Pengalaman Parma FC dapat dijadikan pelajaran bagi Newcastle United setelah mendapat dana melimpah nanti, transparansi adalah salah satu hal penting dalam pengelolaan keuangan suatu perusahaan, termasuk klub sepakbola, karena dibutuhkan "napas panjang" alias pendanaan yang berkelanjutan agar klub dapat sustain dalam mengarungi kompetisi.Â
Ditambah lagi sudah ada klub-klub seperti Manchester City, Manchester United, atau Chelsea yang lebih dulu eksis sebagai klub kaya di Liga Primer Inggris, menjadikan uang saja tidak cukup untuk mengantarkan Newcastle United merajai turnamen ini.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati", kisah yang lain yang tak kalah penting untuk dijadikan Newcastle United sebelum dimanjakan oleh kucuran dana adalah Anzhi Makhachkala. Â
Kisah ini bermula pada saat yang bersamaan dengan akuisisi PSG oleh QSI pada 2011, seorang miliader lokal bernama Suleiman Kerimov membeli sebuah klub yang berasal dari Makhachkala, Republik Dagestan, Rusia. Klub tersebut bernama Anzhi Makhachkala dan pada saat itu bermain di Liga Primer Russia.Â
Ibarat manusia, Anzhi Makhachkala adalah "OKB" alias "Orang Kaya Baru", walaupun pemiliknya adalah miliader Russia dengan usaha yang bergerak di berbagai bidang, Anzhi muncul seperti "OKB" yang menghebohkan bursa transfer dengan menggelontorkan uang dalam jumlah besar bagi sebuah klub yang tidak dikenal dan bukan dari liga top Eropa.
Pada tahun yang sama dengan akuisisi oleh Kerimov, Anzhi membeli legenda Brazil, Roberto Carlos pada saat usianya hampir menginjak 40 tahun dengan biaya transfer sebesar 10 juta Euro, kemudian membeli Samuel Eto'o dan memberikan gaji sebesar 20 juta Euro per musim, yang artinya Eto'o menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di dunia, melewati Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, ditambah lagi penunjukkan Guus Hiddink sebagai pelatih, menjadikan Anzhi cukup menakutkan bagi klub-klub lain di Russia.Â
Pada 2012, Anzhi mengakhiri musim dengan  finish hanya di posisi ke-5 Liga Primer Russia, musim selanjutnya Anzhi membeli Willian dengan mahar 35 juta Euro dari Shakhtar Donetsk dan Lassana Diarra dari Real Madrid, Anzhi mencatat rekor tertinggi klub selama di Liga Primer Russia dengan finish di peringkat 3.
Pencapaian ini dianggap sebagai sebuah kegagalan bagi Kerimv yang telah menggelontorkan dana pribadi hingga 300 juta Euro untuk skuad Anzhi, ditambah kerugian di bidang bisnisnya yang lain, Kerimov melakukan pemotongan 2/3 dari total gaji klub.Â
Hal ini berdampak pada performa Anzhi di musim berikutnya yang langsung terdegradasi dengan hanya memenangkan 3 pertandingan sepanjang musim.Â
Anzhi Makhachkala yang sebelumnya tampil sebagai klub kaya baru jatuh semakin dalam setelah pada 2018 Anzhi mengalami masalah keuangan yang semakin memburuk dengan kegagalan pembayaran sebesar 25 juta Euro, kondisi ini membuat Anzhi melepas seluruh pemainnya dan tidak mampu membeli Russian Football Union License sehingga dilempar ke kasta ketiga. Sebagai tambahan informasi, di tengah pemberhentian turnamen saat ini, Anzhi masih berada di divisi ketiga dan duduk di peringkat kedua terbawah.
Anzhi menjadi klub kaya seumur jagung karena hanya dijadikan sebagai objek bisnis atau bahkan mainan bagi pemiliknya. Dari kisah Anzhi ini, Newcastle United dapat belajar bahwa kesuksesan tidak sepenuhnya tentang uang, dan kesuksesan membutuhkan proses untuk mencapainya.Â