You can't buy happiness, but you can buy coffee. And that's pretty close.
"Ini untukmu, robusta favoritmu," aku menyodorkan beberapa kemasan kopi robusta favoritmu. Aku baru saja pulang dari Temanggung setelah beberapa hari ada pekerjaan dan menginap di sana.Â
Temanggung memang dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di Jawa Tengah. Dan robustanya terkenal dengan aroma yang lebih harum dibandingkan dengan robusta yang berasal dari daerah lainnya, cita rasa kopi ini tak akan ditemukan pada cita rasa kopi di daerah lainnya.
"Ini favorit kitaaaaa!" ucapmu setengah berteriak.
Kamu mulai bergegas ke pantry, mengambil dua buah cangkir kemudian meracik robusta tersebut untuk kita.
"Secangkir robusta untukku, dan secangkir lagi untukmu," kamu meletakkan secangkir kopi itu persis di depanku. "Oh iya, secangkir kopi yang ini telah aku tambahkan dengan beberapa sendok cinta," lanjutmu.
"Jadi secangkir kopi yang akan aku minum terdiri dari 50% robusta asli, dan 50% rayuan gombal?" ucapku, menerka-nerka.
"Kamu salah."
"Lalu? Yang benar apa?"
"Robustanya hanya terdiri dari 10% saja, sementara 90% sisanya adalah perasaan cintaku yang tak terbantahkan."
"Okay, and you are the winner," ucapku sambil menciumi aroma robusta yang begitu harum.