Mohon tunggu...
Putra Pamungkas
Putra Pamungkas Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa

Mahasiswa UIN WALISONGO

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Keluarga Berencana Solusi Hindari Bencana Banjir

6 April 2020   22:27 Diperbarui: 6 April 2020   22:37 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau indah didalamnya. Pulau paling kecil sampai pulau yang terbesarpun sama - sama menyuguhkan penorama yang sangat indah dipandang mata. Tak khayal Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan alamnya.

Selain terkenal akan keindahan alamnya, Indonesia juga terkenal dengan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang sangat tinggi. Kenyataan tersebut tentu juga menjadi sebuah tugas dan tanggung jawab pemerintah Indonesia untuk memberi rasa aman dengan cara siap siaga dalam memberi peringatan gejala bencana dan tanggap akan bencana alam.

Hal ini dilakukan untuk keselamatan masyarakat dan mengurangi terjadinya korban jiwa. Seperti yang sudah dijelaskan pada Undang - undang  No. 27 Tahun 2007 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beberapa faktor penyebab banyaknya bencana yang terjadi.

Bencana rawan terjadi karena Negara Indonesia mempunyai kondisi geografis, biologis, hidrologis, dan demografi yang dapat menunjang terjadinya bencana tersebut. Maka dari itu Indonesia disebut negara yang rawan bencana alam dengan tingkatan kerawanan tinggi, sedang, dan rendah. (Maryati, 2016, hal. 202)

Akhir-akhir ini, di Indonesia dihadapkan dengan semakin meningkatnya bencana yang disebabkan oleh faktor hidrologi yang disebabkan intensitas curah hujan yang sangat tinggi, seperti banjir bandang, rob (air pasang), gelombang laut tinggi.

Dilansir dari KOMPAS.com pada tanggal 25 Oktober 2018, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama tahun 2018, karena intensitas curah hujan yang tinggi, Negara Indonesia sudah mengalami bencana banjir sebanyak 1.999 kali dan diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun 2018.

Curah hujan yang tinggi menjadi faktor terjadinya banjir di Indonesia, yang mengakibatkan kawasan saluran air melampaui kapasitas daya tampungnya, yang kemudian meluap ke rumah-rumah warga. Karena banyaknya fenomena luapan yang berakibat banjir, pakar geografis membagi bencana banjir menjadi beberapa macam yaitu banjir hujan ekstrim, banjir kiriman, banjir hulu, banjir rob, dan banjir bandang (Adi, 2013, hal. 42-43).

Dengan kepadatan penduduk yang tinggi secara tidak langsung akan sangat memengaruhi kawasan-kawasan resapan air yang ada. Tidak dapat dipungkiri, banjir menjadi bencana yang sulit untuk ditangani di negeri ini, oleh sebab itu bencana banjir menjadi salah satu titik perhatian pemerintah dan masyarakat.

Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan jauh dari bencana banjir, terlebih saat musim penghujan tiba. Maka dari itu, tulisan ini akan memberikan suatu penjelasan bahwa kebijakan sistem keluarga berencana dapat menjadi solusi penanganan bencana banjir di Indonesia.

Faktor yang memengaruhi terjadinya banjir adalah tingginya tingkat kapadatan penduduk di Indonesia. Kepadatan penduduk menjadi masalah yang juga belum dapat diselesaikan oleh masyarakat dan pemerintah. Banyak keluarga yang masih mempercayai pepatah nenek moyang mereka, jika memiliki banyak anak pasti banyak juga rezekinya.

Kepadatan penduduk akan memengaruhi jumlah tempat hunian yang ada. Tidak dapat dipungkiri, banyak kawasan seluran air seperti sungai yang digunakan sebagai tempat pemukiman masyarakat. Terutama banyaknya pemukiman kumuh di bantaran sungai, mengakibatkan sungai menjadi lebih sempit.

Hal ini sangat memengaruhi daya tampung sungai sebagai saluran aliran, yang kemudian efeknya adalah air dapat meluap ke rumah-rumah warga. Fenomena ini tentu dapat memicu banjir di musim penghujan. Apalagi ditambah dengan curah hujan di Indonesia yang sangat tinggi.

Kepadatan penduduk tentunya dapat memengaruhi jumlah pohon dan tubuhan yang ada di Indonesia, karena kebutuhan kawasan hunian yang semakin meningkat.

Fenomena ini tentu juga akan memengaruhi kawasan lindung yang digunakan sebagai lahan penghijauan dan daerah resapan air tersebut.

Kemudian dengan semakin berkurangnya kawasan lindung tersebut yang tergantikan oleh pemukiman -- pemukiman masyarakat dapat memengaruhi daya resap tanah. Perubahan guna lahan ini akan berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah, dll. (Rosyidie, 2013, hal. 241)

Kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah akan memengaruhi ketersediaan kayu di hutan. Kemudian yang terjadi adalah adanya pencurian atau penebangan pohon secara sembarangan di hutan. Penebangan pohon secara sembarangan juga menjadi faktor bencana banjir terjadi. Dipicu dengan tingginya penggunaan barang -- barang dari kayu karena lebih awet dan memilik harga jual tinggi, sehingga banyak kelompok masyarakat sampai perusahaan besar melakukan tindak perusakan daerah hijau dengan menebang pohon secara sembarangan.

Jika itu dilakukan secara terus -- menerus akan memicu tanah longsor saat musim penghujan. Hal ini tentu akan menjadi keresahan warga, yang mana tanah longsor datang secara tiba-tiba.

Pemerintah harus lebih tegas kepada kelompok -- kelompok yang melakukan penebangan pohon secara ilegal di kawasan hijau yang menjadi tempat resapan air hujan.

Karena tindakan manusia seperti inilah, dapat menyebabkan erosi tanah yang melarutkan unsur hara pada permukaan tanah, sehingga tanah bekas penenbangan pohon menjadi kurang subur dan sulit ditanami pohon kembali. (Muhammad, 2018, hal. 83-84)

Bencana banjir juga dikarenakan peningkatan jumlah sampah setiap tahunnya. Hal ini dipicu dengan semakin meningkatnya hidup konsumerisme yang sudah membudaya di tengah masyarakat Indonesia.

Masalah sampah juga memang sulit diselesaikan di tanah air ini, karena pengelolaan sampah yang kurang baik dan ditambah lagi dengan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan yang masih kurang.

Hal tersebut menyebabkan saluran air dan aliran sungai yang terganggu, sehingga saat hujan deras akan meluap sampai rumah dan jalanan warga. Maka dari itu, sebagai masyarakat Indonesia harus selalu menjaga kebersihan lingkungan guna menghindari banjir dan dampak yang akan terjadi.

Untuk mengurangi kepadatan penduduk dan dampaknya di Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan KB (Keluarga Berencana).

Saat ini perkembangan KB sudah mulai gencar untuk diintruksikan kepada masyarakat. Karena jika kebijakan ini tidak didukung oleh masyarakat akan berefek kepada kesejahteraan hidupnya.

Hanya dengan keluarga kecil semuanya dapat terwujud, karena keluarga adalah unit terkecil di kehidupan bangsa (Manuaba, 1998, hal. 63 - 64). Dengan sedikitnya jumlah anggota keluarga akan lebih meningkatkan kesejahteraan dalam sebuah keluarga.

Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi dalam upaya menanggulangi banjir yang ada di tanah air tercinta ini, karena dampak banjir tentu akan merugikan semua elemen masyarakat. Dari mulai krisis air bersih, penyakit kulit, gagal panen, dan sebagainya.

Pemerintah harus dapat lebih gencar lagi dalam menegakkan kebijakan yang telah dibuat, baik itu masalah KB, pembuangan sampah, dan penebangan pohon. Karena semua kebijakana itu, dibuat sebagai usaha dalam mengatasi bencana banjir yang ada di Indonesia.

KESIMPULAN

Indonesia merupakan salah satu negara terpadat di dunia. Kepadatan penduduk menuntut penggunaan lahan yang lebih luas untuk menampung banyaknya penduduk di Indonesia. Karena kepadatan penduduk yang tinggi, juga akan berpengaruh terhadap kebutuhan hidup manusia, yang mana secara tidak langsung akan memengaruhi jumlah sampah yang ada di Indonesia.

Kondisi terburuknya adalah banyak sampah yang tidak mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat, yang mana sampah tersebut terbengkalai dan menghambat saluran -- saluran air. Ditambah lagi dengan curah hujan yang tinggi di Indonesia akan mengakibatkan masalah banjir yang tidak berkesudahan.

Banyaknya akibat -- akibat yang terjadi dengan tingkat kepadatan tersebutlah, maka pemerintah menghimbau seluruh warganya untuk melakukan sistem KB.

Karena kebijakan KB (Keluarga Berencana) sebagai usaha menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia, yang mana diharapkan dapat mengurangi sampah, penggunaan kayu, dan penggunaan lahan rasapan air sebagai upaya mengatasi bencana banjir di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, S. (2013). Karakterisasi Bencana Banjir Bandang Di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia .
Kompas.com (2018). BNPB: Selama 2018, Ada 1.999 Kejadian Bencana. Jakarta
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
Maryati, S. (2016). Sinergi Perguruan Tinggi-Pemerintah-Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Alam. Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS .
Muhammad, F. (2018). Konsep Pelestarian Tumbuhan dalam Al-qur'an. Tulungagung: IAIN Tulungagung.
Rosyidie, A. (2013). Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun