"Tak apa, rindu masih ingin bermain-main dengan kita," jawabku.
Pembicaraan kami terhenti lima belas menit sebelum pukul sebelas. Aku membaringkan tubuhku. Malam ini memang terasa lebih angkuh dari malam-malam sebelumnya. Rindu, aku juga amat merindukannya.
***
Bandung, Oktober, 21.19 WIB
"Aku rindu."
Kamu menatapku tajam, lalu mengatakan "untuk apa rindu?"
"Untuk kamu, bidadariku."
"Kita sudah tak butuh rindu."
"Tapi aku selalu merindukanmu, tiap detik."
Kamu tersipu malu, pipimu merona. Kita saling bertatap, kali ini secara langsung, bukan lagi melalui layar smartphone.
 "Tetap di sini ya, jangan pergi lagi," ucapmu, lantas memelukku hangat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!