Mohon tunggu...
Rony Putra
Rony Putra Mohon Tunggu... -

Indonesia bersatu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Dahlan Iskan & jokowi

22 September 2012   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang akhir sesi dialog, Ali Al Fatha menanyakan beberapa hal, antara lain tentang kemungkinan pengolahan minyak dilakukan oleh Negara, karena sementara ini Indonesia masih melakukan kontrak pengelolahan minyak pihak asing.

Menanggapi pertanyaan Ali, Dahlan Iskan menjabarkan,

“Soal energy, saya rasa perlu pemahaman lebih dalam soal energy, karena semisal Indonesia mendirikan pabrik pengolahan minyak besar-besaran, apakah BBM bisa jadi murah? Tidak bisa. Hal ini disebabkan karena harga minyak mentah yang kita import dari luar negeri juga sudah mahal.”

“Nah salah satu pemikiran mendasar saya menggunakan mobil listrik, adalah memerangi cost BBM itu, sehingga bagaimana kita menyikapi agar tidak menggunakan BBM”

Pernyataan ini sangat menarik, mengingat selama ini sosok yang saya yakini sangat tegas dan mempunyai jiwa kemandirian yang tinggi, ternyata kurang mampu membaca potensi bangsa ini dan terbersit rasa ketakutan saat harus keluar dari fasilitas permodalan Amerika itu.

Mungkin ini adalah satu kelemahan yang sangat vital dari seorang Dahlan Iskan dengan berbagai kelebihannya.  Karena bagaimanapun juga harus kita akui bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini. Tapi jiwa kemandirian itu mutlak sangat dibutuhkan bangsa ini untuk bisa segera keluar dari jeratan dominasi asing yang smakin menguasai negeri ini, tidak hanya menguasai SDA saja, tapi juga SDM yang sekarang sangat jelas terlihat nyata bahwa kita telah menjadi kuli di negeri sendiri. Karena pabrik-pabrik besar hamper semua telah dimiliki asing. Sampai pada titik terendah, Air pun yang jelas dalam UUD ’45 pasal 33 telah ditetapkan harus dikuasai oleh Negara, sekarang telah dipindah tangankan pada investor asing.

Dalam dialog itu juga Dahlan Iskan tidak memiliki komitmen untuk mengolah minyak sendiri padahal kita tau bahwa energy  adalah syarat utama yang akan mengantarkan negeri ini untuk lepas dari cengkraman permainan mafia-mafia dunia yang selalu menjadikan minyak sebagai alat untuk menyandera dan mengendalikan segala kebijakan demi mulusnya kepentingan mereka menguasai segala potensi negeri ini.

Mungkin semua itu tak lepas dari jiwa dan latar belakang Dahlan Iskan yang memang bukan seorang Insinyur  yang pandai menafsirkan dan memberdayakan segala potensi yang ada. Tapi setidaknya Dahlan Iskan telah membuktikan bahwa dengan kesabaran dan kerja keras akan mampu mengatasi banyak masalah. Walaupun kita jauh lebih tinggi dari itu, yakni Kemandirian yang benar-benar kokoh dan mampu membaca dan memberdayakan segala potensi alam yang melimpah ini.

Mungkin sekaranglah saatnya bangsa ini mengangkat seorang Insinyur dengan berbagai alas an seperti diatas. Mengingat dalam sejarahnya, bangsa ini pernah sangat disegani di tingkat Internasional akan prinsip TRISAKTI nya yang dikumandangkan oleh Presiden Soekarno, yang dengan tegas ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara yang Berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam budaya. Dan prinsip inilah yang sekarang mutlak dibutuhkan oleh pemimpin di negeri tercinta ini.

Kalau saja Dahlan Iskan memiliki jiwa kemandirian dan nasionalisme yang sedikit saja lebih besar dan benar-benar ihlas dalam perjuangannya, sudah barang tentu beliau akan secepatnya menasionalisasi produk mobil buatan anak-anak negeri (esemka) yang telah di support dan dipromotori oleh Jokowi (walikota solo) mengingat pesanan telah mencapai 15.000 unit tapi terkendala dengan kebijakan pemerintah dan terhalang permodalan yang seharusnya didukung penuh oleh pemerintah. Karena ini adalah proyek nasional yang sama sekali tidak boleh dikuasai pihak asing karena bangsa ini secepatnya harus memiliki brand produck dalam negri yang harus dikuasai oleh Negara. Walaupun kita tau bahwa para investor / pemodal asing telah menguasai pemerintahan, tapi ternyata disini seorang Dahlan Iskan pun tak berdaya keluar dari jeratan itu, walaupun dengan posisinya sebagai menteri BUMN sebenarnya sangat bisa membuat kebijakan mandiri, tapi sekalilagi sayang, karena Dahlan Iskan lebih mengutamakan proyek mobil listrik yang masih dalam bentuk prototype dan perencanaan produksi yang masih jangka panjang (2018). Sekali lagi Dahlan Iskan kurang pandai membaca potensi yang sudah sangat jelas akan mengantarkan negri untuk meraih kedaulatan produksi.

Berbeda dengan Jokowi, yang pada awalnya saya nilai tak sebanding dengan prestasi dahlan iskan, dari posisinya yang hanya sebagai walikota, telah mampu memberikan support/dukungan secara penuh pada kreasi anak negeri (esemka) dan berani menjadi promotor yang kemudian mempromosikan ke publik untuk dijadikan sebagai mobil nasional, padahal pada awalnya mobil esemka hanya dijadikan praktikum tanpa tujuan produksi, langsung mendapat perhatian luas, baik itu apresiasi maupun cacian / makian dari berbagai pihak yang tidak mengerti akan jiwa nasionalisme dan membandingkan dengan produksi negara-negara maju. disini yang perlu kita nilai adalah Jiwa keberanian yang disertai dengan ketegasan, karena komitmen memproduksi mobil sendiri, sama artinya dengan mengibarkan bendera perang dengan produsen-produsen otomotif luar negeri terutama Jepang yang sejak era 70-an telah mendominasi & menguasai secara penuh sarana transportasi terutama mobil & motor di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun