Mohon tunggu...
Putra Nugraha
Putra Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya bernama lengkap Putra Nugraha memiliki beberapa hobi salah satunya ialah membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kronologi Pergerakan Aktivis Feminis [2]

22 Juli 2024   07:24 Diperbarui: 22 Juli 2024   08:05 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto/ilustrasi: Ruang guru

1. Sistem Feodalisme

Feodalisme berasal dari kata feodum yang artinya tanah. Dalam tahapan masyarakat feodal ini terjadi penguasaan alat produksi oleh kaum pemilik tanah, raja dan para kerabatnya. Ada antagonisme antara rakyat tak bertanah dengan para pemilik tanah dan kalangan kerajaan.

Feodalisme juga merupakan salah satu sistem sosial-politik tertua di dunia. Ringkasnya, bentuk feodalisme yang dapat kita lihat adalah kerajaan. Raja-raja sudah ada sejak dahulu bahkan dikenal dalam kisah para nabi.

Meski sistem feodalisme diyakini sudah ada sejak awal peradaban manusia, istilah feodalisme sendiri baru muncul dan dikenal pada abad pertengahan. 

Dikutip dari Detikcom dalam buku Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400 M, dijelaskan bahwa istilah feodalisme muncul pertama kali di Prancis pada abad ke-16 setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Suci-Caroling karena konflik dan invasi, sebagai respons terhadap kekacauan dan kebutuhan akan ketertiban lokal. Sistem ini mengeksplorasi tatanan sosial tripartit mirip kasta Hindu, namun terbagi menjadi kaum elite dan proletar.

Di Indonesia khususnya dikalangan masyarakat kejawen feodalisme seringkali disebut sebagai priyayi.

Kata priyayi konon berasal dari dua kata Jawa para dan yayi yang secara harafiah berarti "para adik". Yang dimaksud adalah para adik raja.

Golongan priyayi tertinggi disebut Priyayi Ageng (bangsawan tinggi), dengan gelar yang bervariasi berdasarkan tingkat kehormatan. Semakin tinggi  pangkatnya maka semakin tinggi juga  nama kebangsawanannya misal Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 yang bergelar:

 "Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Ka 10, Suryaning Mataram, Senopati Ing Ngalogo, Langgenging Bawono Langgeng, Langgenging Tata Panotogomo " 

Mengapa namanya harus bisa sedemikian panjang?

Karena seorang Sulthan termasuk bangsawan besar dan karena ada dalam sistem feodal bahkan penamaan pun bisa mensimbolisasikan bagaimana kemampuan dia untuk mengakses kekayaan dan kekuasaan.

Lain cerita lagi ketika yang diberi nama itu rakyat biasa, nama yang diberi simple-simple misalnya Dedi, Dudi, Dodo, dudu, Dodi, dede, dan sebagainya. Itu nama-nama yang pernah saya temukan dikehidupan sehari-hari.

Di zaman feodalisme jika ada orangtua memberikan nama anaknya lebih daripada seharusnya atau statusnya maka biasanya si anak itu terkena kualat sakit-sakitan.

Di Indonesia sudah terbiasa jika ada anak diberi nama terus sakit-sakitan kemudian ganti nama, hal itu karena namanya dianggap terlalu bombastis untuk ukuran statusnya atau kastanya.

Dulu di zaman revolusi ada seorang pahlawan nasional yang dilahirkan bernama Muhammad Siddiq, tapi karena sakit-sakitan maka namanya diganti menjadi Urib Sumoharjo dan ternyata memang benar di masa belakangan beliau berpindah agama.

Jadi nama itu harus disesuaikan Dengan kondisi aslinya, jika statusnya tidak bagus maka namanya tidak boleh terlalu bagus. Begitupun jika statusnya bagus, jangan sampai diberikan nama yang jelek.

Sistem feodal terus Mengakar bahkan masuk sampai spiritual, ramalan, religius, dan lain-lain. Akan tetapi, bangsa Eropa belakangan sadar bahwa sistem feodal itu bukan yang terbaik untuk menjadi alat pengukur kekayaan. Mereka sadar bahwa ada yang lebih penting dan lebih berharga daripada tanah yaitu uang. Dari sinilah muncul sistem Merchantilisme Atau Merkantilisme.

2. Sistem Merkantilisme

Merkantilisme secara bertahap menggantikan sistem ekonomi feodal di Eropa Barat dan menjadi sistem perdagangan ekonomi utama selama abad ke-16 hingga ke-18.

Istilah Merkantilisme berasal dari kata bahasa Inggris merchant yang berarti pedagang. Artinya adalah sistem merkantilis adalah teori ekonomi yang menekankan pentingnya perdagangan luar negeri untuk memperoleh kekayaan negara melalui surplus perdagangan dalam bentuk emas atau perak. Ini melibatkan kebijakan yang mendorong ekspor dan mengatur impor untuk memastikan keseimbangan perdagangan yang menguntungkan.

Inti dari sistem merkantilis adalah memaksimalkan ekspor dan meminimalkan impor. Sebab penganut sistem ini percaya bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh berapa banyak aset yang disimpan serta besarnya perdagangan yang dilakukan.

Sistem merkantilis berjalan dengan skema dimana kerajaan disebut sebagai "Mother Country" atau negara induk. Negara induk ini akan mengontrol semua perdagangan di koloni atau wilayah yang mereka duduki. Dalam hal ini, koloni dilarang untuk berdagang dengan koloni lain atau kerajaan lain, yang intinya negara induk melakukan monopoli perdagangan bagi daerah koloninya.

Gagasan merkantilis inilah yang kemudian Mendorong orang-orang Eropa untuk melakukan penjelajahan ke negara-negara lain atau bangsa-bangsa lain termasuk penjajahan ke negara Indonesia.

Namun, sistem merkantilis mengalami kemunduran di Inggris Raya pada pertengahan abad ke-18 ketika sekelompok ahli teori ekonomi baru dipimpin oleh Adam Smith menantang doktrin-doktrin mendasar merkantilis. Salah satu doktrin tersebut adalah keyakinan bahwa kekayaan dunia tetap konstan dan bahwa suatu negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dengan mengorbankan negara lain. 

Kemudian bangsa Eropa tersadarkan lagi bahwa ada kesalahan fatal dalam sistem merkantilis, yaitu anggapan bahwa yang paling penting adalah uang bukan mesin uang. Munculnya kapitalisme industri atau revolusi industri mengikuti perubahan ini.

Meskipun demikian, merkantilisme berlanjut di negara-negara ekonomi yang kurang berkembang seperti Prusia dan Rusia yang memiliki basis manufaktur yang lebih muda.

3. Sistem Kapitalisme

Sumber foto/ilustrasi: Pinterest
Sumber foto/ilustrasi: Pinterest

Kapitalisme adalah salah satu jenis sistem produksi ekonomi dan distribusi sumber daya. Alih-alih merencanakan keputusan ekonomi melalui metode politik terpusat, seperti pada sosialisme atau feodalisme, perencanaan ekonomi di bawah kapitalisme terjadi melalui keputusan yang terdesentralisasi, kompetitif, dan sukarela.

Kapitalisme pada dasarnya adalah sistem ekonomi di mana alat produksi seperti pabrik, peralatan, mesin, bahan mentah, dll. Diorganisir oleh satu atau lebih pemilik bisnis yang juga dikenal sebagai kapitalis. Kapitalis kemudian mempekerjakan pekerja untuk mengoperasikan alat produksi dengan imbalan upah.

Seorang kapitalis memperoleh keuntungan tertinggi dengan menggunakan barang modal seperti mesin dan peralatan secara paling efisien sambil memproduksi barang atau jasa dengan nilai tertinggi. Sebaliknya, kapitalis menderita kerugian ketika sumber daya modal tidak digunakan secara efisien dan justru menghasilkan output yang kurang bernilai.

Kapitalisme juga adalah jenis pengaturan sosial yang relatif baru untuk memproduksi barang dalam suatu perekonomian sebagian besar muncul seiring dengan munculnya Revolusi Industri sekitar akhir abad ke-17.

Ketika masa revolusi industri kapitalis sedang berkembang dan semakin banyak tenaga kerja yang harus dipergunakan hingga pada masa tertentu di Inggris sudah tidak lagi tersedia laki-laki produktif untuk bisa dipekerjakan di pabrik-pabrik. Tetapi para kapitalis terus berambisi untuk menumbuhkan pabrik-pabriknya, tujuannya untuk mendapatkan mesin uang sebanyak-banyaknya.

Pada akhirnya bagaimana kapitalisme berpikir dimana pabrik terus ada dan tenaga kerja terus-menerus tersuplai maka mereka pun akhirnya mengambil tenaga kerja perempuan dan anak dengan slogan berupa:

"Kalian juga bisa kerja di luar rumah Ayo kerja"

Lalu tenaga perempuan pun dipakai di pabrik-pabrik, salah satu pabrik pemintalan kapas terbesar di Inggris pada abad ke-18 adalah Pabrik Cromford yang menggunakan tenaga air dan banyak mempekerjakan perempuan serta anak-anak.

Mereka berpikir bahwa perempuan lebih baik dipakai daripada laki-laki karena perempuan dibayar lebih murah, lebih mudah diintimidasi, lebih sabar dicacimaki, dan lebih setia pada perusahaan. Oleh karena itu, perempuan tetap bekerja sementara laki-laki dipecat untuk menambah jumlah pekerja perempuan.

Pada saat itu perempuan bekerja di perusahaan yang tidak terlalu membutuhkan tenaga besar tetapi membutuhkan kejelian dan ketelitian, sementara laki-laki tinggal di rumah untuk merawat anak-anak. Ini menimbulkan stres bagi laki-laki, anak-anak, dan ibu yang bekerja.

London dan Inggris pada waktu itu dilanda huru-hara yang luar biasa karena masyarakatnya stres yang disebabkan oleh kapitalis. Namun, dari zona stres ini perempuan muncul untuk membuktikan bahwa mereka juga bisa bekerja seperti laki-laki, mereka tidak lagi patuh pada era feodalisme. Perempuan menyatakan bahwa mereka bekerja sekarang untuk menyokong laki-laki dan anak-anak mereka.

Feminisme pada awalnya muncul sebagai respons terhadap kapitalisme yang merajalela di dunia pada saat itu, bersamaan dengan kemunculan komunisme.

Alice Clark berpendapat bahwa, ketika kapitalisme masuk ke Inggris pada abad ke-17, hal itu berdampak negatif terhadap status perempuan, yang kehilangan sebagian besar kepentingan ekonomi mereka.

Clark berpendapat bahwa di Inggris abad ke-16 perempuan terlibat dalam banyak aspek industri dan pertanian. Rumah adalah unit produksi utama, dan perempuan memainkan peran penting dalam menjalankan pertanian dan beberapa perdagangan serta perkebunan. Peran ekonomi mereka yang bermanfaat memberikan mereka semacam kesetaraan dengan suami mereka. 

Namun, menurut Clark seiring dengan berkembangnya kapitalisme pada abad ke-17 semakin banyak terjadi pembagian kerja dimana suami mengambil pekerjaan berbayar di luar rumah, dan istri terpaksa melakukan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar. Perempuan kelas menengah terkurung dalam kehidupan rumah tangga yang menganggur, mengawasi para pembantu, perempuan kelas bawah terpaksa mengambil pekerjaan dengan gaji rendah. Oleh karena itu, kapitalisme berdampak negatif terhadap perempuan.

Sebaliknya, menurut Ivy Pinbeck revolusi industri membuat perempuan menjadi lebih baik karena pada awalnya perempuan menderita karena menurunnya kesempatan kerja, tetapi setelah pergantian abad kesembilan belas prospek mereka membaik.

Setelah ketiga sistem ini bermunculan kemudian timbul gerakan-gerakan feminis yang akan dilanjut di part 3.

 

Sumber

JDIH Pemerintah Kota Yogyakarta. (2016). Hukum Feodalisme Hingga Kapitalisme. Diakses pada website: https://jdih.jogjakota.go.id/index.php/articles/read/136#:~:text=Feodalisme%20berasal%20dari%20kata%20feodum,pemilik%20tanah%20dan%20kalangan%20kerajaan.

Isnanto. (2023). Feodalisme Adalah: Kenali Sejarah, Prinsip, dan Orientasinya. Diakses pada website: https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-6825631/feodalisme-adalah-kenali-sejarah-prinsip-dan-orientasinya/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#ampshare=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fdetikpedia%2Fd-6825631%2Ffeodalisme-adalah-kenali-sejarah-prinsip-dan-orientasinya

Guru Gembul. (2020). Eps 140 | Uang Sebagai Cikal Bakal Kebudayaan??. Diakses pada website: https://youtu.be/A0fsQhVM-u4?si=oApDOXB-C3JXyG46

Seruni. (2023). Merkantilisme: Pengertian, Latar Belakang, dan Dampak | Sejarah Kelas 11. Diakses pada website: https://www.ruangguru.com/blog/apa-yang-dimaksud-dengan-sistem-ekonomi-merkantilisme

Edunitas. Priyayi. Diakses pada website: https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Priyayi_25551__eduNitas.html

Kraton Jogja. Yang Bertakhta. Diakses pada website: https://www.kratonjogja.id/yang-bertakhta/

Liberto. (2024). Apa Itu Kapitalisme: Varietas, Sejarah, Pro & Kontra, Sosialisme. Diakses pada website: https://www-investopedia-com.translate.goog/terms/c/capitalism.asp?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Rosyda. Pengertian Merkantilisme, Sejarah, &Teori Ekonomi. Diakses pada website: https://www.gramedia.com/literasi/merkantilisme/

Wikipedia. (2024). Sejarah Kapitalisme. Diakses pada website: https://en.m.wikipedia.org/wiki/History_of_capitalism

Phinbeck. Women Workers and the Industrial Revolution, 1750-1850 (J. Burnette, Review). Diakses pada website: https://eh.net/book_reviews/women-workers-and-the-industrial-revolution-1750-1850/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun