk skala 1-10.

Nilai 3,43 tersebut merupakan peringkat 111 dari 176 negara di dunia. Indeks IP-TIK tertinggi ada di Jakarta dengan nilai 7,41 sedangkan yang sangat rendah dengan nilai 3,61 dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Aceh, Lampung, Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Sulawesi Barat, dan Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun