Dalam paradigma aktor politik-politisi, Demokrasi hanyalah alat bagi mereka untuk memperebutkan sumber daya baik kekuasaan maupun sumber daya meterial lainya.
Kemajuan teknologi yang mewadahi turut mempermudah pola hubungan komunikasi politik antara politisi dan rakyat (patron klien) kini menjadi ruang untuk saling tarik menarik, dalam artian, politisi sebagai "openion leaders" rakyat sebagai oposisi, opini publik sebagai alat memukul sekaligus alat merangkul, praktek saling sandera/tekan menekan terus membesar dalam praktek politik dan kekuasaan, behavioral politik ini memberi sinyal bahwa demokrasi  kita sedang tidak sehat atau tidak baik-baik saja.
Oleh : Putra Tente.