Kecamatan Tarik, merupakan daerah yang berada di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di daerah barat kabupaten sidoarjo, dengan kode pos: 61265 dan kode wilayah administrasi: 35. 15.01. Terdapat 20 desa atau kelurahan di Kecamatan Tarik dengan pusat kantor Kecamatan berada di Desa Mergosari. Dahulu kawasan ini merupakan kawasan sisi timur Hutan Trik yang membentang dari barat mojokerto sampai barat sidoarjo, hutan ini nantinya menjadi sebuah cikal bakal daerah yang masuk dalam teritory kerajaan majapahit. Rata-rata penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan menjadi buruh pabrik, tidak sedikit pula yang bekerja pada sektor kuliner. Pendidikan menjadi sektor paling memprihatinkan, sebab hanya terdapat dua sekolah setingkat menengah atas yang berada di daerah ini, akibatnya kebanyakan anak bersekolah di luar daerah Kecamatan Tarik dengan jarak perjalanan sekolah yang lumayan jauh. Kecamatan Tarik terletak di bagian selatan barat Kabupaten Sidoarjo. Di sebelah barat, kecamatan ini berbatasan dengan Kota Mojokerto, dengan aliran Sungai Brantas sebagai pemisahnya. Di sisi timur, kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Prambon dan Krian, sementara di utara berbatasan dengan sebagian wilayah Kecamatan Jetis dan Balongbendo. Sedangkan di bagian selatan, Kecamatan Tarik berbatasan dengan beberapa kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Mojokerto. Secara demografis, Kecamatan Tarik memiliki 16.425 kepala keluarga dengan total penduduk mencapai 32.003 jiwa. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian, namun salah satu industri besar yang ada di kecamatan ini adalah PT Tjiwi Kimia, yang dikenal sebagai produsen kertas terbesar di dunia.Â
Kecamatan Tarik merupakan daerah pedesaan atau kawasan yang terletak di luar kota atau pusat urban, yang umumnya memiliki karakteristik kehidupan yang lebih sederhana dan bergantung pada sektor pertanian atau kegiatan ekonomi berbasis alam lainnya. Secara umum, pedesaan seringkali diidentikan dengan kehidupan yang lebih tenang, tidak begitu padat penduduknya, serta minimnya fasilitas dan infrastruktur modern yang ditemukan. Namun, meskipun memiliki berbagai perbedaan signifikan dibandingkan dengan kehidupan kota, pedesaan memiliki keunikan dan nilai-nilai sosial yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat di dalamnya.
Kehidupan masyarakat pedesaan pada dasarnya sangat bergantung pada sumber daya alam, seperti lahan pertanian, perikanan, dan peternakan, yang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk. Kegiatan pertanian menjadi pilar utama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, baik untuk konsumsi pribadi maupun sebagai komoditas untuk dipasarkan. Selain itu, masyarakat pedesaan sering kali memiliki ikatan sosial yang sangat kuat, dengan hubungan antarindividu yang lebih erat dibandingkan dengan kehidupan perkotaan. Di pedesaan, keluarga memainkan peran penting dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pengambilan keputusan hingga pelaksanaan kegiatan ekonomi sehari-hari.
Masyarakat pedesaan juga memiliki nilai-nilai budaya yang kaya dan tradisional, yang sering kali diwariskan turun-temurun. Nilai-nilai ini mencakup kebiasaan gotong-royong, solidaritas sosial, serta kearifan lokal yang terjaga hingga saat ini. Dalam banyak kasus, meskipun teknologi dan kemajuan modern mulai masuk ke pedesaan, kehidupan sosial dan budaya yang dijalani masih mempertahankan banyak tradisi yang telah ada sejak lama. Dari segi geografi, pedesaan sering kali dikelilingi oleh alam terbuka, seperti ladang, hutan, sungai, atau perbukitan. Keadaan alam ini sangat berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat, yang sering kali bergantung pada musim atau kondisi alam untuk menjalankan aktivitas pertanian. Keterikatan emosional yang kuat antara penduduk pedesaan dengan tanah kelahirannya menjadi salah satu ciri khas, di mana tanah dan alam dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kehidupan mereka. Namun, meskipun pedesaan memiliki banyak keunggulan, seperti kualitas udara yang lebih baik, ketenangan, dan hubungan sosial yang lebih erat, pedesaan juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang lebih baik. Selain itu, ketergantungan yang tinggi pada sektor pertanian membuat penduduk pedesaan rentan terhadap perubahan iklim dan fluktuasi pasar.
Secara keseluruhan, pedesaan menggambarkan sebuah wilayah dengan kehidupan yang sangat bergantung pada alam dan tradisi, namun tetap menghadapi tantangan yang tidak kalah besar untuk mencapai kemajuan sosial dan ekonomi yang setara dengan wilayah perkotaan.
Kehidupan masyarakat di daerah pedesaan memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan kehidupan di perkotaan. Masyarakat desa cenderung homogen dalam hal mata pencaharian, nilai budaya, serta sikap dan perilaku mereka. Kehidupan di desa lebih mengutamakan peran serta seluruh anggota keluarga dalam aktivitas pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, di mana keluarga juga berperan penting dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Faktor geografis turut mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, dengan adanya ikatan emosional yang kuat antara anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya. Selain itu, hubungan antar anggota keluarga lebih erat, dan jumlah anak dalam keluarga inti cenderung lebih banyak, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan saling bergantung satu sama lain.
Kecamatan Tarik adalah salah satu wilayah di Kabupaten Sidoarjo yang memiliki karakteristik sosial dan ekonomi yang beragam. Terletak di area semi-perkotaan, kecamatan ini dikenal sebagai daerah dengan potensi agraris yang tinggi sekaligus mengalami dampak urbanisasi yang signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, arus pendatang ke Kecamatan Tarik semakin meningkat, terutama karena lokasinya yang strategis dan berkembangnya sektor industri di wilayah sekitarnya.
Namun, masuknya pendatang dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang beragam telah menciptakan fenomena stratifikasi sosial yang menonjol. Stratifikasi sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial berdasarkan kriteria tertentu, seperti status ekonomi, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Di Kecamatan Tarik, stratifikasi ini terlihat jelas melalui perbedaan antara warga asli yang umumnya bergelut di sektor agraris dan pendatang yang banyak mendominasi sektor perdagangan serta pekerjaan di bidang industri.
Perbedaan ini tidak hanya menciptakan kesenjangan ekonomi, tetapi juga memengaruhi hubungan sosial antar kelompok masyarakat. Warga asli sering kali menghadapi keterbatasan dalam akses pendidikan, modal usaha, dan pelatihan keterampilan. Sementara itu, pendatang cenderung memiliki lebih banyak peluang untuk mengembangkan diri dan mencapai stabilitas ekonomi yang lebih baik. Ketimpangan ini berpotensi menciptakan konflik sosial jika tidak dikelola dengan baik.
Dalam novel pasar karya kuntowijoyo stratifikasi sosial masyarakat di jawa dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :Â
Golongan priyayi (birokrat)