"...Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional..." Ucap salah satu host di atas panggung.
Eve tertawa kecut. Dua orang host yang sedari tadi menghibur penonton Java Jazz malam itu, ternyata tak membuat suasana hati Eve membaik. Yang Eve tahu, tanggal 9 Maret bukan hanya dirayakan sebagai Hari Musik Nasional, tapi juga sebagai hari patah hatinya. Hatinya yang patah berulang kali karena ulah Randi. Dan kini, setelah setahun berlalu, hatinya masih belum sembuh juga. Dibiarkan terserak tanpa ada yang memungutnya.Â
I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason
(Calum Scott - You Are the Reason)Â
Sebuah lagu yang baru saja mengalun merdu justru membuat air mata Eve jatuh tak terbendung. Sementara seorang lelaki berkemeja navy di sampingnya tampak terhanyut ikut menyanyikan lirik demi lirik lagu tersebut.Â
Ingatan Eve masih tentang Randi. Andai Randi ada di samping gue, seharusnya Randi emang ada di samping gue malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, batin Eve. Ya, Ia dan Randi memang sering menghabiskan waktu menyaksikan pagelaran musik Jazz.Â
Eve masih menangis ketika lelaki di sampingnya tersenyum, bahkan sesekali tertawa kecil. "Kok malah nangis? Abis patah hati?" Ucap lelaki itu tersenyum lebar seakan tahu apa yang tengah Eve rasakan.Â
Eve terdiam, pandangannya jauh ke masa-masa indah bersama Randi. Lagu itu, lagu yang pernah Randi nyanyikan untuk Eve, di mana ketika itu Randi memohon hati Eve untuk kembali, dan Randi selalu berhasil meluluhkan hati Eve. Tapi itu dulu, tidak dengan kali ini, tak ada lagi Randi, tak ada lagi lelaki yang meminta hatinya untuk kembali.Â
"Nama gue Are, nama lo siapa? Sendirian aja?" Lelaki berkemeja navy tadi mengulurkan tangan.
Eve terkesiap. Matanya tak berkedip melihat sosok lelaki yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Are, lelaki berwajah manis, dengan rambut ikalnya yang berwarna hitam, alisnya tebal, sorot matanya tajam, struktur giginya yang rapi membuat senyumnya semakin berkharisma. Tinggi Are yang berkisar di atas 180 cm membuat Eve harus mendongak ketika menatapnya.Â
Oh, namanya Are, keren juga nih cowok. Ah, nggak Eve, apaan sih lo, nggak semudah itu kali ngelupain Randi. Batin Eve bergejolak, rupanya hatinya masih menolak untuk mencari pengganti Randi.Â
"Halooo, mbaknya sehat? Mbak, saya saranin mbaknya pulang deh, daripada kenapa-kenapa kan. Gue liat dari tadi lo cuma ngelamun. Sayang kan tiket Java Jazz lo, mending buat yang lain."