Mohon tunggu...
Ananda Putra Pamungkas
Ananda Putra Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu komunikasi

Saya memiliki kepribadian dengan ketertarikan kepada dunia olahraga/saya suka bercanda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stratifikasi Sosial Ekonomi Di Kecamatan Tarik

24 Desember 2024   11:07 Diperbarui: 24 Desember 2024   11:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Golongan priyayi, merupakan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki jiwa kepemimpinan dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat, Sehingga disegani di kalangan masyarakat. Biasanya golongan ini identik dengan lurah desa, petinggi-petinggi desa, maupun para pemuka agama. 

Golongan pedagang

Golongan pedagang merupakan golongan baru dalam sistem stratifikasi sosial masyarakat jawa, peneliti sebelumnya yaitu Geertz dan kuntowijoyo tidak menyebut pedagang dalam sistem stratifikasi sosial masyarakat jawa, namun koentcoroningrat menambahkan pedagang dalam sistem stratifikasi sosial masyarakat jawa. Golongan pedagang termasuk golongan yang disegani sebab mempunyai usaha yang cukup baik dan tentunya memiliki harta. Disini golongan pedangang dibedakan menjadi dua, pedagang kecil dan pedagang besar. Pedagang besar memiliki harta yang banyak, bahkan kekayaannya dapat menyertai para pegawai pemerintahan, biasanya para pedagang besar menjual barang dalam jumlah yang banyak dan memiliki jangkauan penjualan yang luas bahkan sampai luar pulau. Sedangkan pedagang kecil adalah golongan orang yang berjualan harian di daerah pasar.

Golongan rakyat biasa (wong cilik)

Golongan ini merupakan golongan paling rendah. Kebanyakan mereka besar dan tinggal di desa-desa dan berprofesi sebagai petani atau nelayan. Golongan ini tidak hanya terdapat di desa namun ada juga yang bekerja di daerah kota, biasanya mereka berprofesi sebagai pembantu di rumah saudagar kaya dan mengabdikan hidup kepada majikannya, selain itu ada juga yang bekerja sebagai kuli atau sebagainya.

Karakteristik warga asli dan pendatang, Warga asli kecamatan Tarik merupakan penduduk yang telah menetap secara turun temurun. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Jawa arekan dan beberapa juga menggunakan Bahasa Indonesia. Mayoritas warga bekerja pada sektor pertanian, kuliner, toko kelontong, dan pencari ikan di area sugai brantas. Komoditas para petani kebanyakan menanam padi dan jagung namun beberapa petani juga ada yang menanam tebu maupun sayuran. Namun seiring berkembangnya zaman para warga sedikit demi sedikit mulai bekerja pada sektor industry pabrik sebab pembangunan pabrik maupun ruko yang semakin lama semakin banyak dan mengakibatkan berkurangnya lahan untuk pertanian. Sedangkan pendatang berasal dari luar Kecamatan Tarik seperti daerah Madura, Surabaya, Nganjuk atau wilayah Jawa Timur lainnya. Sebagian datang karena pernikahan, pekerjaan, atau relokasi usaha. Kebanyakan bekerja pada sektor toko kelontong atau yang biasa dikenal dengan toko Madura dan bekerja pada sektor industry pabrik sebab upah gaji pabrik atau biasa dikenal UMR daerah sidoarjo merupakan salah satu yang terbesar di daerah Jawa Timur. Pendatang cenderung membawa budaya asal mereka, tetapi banyak yang berusaha menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Meskipun demikian Bahasa Indonesia lebih sering digunakan untuk mempermudah dalam berkomunikasi. Pendatang biasanya lebih berfokus pada komunitas kecil, seperti lingkungan RT atau kelompok pekerjaan.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya Stratifikasi sosial di Kecamatan Tarik antara lain adalah perbedaan pekerjaan, akses terhadap pendidikan, modal ekonomi, status kepemilikan lahan, dan faktor administratif. Mayoritas warga asli bekerja di sektor pertanian atau sebagai buruh tani, dengan pendapatan yang sangat bergantung pada musim dan sering mengalami fluktuasi akibat gagal panen dan mahalnya harga pupuk. Sebaliknya, pendatang yang bekerja di sektor industri atau perdagangan memiliki pendapatan yang lebih stabil. Selain itu, warga asli yang tinggal di pedesaan sering kali memiliki akses terbatas terhadap fasilitas pendidikan berkualitas, yang berdampak pada rendahnya keterampilan mereka dibandingkan dengan pendatang yang umumnya memiliki pendidikan lebih tinggi. Dalam hal modal ekonomi, banyak pendatang yang memiliki modal awal untuk membuka usaha, sementara warga asli kesulitan mengakses modal usaha karena keterbatasan jaringan dan informasi. Dari sisi status kepemilikan lahan, warga asli umumnya memiliki lahan sebagai aset utama, sementara pendatang cenderung tidak memiliki tanah dan lebih bergantung pada pekerjaan non-agraris atau menyewa lahan. Faktor administratif juga berperan, di mana pendatang yang belum memiliki KTP lokal atau status kependudukan resmi sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses layanan pemerintah atau hak politik lokal.

Dampak kesenjangan sosial di Kecamatan Tarik dapat dilihat dari sisi negatif dan positif. Secara negatif, perbedaan akses terhadap pekerjaan dan modal menciptakan kesenjangan pendapatan yang signifikan, di mana warga asli cenderung tetap berada pada lapisan ekonomi rendah, sementara pendatang menguasai sektor usaha yang lebih menguntungkan. Konflik sosial kecil juga sering terjadi, terutama di pasar tradisional, di mana warga asli merasa terpinggirkan oleh pendatang yang memiliki daya beli lebih besar. Selain itu, stereotip negatif yang berkembang antara kedua kelompok dapat memperburuk hubungan sosial dan memperdalam perbedaan. Perbedaan status sosial dan ekonomi juga dapat melemahkan kebersamaan, memecah masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan latar belakang. Selain itu, pendatang sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses layanan publik yang tersedia. Di sisi lain, dampak positif dari kesenjangan sosial ini adalah terciptanya keberagaman budaya yang memperkaya kehidupan sosial di desa. Kehadiran pendatang juga dapat meningkatkan kompetisi ekonomi, yang mendorong warga asli untuk lebih inovatif dan kompetitif dalam bidang ekonomi. Peluang kolaborasi antara warga asli dan pendatang pun dapat terjadi jika kesenjangan dikelola dengan baik, yang memungkinkan mereka bekerja sama dalam bidang ekonomi maupun sosial. Selain itu, pendatang dengan latar belakang pendidikan atau keterampilan yang lebih tinggi dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan warga asli, yang dapat mendorong proses modernisasi di desa. Hasil analisis menunjukkan bahwa stratifikasi sosial di Kecamatan Tarik sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan pendidikan. Pendatang cenderung mendominasi sektor ekonomi modern serta para pendatang rata-rata memiliki modal yang lebih besar dalam membangun usaha sedangkan warga asli tetap bergantung pada sektor tradisional. Data statistik menunjukkan bahwa kebanyakan para pendatang memiliki usaha kecil-menengah, sementara mayoritas warga asli bekerja di sektor pertanian.

Untuk mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi di Kecamatan Tarik, beberapa rekomendasi solusi dapat diterapkan. Pertama, memberikan pelatihan keterampilan kerja bagi warga asli agar mereka dapat meningkatkan daya saing dan memiliki keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman. Kedua, membuka akses modal usaha melalui program pinjaman mikro dengan bunga rendah, khususnya untuk petani dan pengusaha kecil lokal, sehingga mereka dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan. Selanjutnya, mengadakan kegiatan sosial seperti pasar rakyat atau program gotong royong dapat membantu mempererat hubungan antara warga asli dan pendatang, menciptakan rasa kebersamaan yang lebih kuat. Dukungan dari pemerintah daerah juga diperlukan untuk menyediakan program pemberdayaan masyarakat yang dapat membantu warga asli dan pendatang dalam meningkatkan kualitas hidup. Festival budaya dapat dijadikan sarana untuk mempromosikan persatuan dan identitas bersama, sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada masyarakat yang lebih luas. Selain itu, meningkatkan dialog antar kelompok untuk mengurangi stereotip negatif dan membangun pemahaman yang lebih baik antara warga asli dan pendatang juga sangat penting. Pemerintah desa perlu merancang kebijakan yang adil, seperti akses terhadap bantuan sosial dan peningkatan peluang usaha, untuk menciptakan kesetaraan di antara kedua kelompok. Terakhir, meningkatkan fasilitas pendidikan bagi masyarakat lokal akan memperluas peluang kerja di luar sektor agraris dan industri pabrik, memberi kesempatan bagi warga asli untuk beradaptasi dengan perkembangan ekonomi yang lebih modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun